Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memahami Hikikomori, Perilaku Ekstrem Orang yang Menarik Diri dari Kehidupan Sosial

Foto : The Conversation/Shutterstock/Momentum Studio

Hikikomori berarti menarik diri secara ekstrem dari kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

A   A   A   Pengaturan Font

Sebaliknya, mereka secara pasif mengamati dunia melalui game online dan media sosial dalam suatu bentuk "kematian sosial". Para ahli juga mulai mengeksplorasi kemungkinan hubungan hikikomori dengan autisme, depresi, kecemasan sosial, dan agorafobia (rasa takut berlebihan).

Seorang yang melakukan hikikomori tidak hanya kehilangan waktu bertahun-tahun dalam hidup mereka dalam keterasingan, kondisi ini juga berdampak pada keluarganya.

Biasanya, orang tua Jepang dari orang yang mengalami hikikomori mendedikasikan waktu bertahun-tahun untuk memastikan kebutuhan hidup dasar anak mereka terpenuhi. Ini berarti jarang ada pemicu alami yang mendorong mereka untuk mendapatkan bantuan. Layanan kesehatan mental serta layanan pendidikan dan perawatan sosial terlalu sering difokuskan untuk menanggapi masalah yang lebih dramatis atau yang terlihat. Hal ini membuat keluarga merasa terjebak dan terisolasi.

Seiring dengan meningkatnya pengakuan global terhadap hikikomori, prevalensi kondisi ini akan meningkat. Pada akhirnya, hal ini akan menyoroti kebutuhan akan pilihan pengobatan yang lebih baik.

Saat ini, pengobatan berfokus pada aktivitas fisik, membangun kembali kapasitas untuk interaksi sosial, dan mengambil pendekatan bertahap untuk terlibat kembali dengan pekerjaan atau studi. Terapi yang melibatkan seluruh keluarga juga sedang diuji.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top