Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menata Intramuros-nya Jakarta

Foto : ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa

Suasana area Museum Fatahillah yang sepi di kawasan wisata Kota Tua, Jakarta, Kamis (13/5/2021). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menutup kawasan wisata Kota Tua hingga Minggu (16/5) untuk mengurangi kerumunan selama libur Lebaran 2021.

A   A   A   Pengaturan Font

Revitalisasi kawasan Kota Tua Jakarta, apa pun nama ­yang akan disandangkan nanti, entah itu Batavia, Jayakarta, atau Sunda Kelapa, akan banyak manfaatnya.

Beberapa kota besar di Indonesia dibangun sebelum era kemerdekaan. Maka tidak heran jika di kota-kota tersebut banyak dijumpai bangunan era kolonial, baik yang masih terawat dengan baik, tidak terawat, maupun yang hanya manyisakan puing-puingnya.

Bangunan-bangunan era kolonial tersebut biasanya mengumpul dalam satu kawasan yang biasanya disebut Kota Tua atau Kota Lama. Semarang misalnya, bangunan-bangunan era kolonialnya sebagian besar berada di kawasan yang dinamakan Kota Lama.

Kota Lama Semarang yang disebut juga Outstadt atau Little Netherland, menjadi pusat perdagangan sejak Abad XIX hingga awal abad XX. Sebelum direvitalisasi dengan bantuan Kementerian PUPR, keadaannya sungguh memprihatinkan, kumuh dan sering tergenang rob. Kini, jika menyusuri Kota Lama pada malam hari serasa berwisata di kota-kota di Belanda.

Beruntunglah Semarang karena kawasan Kota Lamanya sudah keren. Beda nasib dengan Surabaya. Kawasan Kota Tuanya masih berantakan. Letaknya pun lebih berpencar. Ada sih upaya memperindah kawasan Kota Tua, dengan mengecat beberapa bangunan, tapi hasilnya justru merusak mata. Bangunan tua yang elegan, dicat warna-warni.

Jakarta yang kawasan Kota Tuanya tertata lumayan rapi pun tidak mau ketinggalan. Pemprov DKI Jakarta, saat ini sedang mengkaji usulan penggunaan kembali nama Batavia untuk menyebut kawasan Kota Tua yang tengah di revitalisasi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : M. Selamet Susanto

Komentar

Komentar
()

Top