Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Mlaku-mlaku Nang Tunjungan

Menghidupkan Kembali Pusat Perdagangan Kota Pahlawan

Foto : koran jakarta/selo cahyo Basuki

Sepanjang Jalan Tunjungan Surabaya yang dipenuhi pedagang dengan berbagai jenis kuliner dalam rangka memeriahkan acara Mlaku-mlaku Nang Tunjungan. Acara tersebut diselenggarakan untuk mengembalikan kejayaan Jalan Tunjungan sebagai pusa perdagangan di Kota Pahlawan.

A   A   A   Pengaturan Font

"Rek ayo rek mlaku mlaku nang Tunjungan. Rek ayo rek rame rame bebarengan. Cak ayo cak sopo gelem melu aku. Cak ayo cak nggolek kenalan cah ayu".

Demikian sekelumit lirik lagu "Mlaku-mlaku Nang Tunjungan" ciptaan Is Haryanto. Lagu tersebut menggambarkan betapa pada tahun 70-an, Jalan Tunjungan Surabaya yang menjadi pusat perdagangan "Kota Pahlawan", telah menjadi magnet bagi warga.

Guna mengembalikan kejayaan masa lalu Tunjungan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menggelar acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan, Kamis (29/3). Sebelumnya acara itu sempat digelar dua kali dalam satu tahun, namun kini menjadi satu bulan sekali.

Dalam kegiatan tersebut, masyarakat dapat menikmati aneka sajian kuliner khas andalan Surabaya. Pengunjung yang datang dengan santai bisa berjalan kaki menikmati suasana kawasan cagar budaya Tunjungan. Untuk itu, arteri utama di pusat Kota Surabaya ini sengaja ditutup satu hari penuh. Acaranya sendiri berlangsung sejak sore hingga tengah malam.

Terdapat sekitar 150 UKM yang mengikuti festival itu. Mereka terdiri dari Pahlawan Ekonomi, Dekranasda, UKM Dinas Koperasi, UKM dolly, UKM Dinas Perdagangan, UKM Kampung Lawas Maspati, serta hotel yang menyediakan food and beverage.

Menu kuliner yang tersedia memang menggugah selera. Sebut saja Lontong kikil, Nasi bebek Songkem, Gado-gado Arjuna, Gado-gado bumbu hitam, Lontong balap, Sate klopo, Es teler Tanjung Anom, Nasi Madura, Es Manado, Serabi Notosuman, Rajungan Bu Riza, aneka jamu, nasi kebuli dan lainnya. Selain jajanan, pengunjung juga bisa membeli sejumlah kerajinan menarik karya pelaku UKM, mulai sepatu kulit, batik, tas, dan aneka cenderamata lainnya.

Pengunjung pun tampak antusias memadati setiap stan kuliner yang ada. Pada beberapa stan favorit, mereka rela antre menunggu giliran dan pesanannya selesai dimasak. Bau harum masakan, semerbak menyeruak di antara kerumunan pengunjung.


Selain makanan, terdapat panggung hiburan yang menampilkan berbagai ajang seni, mulai musik tradisional, tari-tarian, hingga musik modern.

Kemeriahan suasana sangat terasa, mulai anak-anak sampai orang tua terlihat berbaur menikmati acara tersebut.

"Sampai bingung jajan yang mana, semuanya enak. Acaranya juga seru, bulan depan pasti datang lagi," kata Cahya, warga Semolowaru, Surabaya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam sambutannya mengatakan,melalui acara tersebut, Jalan Tunjungan yang sangat fenomenal akan hidup kembali seperti yang diharapkan Pemkot Surabaya. Di samping itu, para pelaku UKM di Surabaya bisa memperoleh pendapatan tambahan dari acara ini, sehingga perekonomian warga terus berputar dan UKM terus tumbuh.

"Dulu kawasan ini seperti kota mati, tapi sekarang hidup lagi. Itu cara kami men-trigger Kota Surabaya agar banyak wisatawan yang datang berkunjung," katanya.

Ajang Penghargaan Bidang PR

Selain panggung hiburan, panitia juga mendirikan panggung lain di sisi ujung Gedung Siola. Panggung tersebut diperuntukkan ajang pemberian penghargaan bagi Public Relation (PR) berprestasi se Indonesia.

"Kami bangga menjadi tuan rumah ajang PR Indonesia, karena bagi kami tamu adalah raja yang harus kami layani," ujar Risma.

Sementara itu, pendiri sekaligus CEO PR Indonesia, Asmono Wikan mengatakan, kompetisi dan ajang penghargaan PR ini rutin digelar setiap tahunnya. Tahun ini sudah memasuki tahun ketiga. Dua ajang penghargaan sebelumnya digelar di Bali dan baru kali ini digelar di Surabaya.

"Inilah hajatan paling komprehensif yang dihadirkan untuk mengukur kinerja dan produk humas atau PR selama satu tahun, dan untuk pertama kalinya digelar di jalan raya. Kompetisi ini diikuti korporasi dan organisasi baik pemerintah, maupun nonpemerintah," tuturnya.

Asmono menjelaskan, tema sentral tahun ini adalah "Kepemimpinan yang Menginspirasi". Tema tersebut terinspirasi kepemimpinan di Kota Surabaya. Kepemimpinan adalah elemen penting yang menentukan keberhasilan suatu organisasi, termasuk di wilayah PR.



"Itulah alasan kami mengapa acara PR award kali ini digelar di Kota Surabaya. Selain itu, Pemkot Surabaya sudah terkenal dengan PR nya yang sangat bagus," kata dia.

Dalam penghargaan kali ini, delapan kategori yang dinilai, tiga diantaranya adalah kategori baru, yaitu kategori Krisis (Pedoman Krisis, Penanganan Krisis), Manual Tata Kelola Kehumasan, dan Laporan Tahunan (Annual Report dan Sustainability Report).

Dalam penghargaan kali ini, Pemkot Surabaya melalui Bagian Humas memenangkan predikat pemerintah daerah PR terbaik. Tidak tanggung-tanggung, delapan kategori penghargaan diboyong Pemkot Surabaya.

Asmono menambahkan, dalam acara ini, diikuti 90 praktisi dari seluruh Indonesia dan 16 juri ahli dikerahkan untuk memberikan penilaian objektif. Dewan Jurinya pun para pakar PR dan CSR, konsultan atau agensi PR, tokoh asosiasi atau organisasi PR, jurnalis dan fotografer senior, pakar desain dan branding, dan pakar media sosial.
"Seluruh kategori dalam penetapan sebagai terbaik menggunakan penilaian berbasis penjurian yang objektif dan ketat," tegasnya.

Sarat dengan Sejarah Perjuangan

Sejak awalabad ke-20, Jalan Tunjungan memang telah menjadi salah satu pusat perdagangan di Surabaya. Tunjungan adalah jalan yang menghubungkan daerah perumahan di sebelah Selatan-Timur dan Barat Surabaya (Gubeng, Darmo, Ketabang dan Sawahan), dengan daerah perdagangan yang ada di sekitar Jembatan Merah.



Pada 1930-an didirikan komplek pertokoan utama di Surabaya, dengan gaya arsitektur modern. Letaknya di persimpangan Jalan Tunjungan dan Jalan Embong Malang, yakni Toko Nam. Bangunan itu menduduki lahan bekas toko penjual mobil, namun gedung toko ini telah diruntuhkan sekitar 1990-an, dan kini berubah menjadi pertokoan modern, Plasa Tunjungan.

Di sepanjang Jalan Tunjungan terdapat berbagai macam toko dan restoran. Salah satunya yang terkenal adalah restoran "Hellendorn" yang dirancang Van Oyen. Sementara bangunan terkenal lainnya adalah gedung Toko Siola, yang kini menjadi pusat layanan Pemkot Surabaya, dan museum. Sebelumnya, tempat itu merupakan toko serba ada bernama "Whiteaway".



Tunjungan juga memiliki ikatan erat dengan sejarah pertempuran 10 November Surabaya. Persimpangan Jalan Tunjungan dan Jalan Praban merupakan lokasi "Pertempuran Siola", yang merupakan bagian dari perang 10 November.

Sementara Hotel Majapahit yang awalnya bernama Hotel Yamato, adalah lokasi terjadinya "Insiden Hotel Yamato". Insiden perobekanbendera Belandaoleh sekelompok pemuda Surabaya itu terjadi 19 September1945.

Mengingat arti penting sejarah Jalan Tunjungan, beberapa tahun lalu
Pemkot Surabaya melakukan restorasi Tunjungan Heritage dengan membentuk tim cagar budaya.

Tim terdiri dari para ahli sejarah, arkeolog, dan praktisi heritage itu mengawal restorasi Jalan Tunjungan menjadi destinasi wisata cagar budaya Surabaya. Jalan sepanjang 1 kilometer itu kini berhasil disulap menjadi kawasan cagar budaya, dengan mempertahankan dan merestorasi tampilan bangunan depan yang ada sesuai dengan kondisi aslinya.

SB/R-1

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top