Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memahami secara Benar Seputar Penyakit Diabetes

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Diabetes

Penulis : Hans Tandra

Penerbit : Gramedia

Cetakan : 2017

Tebal : 287 halaman

ISBN : 978-602-03-3476-2

Kencing manis atau diabetes melitus (DM) merupakan penyakit fenomenal dengan angka pengidap meningkat tajam. Ada 230 juta penduduk dunia mengidap penyakit ini yang tiap tahun bertambah tujuh juta. Diperkirakan tahun 2025, jumlahnya mencapai 350 juta jiwa. Di Indonesia, pada tahun 1995 tercatat 4,5 juta. Jumlahnya pada 2017 bertambah menjadi 8,4 juta. Diperkirakan tahun 2025, membengkak menjadi 12,4 juta orang atau urutan kelima terbanyak di dunia. Setiap 10 detik, satu orang meninggal karena penyakit gula ini. Semua negara mencatat bahwa diabetes menjadi ancaman serius.

Penyakit yang sudah ada lebih dari 2000 tahun lalu ini karena tumpukan gula (glukosa) berlebih yang beredar dalam darah. Gula darah berasal dari makanan dan hati. Hati memproduksi gula cadangan yang dikeluarkan ketika gula dari makanan tidak ada. Gula tersebut sangat penting sebagai energi kehidupan sel-sel tubuh.

Untuk bisa masuk ke dalam sel-sel, perlu dibuka insulin yang diproduksi pankreas. "Setiap kali makan, pankreas memberi respons dengan mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Ibarat kunci, insulin membuka pintu sel agar gula masuk. Dengan demikian, kadar gula dalam darah turun," tulis Hans (hlm 9).

Tumpukan gula dalam darah akibat gagal memasuki sel karena kerusakan pankreas sejak lahir sehingga gagal memproduksi insulin. Ini disebut diabetes tipe 1. Ini level akut namun jumlahnya sangat sedikit. Bisa pula akibat jumlah insulin tidak sepadan dengan jumlah gula yang diproduksi. Atau sel-sel tubuh resisten terhadap sentuhan insulin akibat obesitas (hlm 12).

Buku ini hadir karena asumsi sangat mendasar, gejala diabetes sulit diketahui karena memiliki masa inkubasi sangat lama dan tiadanya keluhan. Dia baru ketahuan setelah terjadi komplikasi akut, sehingga memerlukan beragam terapi panjang dan bisa dikatakan terlambat atau jarang sembuh seperti semula. Sebagian besar tidak peduli karena memang tidak merasa bahwa dalam darahnya terdapat benih diabetes.

Maka, sangat penting untuk rutin memeriksa tingkat gula darah ke dokter. Ini akan sangat membantu sebab sejak dini yang bersangkutan mengantisipasi. Buku ini mengungkapkan, beberapa negara yang tingkat kesadaran dan kepedulian medisnya lemah, cenderung memiliki jumlah warga pengidap diabetes lebih besar. Indonesia, misalnya, lebih dari 50 persen pengidap diabetes baru mengetahui ketika sudah parah. Ini berbeda dengan Singapura yang hanya 20 persen (hlm 33).

Di samping itu, banyak yang tidak paham, diabetes berawal dari gaya hidup keliru. Kecanggihan teknologi membuat orang jarang bergerak, padahal banyak makan. Sumber lain, orang lebih menyukai makanan dan minuman berkalori, berkolestrol, dan berlemak. Mereka kurang istirahat karena sibuk bekerja atau berlamalama di tempat hiburan (hlm 252).

Orang hispanik merupakan sampel ideal. Mereka dulu merupakan kaum pemburu dan petani. Tubuh mereka ramping karena lemak dibakar dalam gerak. Saat ini, mereka termasuk etnis pengidap diabetes. Artinya, keturunan hispanik otomatis akan mengidapnya. Ini berawal dari beberapa generasi mereka terdahulu yang tidak lagi berburu dan bertani. Mereka jadi sedikit bergerak, banyak makan karena sudah makmur.

Pemahaman tentang obat diabetes juga menentukan kesembuhan. Banyak beredar rumor tentang "obat" seperti jus buah tertentu, semut jepang, atau undur-undur. Mereka belum diadakan tes klinis dan riset medis. Penderita memilihnya mungkin karena panik dan enggan membaca atau berkonsultasi kepada dokter ahli (hlm 292).

Baca Juga :
Letusan Semeru

Diresensi Faiz, Staf Lembaga Pendidikan An-Najah Sumenep

Komentar

Komentar
()

Top