Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Thiraphong Chansiri, Presiden dan CEO Thai Union Group

Memiliki Pandangan Global

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Di tangan Thiraphong Chansiri, Thai Union tahun ini telah melipatgandakan pendapatannya menjadi 3,1 miliar dollar AS, dan penjualan stabil di hampir seluruh wilayah Eropa dan AS.

Thai Union Group adalah produsen makanan laut yang berbasis di Thailand. Perusahaan didirikan pada tahun 1977 dan terdaftar di Bursa Efek Thailand pada 22 November 1994. Saat ini, Thai Union dianggap sebagai produsen makanan ikan tuna terbesar di dunia dengan penjualan tahunan melebihi 133,3 miliar bath atau sekitar 4,1 miliar dollar AS, dengan jumlah karyawan global lebih dari 47.000 orang.

Thai Union beroperasi di seluruh dunia dengan fasilitas pabrik di Prancis, Ghana, Polandia, Portugal, Papua Nugini, Norwegia, Seychelles, Skotlandia, Vietnam, Thailand, dan Amerika Serikat. Bisnisnya merintis produk-produk makanan laut yang inovatif dan berkelanjutan, termasuk ikan tuna, udang, makarel, salmon, makanan hewan peliharaan, dan produk lain bernilai tambah. Portofolio merek global perusahaan ini, meliputi Chicken of the Sea, John West, Petit Navire, Parmentier, Mareblu, King Oscar, dan Rügen Fisch dan merek-merek terkemuka Thailand Sealect, Fisho, Qfresh, Monori, Bellotta, dan Marvo.

Sebagai perusahaan yang berkomitmen terhadap inovasi dan perilaku yang bertanggung jawab secara global, Thai Union bergabung menjadi anggota United Nations Global Compact dan anggota pendiri International Seafood Sustainability Foundation (ISSF). Pada 2015, perusahaan memperkenalkan strategi keberlanjutan SeaChange®.

Upaya yang dilakukan Thai Union untuk isu-isu keberlanjutan diakui pada tahun 2018 dengan menjadi peringkat nomor satu di dunia dalam Industri Produk Makanan di Dow Jones Sustainability Index (DJSI), mencapai peringkat persentil ke-100 untuk total skor keberlanjutan. Uni Thailand juga ditunjuk FTSE4 Good Emerging Index hingga tahun ketiga berturut-turut pada 2018.

Tahun lalu, ketika eksportir tuna terbesar di dunia itu mengumumkan membeli John West yang berusia 143 tahun dan tiga merek makanan laut Uni Eropa lainnya dalam kesepakatan 883 juta juta dollar AS, hanya sedikit orang Eropa yang pernah mendengar tentang Thai Union Frozen.

"Faktanya, sangat sedikit orang Thailand yang mengetahui perusahaan kami. Ini budaya kita, kepribadian kita. Kami tidak pernah menaruh perhatian besar pada pers. Selama bertahun-tahun perusahaan menjadi produsen kontrak untuk merek internasional, dan masih menarik lebih dari 90 persen pendapatannya dari luar negeri, jadi itu cukup untuk dihormati oleh investor, analis, pelanggan utama di AS dan Jepang," kata Presiden dan CEO Thai Union Group, Thiraphong Chansiri, beberapa waktu lalu.

Perusahaan keluarga itu berubah di bawah Thiraphong yang berusia 46 tahun, putra tertua dari salah seorang pendiri. Thai Union telah menjadi merek produk tuna paling populer ketiga di AS, Chicken of the Sea, sejak 2000. Sekarang, dengan mengakuisisi John West, merek Hyacinthe Parmentier dan Petit Navire di Prancis serta Mareblu di Italia, perusahaan Thailand ini mengabdikan 67 persen dari mereknya. Langkah itu untuk meningkatkan profil publiknya, memperluas lini produk, dan memasuki pasar baru.

Ahli Strategi

Thiraphong menjabat sebagai presiden ketika berusia 30 tahun, secara bertahap memikul tanggung jawab lebih besar dari ayahnya, Kraisorn Chansiri.

Di tangan Thiraphong, tahun ini perusahaan telah melipatgandakan pendapatannya menjadi 3,1 miliar dollar AS, dan penjualan stabil di hampir seluruh wilayah Eropa dan AS. Perusahaan telah menyumbang 21 persen dari produksi tuna dunia.

Thiraphong mengagumi sang ayah karena mendukung pertumbuhan perusahaan hingga Thai Union berhasil melalukan ekspansi vertikal dan lateral, membuka pasar baru, serta menerapkan manajemen keuangan yang transparan, dan konservatif.

Thiraphong mengenang awal 1980-an, yang menjadi masa booming perusahaan. Dihadapkan dengan peraturan lingkungan yang lebih ketat dan biaya tenaga kerja yang tinggi, pemrosesan tuna utama San Diego - StarKist, Bumble Bee, dan Chicken of the Sea, dipindah ke Thailand. Uni Thailand mengambil teknologi dan metode manajemen baru dari Amerika. Selanjutnya, kapal-kapal tuna Jepang, Taiwan, dan Korea datang ke pelabuhan dengan cakalang, sirip kuning, dan albacore. Pembeli Jepang datang untuk memilih makanan laut terbaik.

Sejak awal, Thiraphong berurusan dengan para eksekutif senior di perusahaan seperti H J Heinz, Nestlé, Purina, Unilever, Costco, Safeway, Mitsubishi dan Hagoromo. "Semua perusahaan global ini mengajari kami bagaimana mereka memandang bisnis dan pasar dunia," katanya.

Akibatnya, dia selalu memiliki pandangan global dan selalu mencari merek untuk memahkotai bisnis perusahaan yang terintegrasi secara vertikal. "Secara alami, sebagai produsen, Anda selalu ingin memiliki merek. Tanpa merek Anda tidak dapat mengendalikan masa depan Anda," ujarnya.

Thiraphong sering bepergian ke luar negeri setidaknya satu bulan sekali. Dia tetap bugar dengan bangun pukul 5 pagi untuk joging. Para pengamat menggambarkan dia sebagai orang penuh optimisme.

Menghadapi apa yang mungkin menjadi kendala terbesar, penurunan konsumsi tuna kalengan di AS yang anjlok sekitar 40 persen dalam tiga dekade terakhir, Thiraphong tidak gentar. Dia justru menetapkan target pertumbuhan penjualan tahun ini minimal 5 persen dari tahun sebelumnya dengan terus melakukan diversifikasi ke pasar dan bisnis baru. Strategi itu telah membantu perusahaan mengatasi penurunan permintaan dalam beberapa tahun terakhir untuk tuna kalengan, menjual produk-produk tuna bernilai lebih tinggi, salmon dan udang untuk menjaga pendapatan tetap tinggi. Harga saham perusahaan telah naik sekitar 5 persen pada tahun lalu, meningkatkan kekayaan ayah dan keluarganya sebesar 3 persen dan mengangkat peringkat ke urutan 41 dari urutan 42.

"Selama semua krisis, kami melewatinya dengan baik. Kami menghadapi krisis Asia, berhasil dengan baik. Dalam krisis Amerika 2008-2009 kami berhasil dengan baik, dan selama krisis utang Eropa kami malah membeli perusahaan Eropa," pungkasnya. forbes.com/eko s putra/ selocahyo/AR-2

BIODATA

Nama: Thiraphong Chansiri

Tempat Tanggal Lahir:

Sakhon, Thailand, 22 Juli 1965

Pendidikan:

- Sarjana Ekonomi Pemasaran di Assumption University, Thailand

- Magister Bisnis di University of San Francisco, AS

Karier:

  • 2010-sekarang: Direktur Thaksin Samut Co Ltd.
  • 2012-sekarang: Direktur Chaowpraya Cold Storage Co Ltd.
  • 2014-sekarang: Direktur Thai Union High-Tech Pearl Cultivation Co Ltd.
  • 2014-sekarang: Direktur Minor International PCL.
  • 2016-sekarang: Direktur Red Lobster Master Holdings LP.
  • 2017-sekarang: Direktur Thai Union Property Development Co Ltd

Komentar

Komentar
()

Top