Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengenalkan Pahlawan Betawi di Petukangan

Foto : koran jakarta/ peri Irawan
A   A   A   Pengaturan Font

Menurut tokoh masyarakat Petukangan Selatan, Madanih, 70 tahun, M Saidi rela mengorbankan nyawanya saat melawan Belanda. Saat itu, pasukan Belanda dari Kebayoran hendak menyerang markas pasukan Indonesia di daerah Ciledug. Namun, beberapa orang dari Petukangan menggagalkan serangan itu.

"Waktu itu pasukan Belanda mau dilempar granat oleh M Saidi dan kawan-kawan. Hanya saja, granat itu tidak meletus, sehingga pasukan Belanda mengetahui adanya perlawanan dari warga," ungkapnya.

Alhasil, pasukan Belanda ini menembak M Saidi meninggal di tempat. Beberapa warga lainnya, kata Madanih, yakni Haji Gari dan kawan-kawan berhasil menyelamatkan diri ke bawah bukit. Haji Gari sendiri merupakan ayah dari Madanih yang saat itu usianya belum genap 10 tahun.

"Karena adanya perlawanan ini, pasukan Belanda harus kembali lagi ke markasnya di Kebayoran. Mereka tak jadi menyerang markas pasukan Indonesia di Ciledug, karena beberapa pasukan Belanda ini juga ada yang kena serangan," katanya mengisahkan.

Diakuinya, M Saidi menjadi satu-satunya warga yang terkena tembakan Belanda. Dia gugur di medan perang karena menginginkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat ini, 72 tahun Indonesia telah merdeka. Perjuangan M Saidi itu akan dilanjutkan oleh generasi penerusnya yang ada di Petukangan Selatan dengan giat belajar dan bekerja.peri irawan/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top