Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengenal Gejala Flu Burung H3N8, yang Memicu Kasus Kematian Pertama di Tiongkok

Foto : Reuters

Unggas.

A   A   A   Pengaturan Font

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (11/4) mengkonfirmasi kematian pertama akibat flu burung H3N8 atau Avian Influenza. Korban merupakan wanita berusia 56 tahun dari provinsi Guangdong, Tiongkok, yang meninggal pada 16 Maret 2023, usai menerima perawatan di rumah sakit akibat mengalami pneumonia akut.

Menurut Komisi Kesehatan Nasional Republik Rakyat Tiongkok, ini adalah kasus ketiga infeksi manusia yang dilaporkan terkait flu burung H3N8 di negara itu. Dua kasus sebelumnya dilaporkan pada April dan Mei 2022. Salah satu kasus sebelumnya berkembang menjadi penyakit kritis, sementara yang lain menderita penyakit ringan. Kedua kasus tersebut kemungkinan tertular dari paparan langsung atau tidak langsung pada unggas yang terinfeksi.

Sejauh ini, tidak ada kasus tambahan yang terkait dengan kasus ini, maupun kasus sebelumnya. Menurut laporan dari pejabat kesehatan, penyelidikan epidemiologi awal terhadap peristiwa ini, menunjukkan bahwa paparan pasar unggas hidup mungkin menjadi penyebab infeksi. Pasalnya, korban meninggal memiliki riwayat paparan unggas hidup sebelum timbulnya penyakit, dan riwayat kehadiran burung liar di sekitar rumahnya. Namun, masih belum jelas apa sumber pasti infeksi ini dan bagaimana virus ini terkait dengan virus avian influenza A lainnya yang beredar pada hewan.

Virus flu burung H3N8 umumnya terdeteksi secara global pada hewan. Virus ini sendiri adalah beberapa subtipe yang paling sering ditemukan pada burung, menyebabkan sedikit atau tidak ada tanda-tanda penyakit, baik pada unggas domestik maupun burung liar. Sejauh ini, penularan lintas spesies virus flu burung H3N8 telah dilaporkan untuk berbagai spesies mamalia, termasuk yang endemik pada anjing dan kuda. Penularan virus flu burung dari burung ke manusia biasanya bersifat sporadis dan terjadi dalam konteks tertentu. Di mana, sebagian besar infeksi virus flu burung pada manusia yang telah dilaporkan sebelumnya disebabkan oleh paparan unggas yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.

Menurut National health Services, flu burung menyebar melalui kontak dekat dengan burung yang terinfeksi, baik dalam keadaan mati atau masih hidup. Kontak dekat ini termasuk menyentuh unggas yang terinfeksi, menyentuh kotoran atau tempat tidur, membunuh atau menyiapkan unggas yang terinfeksi untuk dimasak, hingga mengunjungi pasar yang menjual unggas hidup juga bisa menjadi sumber flu burung. Namun, infeksi flu burung tidak bisa terjadi ketika Anda memakan unggas atau telur yang dimasak sepenuhnya, bahkan di daerah dengan wabah flu burung.

Adapun gejala utama flu burung dapat muncul dengan sangat cepat dan meliputi, suhu yang sangat tinggi atau terasa panas atau menggigil, otot sakit, sakit kepala, sampai batuk atau sesak napas. Sementara itu, gejala awal flu burung mencakup diare, sakit perut, nyeri dada, pendarahan dari hidung dan gusi, dan konjungtivitis. Setidaknya diperlukan waktu 3 hingga 5 hari untuk gejala pertama muncul setelah Anda terinfeksi. Dalam beberapa hari setelah gejala muncul, komplikasi yang lebih parah dapat berkembang seperti pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan akut.

Namun, jangan khawatir. Pasalnya ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah infeksi flu burung, seperti hindari kontak dengan unggas hidup dan unggas; jangan tidak mendekati atau menyentuh kotoran burung atau burung yang sakit atau mati; jangan pergi ke pasar hewan hidup atau peternakan unggas; jangan makan unggas atau bebek yang kurang matang atau mentah; dan mendapatkan vaksin flu burung.

Informasi epidemiologis dan virologis yang tersedia menunjukkan bahwa virus avian influenza A atau H3N8 sendiri tidak memiliki kapasitas untuk transmisi berkelanjutan di antara manusia. Oleh karena itu, penilaian saat ini adalah kemungkinan penyebaran dari manusia ke manusia rendah. Namun, karena sifat virus influenza yang terus berkembang, WHO terus menekankan pentingnya pengawasan global untuk mendeteksi perubahan virologi, epidemiologi, dan klinis yang terkait dengan virus influenza yang bersirkulasi yang dapat memengaruhi kesehatan manusia.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top