Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menaklukkan Nafsu Keserakahan Menumpuk Barang

A   A   A   Pengaturan Font

Pertanyaan Jacobson ini yang kemudian juga diarahkan pada diri sendiri. Dia membuka mata kesadaran kita bahwa menumpuk barang senyatanya sebentuk keserakahan. Keserakahan menghalangi orang lain untuk memperoleh yang sebenarnya dibutuhkan. Sesederhana itu.

Denise Barnes tahu pasti betapa tidak mudah melawan rayuan iklan untuk mencari kepuasan dengan berbelanja. Awal tahun 2014 adiknya memberitahu, sedang membuat tantangan untuk tidak membeli baju, tas, sepatu, dan perhiasan baru selama setahun. Barner pun bergabung dengan tantangan itu. Mulanya memang tidak mudah, apalagi di tengah gempuran promo obral kanan kiri. Tapi, begitu sukses melewati tantangan, Barnes merasakan telah menjalani hidup yang lebih bermakna (hlm 59-63).

Godaan konsumsi yang kompulsif semakin kuat karena dukungan sistem ekonomi dan keuangan. Kisah Marsha Porter, seorang pengulas film, saat bangkit kembali dengan hidup tanpa kartu kredit sungguh menarik disimak. Kemudahan bertransaksi yang diiming-imingkan oleh penyedia kartu kredit membuat Porter terjerat. Sebanyak 13 kartu kredit menuntutnya melakukan pembayaran minimum setiap bulan 1,270 dollar AS.

Setelah dengan upaya keras berhasil bebas dari jerat kartu kredit, kini tak lagi menggunakannya. Porter kemudian merasakan momen-momen istimewa dan membahagiakan (hlm 349-353). Hidup yang tak mengenal batas konsumsi juga kadang didorong tradisi.

Kebiasaan merayakan ulang tahun, misalnya. Rebecca Smith Masterson dari Phoenix, Arizona, bertutur tentang ulang tahun putranya yang istimewa tanpa undangan, keriuhan, tumpukan hadiah, dan hura-hura. Putranya yang berumur sembilan tahun cukup tidur di tempat tidur Masterson malam menjelang ulang tahun, ditambah dengan beberapa permintaan sederhana (hlm 403-404).
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top