Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memperkenalkan Tradisi Islam Maluku Utara Melalui Festival Ramadhan

Foto : ANTARA/Abdul Fatah

Festival Ramadhan Ma Parada di Kota Ternate, digelar ada bulan Ramadhan 1444 Hijriah menjadi wadah untuk perkenalkan kembali tradisi Islam masyarakat Malut pada zaman dahulu, Minggu (16/4/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Festival Ramadhan Ma Parada tidak sekadar untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah, tapi juga menjadi wadah guna memperkenalkan kembali tradisi Islam yang tumbuh di tengah masyarakat daerah ini pada zaman dahulu, khususnya terkait dengan tradisi Ramadhan.

TERNATE - Festival Ramadhan Ma Parada di Kota Ternate, Maluku Utara, telah berlangsung pada 9-14 April 2023.Festival Ramadhan Ma Parada tidak sekadar untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah, tapi juga menjadi wadah guna memperkenalkan kembali tradisi Islam yang tumbuh di tengah masyarakat daerah ini pada zaman dahulu, khususnya terkait dengan tradisi Ramadhan.

Maluku Utara memiliki empat kesultanan yakni Kesultanan Ternate, Tidore, Bacan dan Kesultanan Jailolo. Daerah ini memiliki beragam tradisi Islam yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Namun demikian, sebagian tradisi tersebut tidak lagi dilaksanakan karena sejumlah alasan, seperti tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

Tradisi Gusungi misalnya, menurut penggagas Festival Ramadhan Ma Parada, Firman Mudaffar Sjah, tradisi itu zaman dahulu dilaksanakan untuk menentukan awal Ramadhan. Tapi hal tersebut kini tidak dilaksanakan lagi karena kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang astronomi.

Masyarakat Maluku Utara pada zaman dahulu untuk mengetahui awal Ramadhan melaksanakan tradisi Gusungi. Caranya, dengan melihat rumput Gusungi di laut yang jika telah berbunga dan bunganya mengapung di permukaan laut, itu menunjukkan awal Ramadhan telah tiba, karena bunga ini selalu berbunga di saat awal bulan.

Tradisi Islam masyarakat Maluku Utara yang tidak lagi dilaksanakan, seperti tradisi Gusungi itu, harus tetap diketahui dari generasi ke generasi, karena tradisi ini merupakan bagian dari kekayaan kearifan lokal warisan para leluhur dan tidak ada di daerah lain.

Mengemas tradisi Gusungi dan tradisi Islam lainnya di Maluku Utara yang tidak lagi dalam bentuk seni tari, tapi menampilkan di Festival Ramadhan Ma Parada atau acara lainnya, menurut Firmansyah, merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperkenalkan kembali tradisi itu kepada masyarakat, khususnya kalangan generasi muda.

Memanfaatkan media sosial untuk menyebar luaskan narasi atau visualisasi tradisi Islam di Maluku Utara juga bisa menjadi salah satu terobosan untuk memperkenalkan tradisi Islam itu kepada masyarakat. Sebab, selain jangkauannya luas, juga media sosial telah menjadi bagian dari aktifitas keseharian masyarakat.

Kesultanan di Maluku Utara selama ini sangat berperan dalam upaya melestarikan dan mengembangkan tradisi Islam dan tradisi lainnya warisan para leluhur, di antaranya dengan cara menjadikan tradisi itu sebagai kegiatan rutin kesultanan melalui dukungan pemerintah daerah setempat.

Kesultanan Ternate misalnya, seperti disampaikan Sultan Ternate,Hidayatullah Sjah, memiliki beragam tradisi peninggalan para leluhur, termasuk yang terkait dengan Ramadhan, di antaranya tradisi Ela-ela untuk menyambut turunnya Lailatul Qadar pada malam Ramadhan rutin digelar di Kesultanan itu.

Tradisi Kololi Kie motengolo atau mengelilingi Gunung Gamalama melalui laut juga rutin dilaksanakan Kesultanan Ternate, biasanya saat peringatan ulang tahun Sultan Ternate atau ada bencana besar di Ternate, yang tujuannya untuk memohon perlindungan serta dibebaskan dari bencana kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kesultanan Ternate memiliki pula kegiatan untuk mempromosikan tradisi dan seluruh produk budaya Ternate maupun ketiga kesultanan lainnya di Maluku Utara yakni Festival Legu Gam setiap bulan April yang telah masuk dalam kalender kegiatan pariwisata nasional.

Wisata Religi

Pemerintah Kota Ternate melihat penyelenggaraan Festival Ramadhan Ma Paradayang digelar di lapangan Ngara Lamo Ternate tidak saja untuk menyemarakkan Ramadhan dan memperkenalkan tradisi Islam MalukuUtara, tetapi juga menjadi wisata religi.

Dengan adanya wisata religi seperti itu diharapkan akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Ternate, termasuk warga asal Ternate yang kini menetap di daerah lain mudik ke Ternate untuk menyaksikan wisata religi tersebut sekaligus berlebaran bersama dengan keluarga besarnya di daerah ini.

Wali Kota Ternate, Tauhid Soleman, memastikan Pemkot Ternate mendukung sepenuhnya penyelenggaraan Festival Ramadhan Ma Parada, bahkan akan menjadikannya kegiatan tahunan, karena dapat memberi kontribusi pengembangan sektor pariwisata di daerah ini.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan sektor prioritas di Kota Ternate untuk memajukan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat. Objek wisata andalannyaseperti wisata budaya, wisata peninggalan sejarah, wisata alam dan wisata bahari.

Wisata budaya yang menjadi andalan untuk menarik minat wisatawan diantaranya Kedaton Kesultanan Ternate dengan beragam kegiatan tradisinya, seperti sejumlah kegiatan tradisi Islam pada bulan Ramadhan.

Wisata religi yang dapat menarik minat wisatawan di Kota Ternate, selain dalam bentuk tradisi Islam, juga berupa bangunan tempat ibadah yang telah tercatat sebagai cagar budaya.

Tempat ibadah itu adalah Masjid Kesultanan Ternate yang dibangun pada abad ke-15, Gereja Katholik Santo Willibrordus atau Gereja Batu yang dibangun pada abad ke-16 dan Kelenteng Ibu Suri Agung yang dibangun pada abad ke-17.

Masjid Kesultanan Ternate selama ini dikenal sebagai masjid yang memiliki banyak keunikan, tidak saja dari desain bagunannya, tetapi juga tradisi dalam pelaksanaan ibadah di masjid itu. Misalnya, pakaian pria yang melaksanakan shalat harus menggunakan celana panjang dan penutup kepala berupa kopiah atau lainnya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Sallahudin Uno saat berkunjung di Ternate beberapa waktu lalu menggambarkan kekhasan budaya Ternate, termasuk wisata religinya memiliki potensi besar untuk menarik minat wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Oleh karena itu, pemerintah daerah, kesultanan, pelaku usaha pariwisata dan berbagai pihak terkait lainnya untuk terus mempromosikannya serta membuat kegiatan yang dapat menarik kunjungan wisatawan.

Kota Ternate setiap tahunnya dikunjungi lebih dari 10 ribu wisatawan dari dalam dan luar negeri. Wisatawan luar negeri sebagian datang ke kota rempah ini menggunakan kapal pesiar, karena Ternate menjadi salah satu titik persinggahan kapal pesiar dalam pelayaran di kawasan Asia.


Redaktur : -
Penulis : Antara, Sujar

Komentar

Komentar
()

Top