Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memberi Penguatan Sebuah "Brand" Amat Penting

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Brand Itu "Dipraktekin"

Penulis : Tim Wesfix

Penerbit : Grasindo

Cetakan : April 2017

Tebal : x + 231 halaman

ISBN : 978-602- 375-887-6

"Buy commodities. Sell brands," kata Warren Buffet. Ungkapan tersebut berarti seseorang membeli produk lebih distimulasi brand. Kecap, misalnya, semua dibuat dari kedelai. Di pasaran ada banyak produk kecap. Lalu, bagaimana hanya beberapa lari, lainnya tidak? Itulah kekuatan brand. Proses pembuatan brand disebut branding.

Buku ini mengatakan pada dasarnya setiap orang memiliki brand yang dipersepsikan orang lain. Brand tersebut bisa berasal dari tingkat pendidikan, organisasi, orang tua, dan lainnya. Begitu juga dengan sebuah produk. Jangan dibayangkan brand hanya merek dan logo. Dia sebuah perspektif. "Brand adalah sesuatu yang dapat menjalin hubungan antara pemilik usaha dan konsumen berdasarkan janji kualitas," tulis buku ini (hlm viii).

Perspektif dalam sebuah brand mengandung pesan yang mengaitkan konsumen secara historis, emosional, keyakinan, dan imagi personal lainnya. Contoh brand mapan yang hingga kini masih eksis. Tanpa kekuatan brand yang diusung, orang hanya akan mengatakan sebuah merek adalah perusahaan yang menjual sesuatu. Contoh, Disney merupakan studio pembuat film kartun. Faktanya, di benak konsumen setia terhadap produk, terdapat perspektif yang jauh lebih mendalam. Disney bukan sekadar pembuat film, tapi gudang imajinasi yang mewujudnyatakan seluruh impian (hlm 2).

Erward de Bono, ahli yang mendalam proses berpikir manusia, mengatakan bahwa mengubah aspek emosional lebih berpengaruh ketimbang rasio (hlm 7). Ini tidak cukup dengan membuat konsumen paham, namun juga membuat jiwa mereka terkesan. Di sinilah benih ikatan emosional tumbuh kuat yang pada tahap tertentu melampaui logika.

Buku ini mencontohkan mangkuk bergambar ayam jago yang dipercaya konsumen Asia bisa menambah enaknya rasa dan aroma mi ayam. Setelah diselidiki, keyakinan tersebut berangkat dari fakta sejarah bahwa logo ayam jago sudah dipakai sejak kekuasaan Kaisar Ming Tiongkok karena kepercayaan, ayam jago akan memperlancar rezeki.

Ayam jago merupakan gambar yang memiliki kesan, pesan, dan sejarah yang mengubah perspektif seseorang tentang mi ayam. Ketika ditanya mengapa menggunakan mangkuk bergambar ayam jago membuat mi lebih lezat. Mereka tidak bisa menjelaskan secara logis. Inilah kekuatan brand.

Agar bisa membuat brand sekuat itu, bangunlah trust melalui janji otentik. Janji ini bisa diucapkan secara verbal dan nonverbal. Selain yang dijanjikan berdasarkan kebutuhan konsumen, dia juga mesti unik sebagai pembeda dari produk lain. Karena ini sebuah janji, maka harus faktual. Agar janji itu semakin dekat dan melekat dalam diri konsumen, selalu dihidupkan melalui iklan atau promo.

Janji harus ditepati dan dibela habis-habisan. Jangan sampai konsumen tertipu. Dengan begitu, ketika konsumen sudah merasakan janji, dengan sendirinya muncul perspektif setiap kali melihat brand. Buku ini membicarakan tentang branding secara praktis, tidak bertele-tele. Setiap tema dibahas tidak lebih dari dua lembar. Peminat bisa membacanya dari mana saja dan bisa langsung dipraktikkan. Ini disesuaikan dengan judul buku. Disamping itu, hal-hal penting yang menjadi gagasan utama ditulis tebal pada tiap halaman. Seperti hanya buku genre how to, bacaan tersebut juga tidak lepas dari beragam kisah tentang brand yang diulas dari sisi sebab kesuksesan.

Dari beragam kisah tersebut, dapat ditarik benang merah yang kemudian dirumuskan untuk membuat brand serupa. Buku ini baik didalami oleh mereka yang hendak menjual, menampilkan, serta mengirimkan kesan dan perspektif tertentu kepada pasar.

Diresensi M Aminulloh, Lulusan STAI Buduran Sidoarjo

Komentar

Komentar
()

Top