Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mencari Solusi Dana bagi Pelaku Ekonomi Kreatif

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pelaku usaha mikro, kecil, dan menegah (UMKM) di sektor ekonomi kreatif dinilai masih terhambat pada persoalan permodalan dan pemasaran. Diperlukan upaya untuk 'memerdekakan' industri usaha kreatif tersebut yang rata-rata di dominasi kalangan muda itu.

Berawal dari modal terbatas, Yukka Harlanda berhasil mengembangkan investasi usaha sepatu mereka BRO.DO dengan jumlah jutaan pelanggan saat ini. Kisah brand lokal sepatu asal Bandung itu pun semakin diakui, ketika Brodo terpilih menjadi official merchandise untuk Asian Games 2018.

Kesuksesan ini berawal kesulitan Yukka Harlanda, CEO dari brand BRO.DO menemukan sepatu ukuran besar. Kendati demikian, kesulitan yang didapat justru menjadi berkah tersendiri baginya, 2010, Yukka yang mendapat saran dari temannya untuk mengunjungi sentral produksi sepatu di Cibaduyut, Bandung terinspirasi untuk menciptakan produk sepatu lokal berkualitas.

Rintisan usaha kecil ini, hanya bermodal sekitar 7 jutaan rupiah, hasil gabungan modal dengan rekannya, Putra. Dari modal itu, uang terus diputar untuk pesanan pelanggan, sebelum dipotong sebagai keuntungan bersih. "Di tahap awal, tantangannya adalah membuat barang ini laku, setelah barang laku permintaan melonjak disitu persoalan permodalan yang menyulitkan kita, apalagi waktu itu saya merintis usaha ini dengan modal seadanya, dan saat itu masih kuliah pula sangat sulit mendapat akses permodalan di bank," ujarnya dalam acara diskusi bersama media, yang diinisiasi oleh Modalku.

Dalam upaya memperoleh modal ini pun tidak mudah, sempat meminjam ke pihak ketiga, 'pemilik modal' namun dirasa kurang menguntungkan bagi bisnisnya, "bunganya besar, dan kita menyadari itu salah. Cuma karena minim sekali pengalaman dan dapat suntikan dana yang lumayan pula, kita tergiur tanpa memikirkan ke depannya," ceritanya.

Sigit Aryo Tejo, Head of Micro Business Modalku menjelaskan usaha kecil selalu membutuhkan arus kas yang lancar agar operasional usaha maksimal. Apabila arus modal UMKM sering terlambat, maka perputaran kas usaha akan terkena dampak negatif.

"Bagi bisnis di sektor perdagangan (trade sector) yang secara konsisten membutuhkan persediaan barang dari supplier, tagihan supplier yang harus segera dibayar bisa memacetkan arus kas apabila UMKM memerlukan kas yang ada untuk menjalankan proyek bisnis. Dua kesulitan arus kas ini merupakan tantangan UMKM," jelasnya.

Permasalahan arus kas inilah yang di atasi, guna menunjang bisnis usaha kecil berjalan dengan baik, dan semakin sukses. "Terlebih di Indonesia, UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung perekonomian Indonesia," lanjutnya.

Perlu diketahui, Studi Deloitte dan Visa terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di ASEAN menunjukkan bahwa pasar UKM di Indonesia didominasi oleh sektor perdagangan/trade (sebesar 27 persen dari total UKM Tanah Air).

Studi yang sama menemukan bahwa arus kas macet adalah permasalahan finansial nomor satu bagi UKM Indonesia. Tantangan terberat selanjutnya adalah terkait penagihan invoice ke pelanggan, di mana 22-26 persen dari tagihan akan dilunasi secara terlambat.

Peranan Teknologi Finansial

Hadirnya industri teknologi finansial atau fintech diperkirakan mampu menjadi jembatan antara masyarakat urbankable dan Lembaga keuangan. Melalui industri anyar ini pula sektor usaha UMKM yang selama ini sulit mendapatkan pendanaan, diharapkan mampu menjadi UMKM yang naik kelas.

Grup Modalku sendiri telah mencapai total pencairan modal usaha sebesar lebih dari 2 triliun rupiah ke lebih dari 7.000 pinjaman UMKM di wilayah Indonesia, Singapura, dan Malaysia sejak didirikan.

Prestasi 2 triliun rupiah ini dicapai pada Juli 2018, hanya 6 bulan setelah Grup Modalku meraih total pencairan 1 triliun rupiah bagi UMKM Asia Tenggara. Dari total pencairan di Asia Tenggara, Modalku sendiri telah menyalurkan lebih dari 1,1 triliun rupiah bagi UMKM Indonesia.

"Modalku sangat bangga dapat mendukung perkembangan sektor ini. Melalui prestasi kami dalam 6 bulan terakhir, Modalku membuktikan komitmennya untuk mendukung UMKM di Asia Tenggara dan khususnya di Indonesia. Rangkaian solusi arus kas kami diharapkan akan semakin memperluas jangkauan modal usaha bagi UMKM yang selama ini kurang terlayani oleh fasilitas pinjaman dari ekosistem keuangan yang sudah ada. Dengan berbagai solusi pembiayaan bagi UMKM, Modalku berharap dapat terus memberikan dampak positif bagi perekonomian UMKM di Asia Tenggara," tandas Sigit.

Sekedar informasi pada skala global, nilai ekonomi industri kreatif melampaui industri perminyakan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD) pada 2012, industri kreatif menyumbang 2,2 triliun dolar AS atau 230 persen lebih banyak dari nilai ekspor minyak OPEC.

Industri ekonomi kreatif nasional juga telah mengalami pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan data nasional, sektor industri kreatif telah menyerap 15,9 juta tenaga kerja dengan kontribusi 7,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau setara dengan 852 triliun rupiah.

Selain itu, dengan potensi yang ada ekonomi kreatif telah menjadi salah satu pilar penting perekonomian Indonesia. Dalam waktu kurang dari tiga tahun, ekonomi kreatif memberikan kontribusi hingga 7,3 persen dari PDB negara atau 852 triliun rupiah. Menurut data BPS tentang ekonomi kreatif pada 2015, Ekonomi Kreatif telah menyerap 15,9 juta pekerja (13,90 persen) dan memiliki nilai ekspor sebesar 19,4 miliar dolar AS (12,88 persen).

ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top