Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 25 Mei 2023, 06:10 WIB

Menanti Kematian Bintang 'Betelgeuse'

Foto: Istimewa

Bagi pengamat langit malam tentu saja tahu Betelgeuse, sebuah bintang yang terletak 640 tahun cahaya dari Bumi. Dari cahayanya, bintang ini paling terang kedua di rasi bintang Orion, dan disebut sebagai bintang paling terang kesembilan.

Di malam hari, Betelgeuse berupa titik kemerahan berkilauan di konstelasi Orion. Selama beberapa tahun terakhir ini, bintang ini lebih mencolok dari sebelumnya karena sedang terjadi perubahan besar dalam penampilannya. Kecerahannya mengalami fluktuasi secara tak terduga sebuah fenomena yang masih belum bisa dipahami.

Dalam beberapa pekan terakhir, bintang tersebut kadang-kadang bersinar lebih dari 50 persen lebih terang dari biasanya dan ini menarik perhatian pengamat langit amatir dan astronom profesional. Orang-orang saat ini sedang menunggu, berharap terjadi peristiwa langit yang bersejarah yang disebut supernova.

Supernova adalah ledakan yang sangat energik dari suatu bintang besar dan masif yang berada di titik tertentu dalam siklus hidupnya, yang disebabkan oleh keruntuhan inti gravitasi. Pada momen ini, bintang dimaksudh memancarkan energi lebih banyak dan kecerahannya dapat bertahan hingga beberapa bulan.

Para ahli memperkirakan nantinya akan terjadi supernova atau peristiwa kematian sebuah bintang. Betelgeuse diperkirakan akan mengakhiri hidupnya secara eksplosif dalam peristiwa itu. Jarak bumi yang hanya 650 tahun cahaya dianggap cukup dekat untuk menyaksikan peristiwa ini.

Jika itu terjadi maka penduduk bumi akan berada di barisan depan menuju bencana kosmik yang spektakuler ini.

Tapi terlepas dari keinginan kuat para astronom, hampir tidak ada orang yang hidup hari ini yang bisa melihat ledakan besar Betelgeuse. Berdasarkan kecerahan, warna, ukuran, dan perkiraan usia bintang, para ilmuwan yakin Betelgeuse masih dalam tahap awal proses peleburan.

Pada titik ini, inti Betelgeuse tidak lagi dapat meraup energi dari reaksi fusi lebih lanjut, untuk menyebabkan bintang runtuh karena pengaruh beratnya sendiri dan meledak sendiri hingga berkeping-keping.

"Kita tahu bahwa Betelgeuse akan segera meledak, tetapi 'segera' terjadi dalam 10.000 hingga 100.000 tahun ke depan," kata astrofisikawan di Flatiron Institute di New York City, Jared Goldberg. "Saya tidak akan mempertaruhkan karier saya di ledakan Betelgeuse saat ini," imbuh dia seperti dikutip dariScientific American.

Namun ketika hari itu tiba, hal itu akan mencengangkan, kata Goldberg. "Apa yang akan kita lihat adalah Betelgeuse menjadi sangat terang seperti 10.000, 100.000 kali lebih terang dari biasanya dalam skala waktu sepekan," ungkap dia.

Bergantung pada seberapa kuat ledakan itu, sisa-sisa supernova mungkin menjadi seperempat atau setengah seterang Bulan purnama. Cahayanya terkonsentrasi ke satu titik dan bahkan dapat terlihat di siang hari dan menghasilkan bayangan yang mencolok pada malam hari dan penampakan ini akan bertahan cukup lama untuk dilihat semua orang.

Kesempatan Unik

Bagi para astronom, ledakan dan akibatnya akan menjadi peristiwa yang menentukan, menawarkan kesempatan unik untuk pengamatan dari dekat dan yang pasti akan mengungkapkan banyak sekali penemuan mengejutkan. Tetapi sejarah panjang pengamatan supernova umat manusia memperjelas bahwa peristiwa tersebut masih akan memiliki konsekuensi.

"Langit akan berubah secara dramatis, dan akan sangat terlihat oleh semua orang, sehingga akan menyebabkan reaksi besar di seluruh dunia," kata seorang astronom di Soka University of America, Bryan Penprase.

Menurut Penprase, para pengamat bintang di masa lalu cenderung menganggap supernova sebagai pertanda buruk dan supernova Betelgeuse tidak mungkin diabaikan. Dinamika Betelgeuse saat ini tampaknya terkait dengan apa yang disebut Peredupan Hebat pada akhir 2019 dan awal 2020.

Oleh para ilmuwan hal itu dianggap berasal dari pengeluaran gumpalan gas dan debu masif dari bintang tersebut. "Bayangkan saja jika Anda mengeluarkan sebongkah materi. Kemudian segala sesuatu yang lain akan mengalir masuk, dan itu akan mengalir deras," kata Andrea Dupree, astrofisikawan di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, yang melacak bintang tersebut.

Materi yang dihasilkan dari plasma turbulen dan medan magnet dapat membantu menjelaskan mengapa bintang saat ini jauh lebih terang daripada yang diperkirakan oleh siklus 400 hari. Dupree membandingkan kecerahan di luar jadwal dengan mesin cuci yang tidak seimbang yang berputar-putar.

"Saya pikir apa yang terjadi adalah lapisan atas mengalami masalah untuk kembali normal," kata dia. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.