Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kartini Indonesia

Memaknai Semangat Kartini di Era Kekinian

Foto : koran jakarta/gemma fitri purbaya
A   A   A   Pengaturan Font

Hari Kartini yang jatuh pada 21 April, selalu diperingati dengan gegap gempita, terutama di sejumlah daerah di Indonesia, terlebih bagi anak-anak perempuan yang duduk di tingkat SD. Biasanya, mereka di sekolah mengenakan baju adat atau kebaya dan membagikan bunga pada perempuan-perempuan yang berjasa bagi mereka.

Kartini, pejuang perempuan yang lahir di Jepara 140 tahun lalu itu, telah membawa banyak perubahan bagi kalangan perempuan Indonesia, nyaris di semua lini kehidupan. Namun, apakah makna dari Hari Kartini itu sendiri?

Tunggal Pawestri, aktivis, memaknai Hari Kartini sebagai momen pengingat bahwa akses, keterlibatan dan representasi perempuan di berbagai sektor itu penting. Di samping itu semua, masih ada banyak PR yang harus dikerjakan guna menjawab persoalan yang dihadapi perempuan saat ini.

Hal serupa juga diutarakan Anindya Restuviani, co-Director Hollaback yang menceritakan bahwa makna Hari Kartini ini sebagai pengingat mengenai sudah seberapa jauh perjuangan kaum perempuan di Indonesia, khususnya untuk mencapai kesetaraan gender.

"Kartini mengingatkan kita tentang bagaimana kolot dan usangnya budaya patriarki di Indonesia. Menurutku merayakan Hari Kartini, kita harus bisa merefleksikan perjuangan Kartini dan sebagai perempuan Indonesia, jangan sampai membuat perjuangan Kartini berhenti atau bahkan mundur kembali membatasi gerak dan kebebasan perempuan di Indonesia," katanya.

Namun sayangnya, makna Hari Kartini di Indonesia menurut Anindya sudah terlalu lama direduksi. Seperti yang sudah kita tahu bahwa perayaan Hari Kartini seringkali melibatkan aktivitas anak-anak perempuan yang berdandan, menggunakan pakaian adat atau terselenggaranya peragaan busana dan atau membagi-bagikan bunga pada perempuan yang berjasa di hidupnya.

"Tetapi jika diingat-ingat lagi, di saat kita sekolah dahulu, sepertinya hanya itu saja perayaan Hari Kartini. Tanpa ada embel-embel lanjutan yang menjelaskan apa sebetulnya yang Kartini perjuangkan. Di saat ada pun hanya terbatas dengan kata 'emansipasi', tetapi apa sesungguhnya emansipasi itu? Apakah betul hanya sebatas pendidikan bagi perempuan saja?" tutur Anindya.

Meski begitu, saat ini juga tidak sedikit masyarakat yang memaknai Hari Kartini dengan fokus pada perjuangan Kartini, tidak hanya selebrasi semata. gma/R-1

Isu Kesetaraan Gender

Emansipasi perempuan adalah salah satu isu yang paling sering dibicarakan khususnya di Hari Kartini, mengingat Kartini adalah tokoh emansipasi perempuan di Indonesia. Menurut KBBI, emansipasi perempuan adalah persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Di Indonesia, topik persamaan gender sudah banyak digaungkan. Namun faktanya, hal tersebut masih jauh dari harapan.

"Pada akhirnya karena setiap kali bicara mengenai Kartini, kita hanya bicara pada isu perempuan sekarang sudah bisa bersekolah karena Kartini. Banyak yang berasumsi bahwa untuk apa kita berjuang tentang kesetaraan gender lagi apabila kita sudah mencapai kesetaraan gender karena perempuan sudah bisa bersekolah. Kesetaraan gender lebih dari perempuan sudah bisa bersekolah," kata Anindya.

Ia melanjutkan, ketika berbicara mengenai kesetaraan gender, bukan hanya berbicara tentang kuantitas, namun juga kualitas. Masih banyak perempuan yang drop out dan tidak meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi merupakan suatu fakta, sementara banyak perempuan yang masih dilecehkan, bahkan oleh keluarganya sendiri dan di tempat umum, menjadi bukti bahwa laki-laki memiliki hidup yang jauh lebih aman dibandingkan perempuan.

Tunggal mengatakan hal yang sama. Untuk saat ini masih sedikit produk hukum di Indonesia yang berpihak pada perempuan yang sering mengalami kekerasan berbasis gender. Termasuk RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang sampai saat ini belum juga disahkan sehingga mendukung masih belum terealisasikannya kesetaraan gender, payung hukum yang memadai untuk kasus pelecehan seksual dan terus terjadinya kawin anak.

"Pendidikan soal keadilan gender, bagaimana mengenali dan mengatasi pelecehan atau kekerasan seksual masih minim. Masih ada saja yang menganggap bahwa isu ini tidak penting," ujar Tunggal. gma/R-1

Siap Pecahkan Rekor Dunia

Pada kesempatan berbeda, Wanita Selam Indonesia (WASI) yang merupakan organisasi di bawah naungan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) siap untuk memecahkan tiga rekor dunia. Agenda besar yang akan dilakukan pada 3 Agustus 2019 di Manado, Sulawesi Utara itu nantinya akan melakukan penyelaman massal dengan jumlah 3 ribu penyelaman, rantai manusia terpanjang dalam air serta pembentangan bendera terlebar di dunia.

Kegiatan tersebut diadakan untuk memperingati HUT RI ke-74, bersamaan dengan mempromosikan banyak hal yang berkaitan dengan laut, seperti pariwisata, lingkungan hidup, kelestarian alam dan olahraga selam.

Tri Tito Karnavian, Ketua Umum WASI mengatakan bahwa Indonesia adalah negara kelautan terbesar di dunia sehingga sumber daya dan kekayaan lautnya harus dijaga dengan baik. Namun, banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa gaya hidup sehari-hati bisa mengancam lingkungan hidup laut yang tidak hanya berdampak pada laut Indonesia, namun juga laut dunia.

"Ancaman serius saat ini dari penggunaan bahan plastik sekali pakai dan tidak mengelola plastik dengan benar. Saat ini Indonesia menjadi peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik di dunia," tuturnya.

Untuk itu, ia bersama WASI mencoba meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi kehidupan dan bekerja sama dengan banyak pihak untuk mensosialisasikan penggunaan plastik dengan bijak.

Selain itu, WASI juga akan melakukan aksi bersih laut dan pantai Manado untuk mensosialisasikan pembersihan laut Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye Dive Against Debris, gerakan yang mengajak para penyelam untuk mencintai laut dengan membersihkan puing dan sampah di dalam laut.

"WASI selalu berusaha untuk melibatkan masyarakat di berbagai kegiatan yang kami lakukan sehingga kesadaran mereka untuk menjaga kebersihan dan keindahan laut akan semakin meningkat. Pantai dan laut yang bersih tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitar tapi juga membantu pengembangan potensi wisata bahari Indonesia," katanya.

Agenda pemecahan rekor dunia itu dibuka untuk umum, di mana para penyelam baik perempuan maupun laki-laki dapat berpartisipasi melalui pendaftaran di website resmi WASI. Sebelumnya, WASI pernah melakukan pemecahan rekor MURI pada 2018 untuk penyelaman massal perempuan terbanyak yang diikuti 930 penyelam wanita dan pembentangan bendera terpanjang dalam laut Indonesia sepanjang 500 meter. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top