Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PERSPEKTIF

Memilih Diksi Selama Covid-19

Foto : ANTARA/Katriana

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto berbicara dalam konferensi pers bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19, di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (14/7).

A   A   A   Pengaturan Font

Istilah orang dalam pemantauan (ODP) diganti menjadi kontak erat, pasien dalam pengawasan (PDP) diganti menjadi kasus "suspek", dan orang tanpa gejala (OTG) diganti dengan kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik). Pejabat terkait beralasan bahwa pergantian istilah itu bertujuan mempermudah masayarakat memahami apa yang dimaksudkan pemerintah.

Frasanew normalatau istilah lainnya memang tidak mudah dimengerti sebagian masyarakat awam. New normalsemestinya dimaknai sebagai adaptasi perilaku terhadap situasi yang saat ini terjadi, yaitu pandemi Covid-19. Perilaku yang dimaksud, misalnya menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun. Jadi, seharusnya yang ditonjolkan bukan istilahnya, tapi perilaku kita yang harus disesuaikan dengan situasi yang terjadi saat ini. Perilaku yang bisa membatasi atau menghindari transmisi persebaran lebih lanjut dari orang ke orang supaya tidak terinfeksi atau terpapar virus Covid-19.

Kita juga pernah mendengar pernyataan pemerintah, yaitu berdamai dengan Covid-19. Padahal yang dimaksud adalah beradaptasi atau berdampingan dengan Covid-19. Virus korona tidak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang cepat. Karena itu, istilah berdampingan lebih tepat digunakan daripada berdamai dengan virus korona.

Menggunakan diksi yang tepat sangat penting dalam situasi pandemi Covid-19 ini. Diksi yang salah bisa memengaruhi tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalani protokol kesehatan. Masyarakat tidak mengerti apa yang disampaikan pemerintah. Alhasil, penerapan protokol kesehatan tak maksimal dan selanjutnya berakibat pada angka penularan yang tetap tinggi.

Kekurangan pemerintah bukan hanya dalam menyusun atau memilih diksi selama wabah Covid-19, melainkan juga dalam menjalin komunikasi dengan masyarakat. Pemerintah perlu memperbaiki cara berkomunikasi terkait dengan risiko Covid-19. Pemerintah juga harus memperbaiki cara penyebaran informasi risiko dan berbagai macam pencegahannya. Edukasi perilaku beradaptasi dengan kondisi terbaru tersebut harus terus-menerus disampaikan dengan melibatkan tokoh yang berpengaruh di masyarakat.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top