Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memanen Kabut Mendulang Air

A   A   A   Pengaturan Font

Teknologi bernama fog harvesting atau memanen kabut dapat membantu penduduk di pegunungan dalam mengatasi kelangkaan air. Di tempat tinggi di mana air turun ke bawah oleh tarikan gravitas menyebabkan sumber air cepat mongering apalagi jika lama tidak turun hujan.

Tidak perlu teknologi canggih untuk mendapat air melalui metode menangkap kabut. Syaratnya, di pegunungan tersebut banyak kabut atau awan jenis stratocumulus. Menurut United Nations Environmental Program (UNEP) biasanya awan jenis ini berada pada ketinggian sekitar 400 mdpl hingga 1.200 mdpl.

Sistem memanen kabut yang dikembangkan UNEP dibuat dengan memanfaatkan jaring jala peneduh tanaman atau biasa disebut paranet. Bahan yang digunakan untuk paranet biasanya berupa jaring nilon, polietilen, atau polypropylene. Bahan-bahan ini dalam praktiknya terbukti mampu menangkap sejumlah air yang melewatinya.

Paranet ditopang dengan dua tiang penyangga di kanan kirinya. "Saat angin melewati jala, tetesan air tawar terbentuk dan menetes ke saluran di bawahnya, dari mana pipa mengarahkan air ke tangki penyimpanan," demikian tulis laman Connecting Countries to Climate Technology Solution (CTCN).

Di Afrika Selatan, proyek penelitian oleh University of South Africa (Unisa) dilakukan dengan mengatur beberapa panel jala bersama untuk memperluas daerah tangkapan air dan memberikan stabilitas yang lebih besar struktur agar tahan terhadap tiupan angin yang kencang.

Penelitian menunjukkan bahwa pemanenan kabut bekerja paling baik di lokasi dengan periode kabut yang sering. Bukan hanya di pegunungan pontensi kabut juga bisa diperoleh di pantai saat kabut bergerak ke daratan yang didorong oleh angin.

Sistem pemanenan kabut paling baik dipasang di lokasi terbuka dengan ketinggian yang cukup untuk terkena aliran angin. Hal ini karena kecepatan angin tinggi, dengan jaring yang rapat dapat meningkatkan efisiensi sistem panen.

Produksi Tuaian

Pada proyek penelitian oleh Unisa, tetesan air yang terkumpul pada jaring mengalir ke bawah dan menetes ke saluran pada bagian bawah jaring. Selanjutnya, air yang diperoleh disalurkan melalui pipa ke tangki penyimpanan atau tangki air.

Tingkat produksi air yang berhasil dikumpulkan Unisa dengan lebar jala 70 meter persegi, antara 200 dan 1.000 liter per hari, tergantung pada keberadaan. Air yang tekumpul dapat meningkat lagi ketika kecepatan angin meningkat dan lebar jala paranet lebih sempit.

Pada proyek penelitian di Yaman dengan lebar jala 40 meter persegi, berhasil mendapat air sebanyak 4.500 per hari. Sementara itu, pada Tanjung Verde, sebuah negara kepulauan di Atlantik dengan lebar jala 200 meter persegi berhasil mengumpulkan 4.000 liter per hari. Republik Dominika dengan lebar jala 40 meter berhasil mendulang air 4.000 liter per hari. Di Eritrea dengan lebar jala 1.600 berhasil merengguk air 12.000 liter per hari.

Selain di wilayah tertentu di negara-negara tersebut, menurut Pusat Penelitian Pengembangan Internasional UNEP, Chili, Peru, dan Ekuador, Angola, Namibia, Cina, Oman, Meksiko, Kenya, dan Sri Lanka memiliki potensi dalam pengembangan teknologi murah ini.

Teknologi memanen kabut tergolong cukup ekonomis dalam pengoperasian karena tidak membutuhkan energi. Selain itu, air yang didapat dari udara umumnya bersih, tidak mengandung mikroorganisme berbahaya. Dalam beberapa kasus, air yang dikumpulkan dengan teknologi pemanenan kabut telah terbukti memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). hay/G-1*

Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top