Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Film Indonesia

Membangun Antusiasme Penonton Lokal

Foto : koran jakarta/imantoko

Sutradara Joko Anwar (kanan) tengah menunjuk aplikasi pemesanan tiket di ponsel Android beberapa waktu lalu di Jakarta. Aplikasi pemesanan tiket membuat penonton lebih mudah memesan tiket, sehingga memicu minat masyarakat untuk menonton bioskop.

A   A   A   Pengaturan Font

Industri film Indonesia saat ini semakin berkembang.

Perkembangan industri perfilman Indonesia semakin positif, film baru gubahan sineas lokal pun kini mulai mendominasi gedung-gedung bioskop, bahkan tak jarang film lokal menjadi 'rajanya'.

Pemandangan antusiasme penonton Indonesia pun juga perlu diapresiasi, kini film lokal semakin dilirik. Jumlah penonton film nasional terus meroket. "Tahun 2017, kita hampir 42 juta tiket dijual dalam satu tahun untuk nonton film Indonesia dibandingkan dengan 35 juta di tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya lagi 2016 lebih sedikit, sekitar 32 juta tiket," kata Joko Anwar di sela acara launching kerjasama Digibank dan M-Tik, di Jakarta belum lama ini.

Memang dari sisi angka penonton lokal bisa diartikan sebagai kembalinya tingkat kepercayaan para penikmat film terhadap film Indonesia setelah sempat mati suri beberapa dekade.

Gambaran paling nyata dari kembalinya gairah menonton film lokal dapat dilihat dari tingginya penonton film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 yang dirilis sejak 2 September 2016, yang berhasil meraup 6.858.616 orang penonton dengan pendapatan kotor mencapai 205 miliar rupiah dan ditasbihkan menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa.

Kemudian sekuelnya, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2, berhasil menyedot 4.083.190 penonton. Kemudian film horor paling fenomenal Pengabdi Setan, juga berhasil menarik sekitar 4.206.103 orang penonton. "Minat masyarakat Indonesia untuk nonton film di bioskop berada di titik paling atas sepanjang sejarah film Indonesia," terang sutradara film Pengabdi Setan itu.

Lalu Industri film Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan dalam segi produksi. Joko menceritakan tahun lalu ada sekitar 140 judul film Indonesia yang berhasil rilis. "Berarti dalam seminggu bisa rilis empat film lokal, atau bahkan lima film," ujarnya.

Kendati demikian ada kendala baru dari derasnya produksi film lokal, yaitu jumlah kru film profesional yang sangat terbatas. "Ini sampai membuat kru-kru film Indonesia secara sumber daya manusia jadi rebutan," ucap Joko.

Melihat luasnya kesempatan tersebut, sineas kelahiran Medan itu menilai bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi siapa saja yang ingin berkarya dalam dunia perfilman sebagai kru film. Sebab, industri perfilman Indonesia kekurangan sumber daya manusia untuk kru film.

"Jumlah kru film Indonesia itu enggak cukup makanya saya selalu nulis di sosial media, kalau misalnya ada yang mau masuk industri film indonesia sebagai kru sekarang lah saatnya karena sedang sangat dibutuhkan," tambah Joko.

Namun dia juga berpesan kepada siapa saja yang ingin berkarir di dunia perfilman agar selalu belajar meningkatkan kemampuan agar bisa bersaing di industri film. "Tentunya juga harus melalui proses belajar baik otodidak, kursus, sekolah atau segala macam yang penting harus menguasai teknis biar bisa masuk industri film Indonesia," jelasnya.

Digitalisasi Pemesanan Tiket

Di era serba teknologi seperti saat ini menikmati film bukan lah sesuatu yang rumit, karena beragam platform sudah menyediakan film-film berkualitas yang siap disajikan di manapun, tak terkecuali di layar smartphone.

Joko menilai menonton film di bioskop kini juga sudah jauh lebih maju, ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Teknologi cukup mendominasi bioskop dari sisi layar maupun audio. "Tak dipungkiri yang membuat minat masyarakat lebih tinggi lagi salah satunya adalah untuk kemudahan membeli tiket, tanpa datang ke lokasi bioskopnya," tutur Joko.

Sebelumnya memang antrian tiket film di biskop, menjadi momok yang cukup menakutkan bagi penikmat film di Indonesia.

Sementara itu, Chief Technology Officer Cinema 21, Andrew Pangestu menjelaskan kontribusi penjualan tiket di secara online di Cinema 21, saat ini mencapai 20-30 persen, angka ini naik pesat dibanding tahun 2017 silam, yang hanya mencapai 5-10 persen.

Seperti yang sudah kita ketahui Cinema 21 telah menghadirkan layanan pembelian tiket secara mobile melalui M-Tix. Untuk menggeber transaksi pembelian tiket secara online, salah satu cara yang cukup potensial ialah dengan menjalin kemitraan dengan pihak perbankan. "Sejauh ini ada lima bank yang sudah bekerjasama dengan M-Tix, dan yang terbaru saat ini dengan Digibank, produk perbankan digital dari Bank DBS Indonesia. Melalui kemitraan dengan institusi bank ini memang dapat memicu konsumen untuk membeli tiket nonton secara online," terangnya.

Senior Vice President Digibank Partnership PT Bank DBS Indonesia Neni Veronica menambahkan, kerja sama antara Digibank dan M-Tix merupakan salah satu dukungan terhadap pelaku industri perfilman dan pemerintah dalam mengurangi pembajakan di Tanah Air.

ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top