Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PREDIKSI RUPIAH

Mencermati Data Ekonomi AS

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan bergerak terfluktuasi, jelang akhir pekan ini. Pelaku pasar terus fokus terhadap perkembangan data ekonomi di Amerika Serikat (AS) di tengah spekulasi potensi resesi di Negeri Paman Sam.

Pengamat Mata Uang Lukman Leong melihat investor sangat mengantisipasi data klaim pengangguran AS. Hal tersebut seiring spekulasi resesi AS saat ini yang terindikasi dari pelemahan besar pada sektor tenaga kerja di negara tersebut. Namun, dia memperingatkan meskipun rupiah masih dalam tren positif, namun penguatan tajam belakangan ini berpotensi memicu aksi profit taking.

Karenanya, Lukman memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (9/8), bergerak di kisaran 15.850-16.000 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan, Kamis (8/8) sore, ditutup menguat 141 poin atau 0,88 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.894 rupiah per dollar AS. Penguatan dipengaruhi laju inflasi domestik yang melandai.

"Laju inflasi di dalam negeri terus mencatatkan tren yang melandai hingga Juli 2024," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta.

Pada Juli 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia sebesar 2,13 persen secara tahunan year on year (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya 2,51 persen yoy. Meski laju inflasi melandai, pemerintah akan tetap mewaspadai berbagai risiko yang akan memberikan tekanan pada laju inflasi.

Salah satunya, gejolak harga pangan dan pasokan ke depan, terutama karena masih adanya tantangan cuaca ekstrem berupa musim kemarau yang dapat mempengaruhi stok pangan global dan produksi domestik. Penurunan inflasi secara tahunan pada Juli 2024 terjadi terutama akibat penurunan sebagian besar harga pangan seiring panen yang berlimpah dan kebijakan stabilisasi pasokan, serta turunnya inflasi harga diatur pemerintah.

Di sisi lain, saat ini investor sedang gundah gulana melirik prospek perekonomian AS, seperti tingkat pengangguran yang masih tinggi, juga inflasi yang belum kunjung mereda, sampai ada kekhawatiran bahwa ekonomi AS terancam resesi.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top