Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengenalkan Pahlawan Betawi di Petukangan

Foto : koran jakarta/ peri Irawan
A   A   A   Pengaturan Font

Himbauan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta agar setiap RW melaksanakan upacara bendera, dilaksanakan dengan baik oleh warganya. Sejak pagi, upacara bendera terlihat di RW 01 Petukangan Selatan, Pesanggarahan, Jakarta Selatan yang diikuti oleh setiap warganya, baik tua, muda hingga anak-anak.

Perayaan Hari Ulang Tahun ke 72 Republik Indonesia (RI) ini menjadi momentum bagi anak-anak usia dini mengenal pahlawan kemerdekaan di lingkungannya. Tidak sedikit, anak-anak Betawi di Petukangan Selatan belum mengenal siapa pahlawan di kotanya.

Dikemas dalam acara sepeda hias, anak-anak itu diajak panitia peringatan HUT RI ke sebuah makam tua di samping tol JORR. Selepas upacara bendera, puluhan anak ini bersepeda hias ke arah makam, hingga membuat kemacetan lalu lintas di Jalan Ciledug Raya.

Mereka didampingi orang tuanya masing-masing, agar terjamin keselamatannya saat bersepeda ke jalan raya. Tidak sedikit juga dari mereka yang hanya berjalan kaki mengikuti konvoi peringatan kemerdekaan.

Tiba di area makam, tidak nampak sedikit pun tanda-tanda kepahlawanan. Sebab, pemakaman ini berada tepat di tengah-tengah kampung yang terhalang beberapa rumah. Hanya saja, tembok pagar makam terlihat baru dicat merah putih, untuk menandakan ada pahlawan di sana.

Baca Juga :
Gebyar Agrostandar

Bertempat di Kampung Haji Taing, Petukangan Selatan, Pesanggarahan, Jakarta Selatan, seorang pahlawan kemerdekaan dimakamkan. Haji Taing sendiri merupakan ayah dari sang pahlawan itu. Dimakamkan berdekatan dengan pahlawan dari Petukangan.

Sebuah makam keluarga menjadi tempat peristirahatan sang pahlawan. Di atas nisan ini, bendera merah putih dikibarkan layaknya pahlawan lain di tempat pemakaman pahlawan. Muhammad Saidi bin Haji Taing atau dikenal M Saidi, nama pahlawan itu. Pria asli Betawi ini gugur di medan pertempuran saat menyerang pasukan Belanda tahun 1945 silam.

"Kita sengaja membawa adik-adik, anak-anak kita agar tahu di kampung kita juga ada pahlawan. Biar anak-anak kita membei tahu guru-gurunya di sekolah, ternyata di Petukangan itu ada pahlawan kemerdekaan," ujar Ketua RT 02, Ahmad Baihaqi, di lokasi makam.

Gugur di Medan Perang

Menurutnya, anak-anak itu hanya mengenal nama M Saidi sebuah nama jalan di kawasan Jakarta Selatan. Padahal, M Saidi telah berjuang melawan penjajah saat masa-masa sebelum proklamasi kemerdekaan.

Menurut tokoh masyarakat Petukangan Selatan, Madanih, 70 tahun, M Saidi rela mengorbankan nyawanya saat melawan Belanda. Saat itu, pasukan Belanda dari Kebayoran hendak menyerang markas pasukan Indonesia di daerah Ciledug. Namun, beberapa orang dari Petukangan menggagalkan serangan itu.

"Waktu itu pasukan Belanda mau dilempar granat oleh M Saidi dan kawan-kawan. Hanya saja, granat itu tidak meletus, sehingga pasukan Belanda mengetahui adanya perlawanan dari warga," ungkapnya.

Alhasil, pasukan Belanda ini menembak M Saidi meninggal di tempat. Beberapa warga lainnya, kata Madanih, yakni Haji Gari dan kawan-kawan berhasil menyelamatkan diri ke bawah bukit. Haji Gari sendiri merupakan ayah dari Madanih yang saat itu usianya belum genap 10 tahun.

"Karena adanya perlawanan ini, pasukan Belanda harus kembali lagi ke markasnya di Kebayoran. Mereka tak jadi menyerang markas pasukan Indonesia di Ciledug, karena beberapa pasukan Belanda ini juga ada yang kena serangan," katanya mengisahkan.

Diakuinya, M Saidi menjadi satu-satunya warga yang terkena tembakan Belanda. Dia gugur di medan perang karena menginginkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat ini, 72 tahun Indonesia telah merdeka. Perjuangan M Saidi itu akan dilanjutkan oleh generasi penerusnya yang ada di Petukangan Selatan dengan giat belajar dan bekerja.peri irawan/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top