Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 25 Okt 2017, 01:00 WIB

Memilih dan Menemukan Produk Keuangan yang Tepat

Foto: istimewa

Google merilis hasil riset terbaru mengenai cara nasabah mencari sekaligus memilih produk keuangan yang tepat.

Google merilis hasil riset terbaru tentang industri keuangan Indonesia dan cara nasabah mencari dan memilih produk keuangan. Melalui Laporan bertajuk Think Finance yang dikerjakan Google bersama Kantar/TNS, setidaknya memberi gambaran umum tentang kompleksnya proses yang dilalui nasabah sebelum akhirnya menentukan produk keuangan.

Untuk memperoleh data tersebut, riset ini melibatkan sekitar 501 orang Indonesia pengguna internet yang melakukan pinjaman pribadi atau mendaftar kartu kredit dalam satu tahun ke belakang.

Menurut Yudistira Adi Nugroho, Insight Specialist Finance Google Indonesia, masyarakat Indonesia sudah semakin pintar dengan mempelajari produk atau layanan keuangan secara online yang akan digunakannya nanti. "Mereka sering Googling dulu sebelum akhirnya memilih produk yang dirasa sesuai kemampuan dirinya," terang Adi, di Jakarta, belum lama.

Hal ini dilakukan guna melakukan komparasi antara produk yang ditawarkan institusi perbankan dengan referensi dari keluarga atau teman dan review serta rating dari internet. Tercatat, 54 persen atau separoh dari orang Indonesia mengatakan bahwa mereka mencari informasi untuk membantu menyaring opsi dan menemukan produk terbaik.

Kemudian, lanjut Adi, dalam laporan Think Finance terungkap peminjaman uang belakangan telah digandrungi masyarakat di Indonesia. Menurutnya, telah terjadi kenaikan dua kali lipat terhadap kata kunci pinjaman uang dari 2014.

Dalam surveinya, 74 persen responden mengaku mengajukan aplikasi kredit atau pinjaman untuk kebutuhan darurat mereka, seperti sakit atau terkena musibah. Sementara itu, 26 persen nasabah mengajukan aplikasi pinjaman atau kredit untuk peristiwa besar dalam hidup mereka, seperti pernikahan dan melahirkan anak.

Sementara, 83 persen responden mengaku tidak memiliki masalah informasi tentang cara mengajukan permohonan kartu kredit. Uniknya, 6 persen cenderung tidak mencari informasi di situs perusahaan keuangan, Adi mengungkap hal ini terjadi lantaran situs resmi perbankan tidak memberikan informasi yang jelas mengenai produk mereka.

"Ini penting, saya kira dunia perbankan lebih memberikan informasi yang jelas di website dan mulai serius dalam menggarap service di ranah digital. Contoh, memunculkan experience yang sama di desktop dan mobile. Temuan lain survei sebanyak 85 persen pencarian produk pinjaman terjadi melalui smartphone, lalu berlanjut ke pelayanan costumer service secara online," ujarnya. ima/R-1

Berbagai Langkah

Dalam laporan ini juga menjabarkan bagaimana rumitnya seseorang saat ingin mengambil keputusan memilih produk keuangan. Pertama, initial research stage, yaitu mencari bank mana yang menawarkan pinjaman yang paling baik. Kedua, further research stage yakni mencari fasilitas apa yang ditawarkan institusi perbankan, seperti mana bank yang berbunga rendah dan bank aman yang sedang menawarkan diskon. Ketiga, sign up, di mana mereka mulai datang dan mengajukan aplikasi kartu kredit atau pinjaman. Keempat, konsumen review dan rating, di mana mereka membuat ulasan dan rekomendasi secara online.

Pada laporan ini juga menunjukan perlu adanya penjelasan gamblang soal pemasaran, ketika para calon konsumen mulai menapaki berbagai tahap tersebut untuk menentukan keputusannya. "Bank tidak hanya harus memberikan layanan yang baik, tetapi juga menyediakan konten yang relevan dan bermanfaat sejak pertama kali nasabah membuka ponsel untuk mencari informasi," kata Adi.

Adi melanjutkan, ada beberapa saran yang pihaknya rekomendasikan untuk segera dilakukan pihak perbankan, yaitu bank harus memberikan informasi secara jelas di website-nya serta mengangkat promo yang tengah dilangsungkan. Lalu dihadirkanya fitur komparasi produk dan konsumen review dan rating, agar konsumen bisa membandingkan produk yang ditawarkan sehingga bank lebih kredibel dalam menjual produknya dan tepat sasaran.

Meskipun informasi yang diperoleh sudah lengkap biasanya nasabah akan tetap mencari referensi informasi setelah mereka mendaftarkan diri pada salah satu produk perbankan. Mereka akan mencari ulasan orang lain terkait produk perbankan yang mereka pilih.

Dan terakhir, ungkap Adi, disediakanya online aplication service, guna memudahkan masyarakat saat ingin melakukan peminjaman atau mengajukan kartu kredit.

Sementara itu, Dewi Tuegeh, Head of Customer Value Management, Card Products and Proposition of HSBC Indonesia, menambahkan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap jasa keuangan masih tergolong minim, yakni hanya 35 persen, lebih rendah dibandingkan Malaysia dan Singapura.

Dewi mengungkapkan, belakangan banyak orang yang mengajukan pinjaman untuk memulai usaha. Untuk itu, bank perlu memperluas variasi produk pinjamannya. Menurutnya, dengan menghadirkan pilihan produk yang variatif diharapkan dapat mendorong minat masyarakat untuk menggunakan produk-produk keuangan. ima/R-1

Sumber Kekecewaan

Penelitian terbaru dari Kaspersky Lab menunjukkan orang-orang yang mencari pasangan melalui online kemungkinan akan merasa kecewa, dikarenakan banyak yang mendapati informasi dan foto palsu, tautan berbahaya, penipuan dan lain sebagainya.

Studi yang dilakukan Kaspersky menemukan mereka yang mencari pasangan hidup melalui platform kencan online seperti aplikasi popular Tinder, Bumble, OK Cupid, Badoo dan lain-lain, hanya memiliki kesempatan tipis untuk mendapatkan pasangan sejati.

Pasalnya, hanya 11 persen yang menggunakan platform ini dengan tujuan menemukan pasangan yang akan mereka nikahi. Selebihnya, 48 persen pengguna kencan online mengaku hanya untuk bersenang-senang, 13 persen hanya mencari kepuasan seksual.

"Tidak semua kencan online dapat berjalan mulus, dan bagi mereka yang mencari pasangan hidup melalui online harus menghadapi sejumlah besar informasi palsu, scammers, atau motif tersembunyi dalam prosesnya," terang Andrei Mochola, Head of Consumer Business di Kaspersky Lab.

Selain itu, 57 persen orang mengaku berbohong saat berkencan online dengan memalsukan informasi agar terlihat lebih baik ketimbang di kehidupan nyatanya.

Hal yang paling menjengkelkan untuk pada pemburu jodoh online ialah informasi palsu, di mana ada 19 persen menyatakan mereka berhenti menggunakan kencan online karena foto palsu, serta 12 persen orang berhenti karena kebohongan status dan keberlanjutan hubungan pasca kencan online yang tidak jelas, hal ini membuat 11 persen orang berhenti mencari cinta di platfom kencan online.

Ada juga orang yang menggunakan untuk tujuan jahat. Satu dari 10 pengguna kencan online mengungkapkan faktor menghadapi penipu yang mencoba memeras informasi pribadi atau keuangan, melalui cara dikirimkan tautan berisi malware.

"Bukan maksud kami menasihati pengguna untuk menghindari kencan online, kami hanya mendorong mereka untuk mempertimbangkan keamanan diri di setiap langkah," tandas Andrei. ima/R-1

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.