Memahami Ethereum, Koin Crypto yang Tengah Populer
Foto: ISTIMEWAEthereum merupakan salah satu koin paling popular di dunia Cryptocurrency setelah Bitcoin. Kapitalisasi pasar yang besar, menjadi Ethereum menjadi koleksi para trader atau investor. Bahkan di Indonesia pernah heboh dengan Ghozali Everyday yang berhasil mendapatkan miliaran melalui aset NFT.
Aset NFT yang dijual Ghozali Everyday laris manis dan dibayar menggunakan Ethereum, jadi tidak perlu bingung dengan istilah ini. Sebelum membeli koin ini maka kamu harus mengenal terlebih dahulu Ethereum dan pergerakan harganya.
Apa Itu Ethereum?
- Baca Juga: Wujudkan Swasembada Pangan
- Baca Juga: BPS : Kenaikan harga komoditas awal tahun picu inflasi di Kepri
Ethereum adalah sebuah platform komputasi yang digunakan untuk menjalankan program komputer yang dikenal sebagai smart contract. Dengan Ethereum, siapa saja bisa melakukan transfer uang digital tanpa perlu bantuan institusi perantara, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya, dan konsepnya mirip dengan Bitcoin.
Teknologi smart contract memungkinkan terjadinya transaksi keuangan secara online tanpa pihak ketiga, yang dikenal dengan istilah blockchain. Kapabilitas blockchain Ethereum berbeda dari yang digunakan oleh Bitcoin.
Blockchain Ethereum memiliki kemampuan yang lebih kompleks dan fleksibel dibandingkan dengan Bitcoin. Hal itu disebabkan Ethereum memungkinkan para pengembang untuk menciptakan berbagai macam aplikasi.
Salah satunya adalah aplikasi pertukaran crypto, bahkan hingga pinjam meminjam aset crypto. Oleh karena itu, Ether memiliki banyak aplikasi di luar penggunaannya sebagai token atau mata uang virtual, dan kini banyak proyek menarik yang sedang dibangun di jaringan Ethereum.
Seorang programmer asal Rusia-Kanada bernama Vitalik Buterin adalah sosok di balik lahirnya Ethereum. Ia pertama kali mengusulkan ide ini pada tahun 2013 melalui sebuah dokumen yang berjudul Ethereum: The Ultimate Smart Contract and Decentralized Application Platform, melalui dokumen tersebut menjelaskan visinya untuk menciptakan blockchain yang Turing-complete.
Turing-complete juga dikenal sebagai platform komputer terdesentralisasi yang dapat menjalankan berbagai aplikasi. Dua tahun setelah berusaha meyakinkan para investor, Ethereum resmi diluncurkan pada tahun 2015.
Dengan banyaknya minat, baik dari dukungan teknis maupun finansial, Buterin kemudian mendirikan Ethereum Foundation. Sebenarnya, pada tahun 2014, Ethereum sudah mendapatkan respons yang luar biasa, digunakan sebagai mata uang digital dalam cryptocurrency.
Selain itu, Ethereum juga dimanfaatkan untuk menjalankan berbagai aplikasi dan memonetisasi pekerjaan. Pada 7 Agustus 2015, harga kurs eth mencapai 2,83 dolar atau sekitar Rp41 ribu per keping. Setahun kemudian, Ethereum terpecah menjadi dua blockchain, yaitu Ethereum dan Ethereum Classic.
Setelah terjadi pencurian dana yang mengakibatkan hilangnya 50 juta dolar AS. Ethereum baru dibentuk dengan keamanan yang lebih baik. Hingga tahun 2017, minat masyarakat terhadap Ethereum mulai meningkat.
Pergerakan harga Ethereum
Dilansir dari Pintu Market, Kurs eth hari ini adalah Rp Rp 53.525.521 dengan volume perdagangan harian Ethereum mencapai Rp Rp 594,65 Triliun atauUS$18.901.576.404 dalam 24 jam terakhir, menunjukkan penurunan sebesar -49,60% dibandingkan satu hari sebelumnya, yang menandakan berkurangnya aktivitas pasar.
Untuk harga Ethereum pernah menorehkan harga tertinggi sepanjang waktu pada 10 November 2021 dengan harga ETH mencapai US$4.878,26. Jika dibandingkan dengan harga saat ini maka 32,69% lebih rendah dibandingkan dengan harga tertinggi yang pernah dicapai.
Sedangkan harga terendah sepanjang waktu untuk Ethereum (ETH) adalah US$0,433, yang tercatat pada 20 Oktober 2015 (lebih dari 9 tahun yang lalu). Saat ini, harga Ethereum 758.235,79% lebih tinggi dibandingkan dengan harga terendah yang pernah ada.
Mengenal Celestia, Pionir Blockchain Modular
Celestia merupakan sebuah proyek blockchain modular, kini menjadi perbincangan hangat di komunitas crypto setelah meluncurkan airdrop koin native-nya, TIA.Blockchain modular merupakan inovasi dalam desain blockchain di mana sistem dibangun dari berbagai modul atau komponen independen yang dapat diintegrasikan dengan mudah.
Pendekatan ini memberikan fleksibilitas maksimal dalam mengonfigurasi blockchain sesuai dengan kebutuhan spesifik tanpa mengganggu keseluruhan sistem.
Apa itu Celestia?
Celestia adalah jaringan blockchain modular yang dirancang untuk menyediakan ketersediaan data dan konsensus.
Berbeda dengan blockchain monolitik yang mengintegrasikan lapisan eksekusi, penyelesaian, dan ketersediaan data dalam arsitektur inti mereka, blockchain modular mengikuti model struktural yang berbeda.
Dalam konfigurasi modular, lapisan konsensus lebih fokus pada ketersediaan data daripada penyelesaian dan eksekusi. Pendekatan berlapis ini memungkinkan fleksibilitas dan penyesuaian yang lebih besar karena setiap lapisan dapat beroperasi secara independen dalam ekosistem.
Hal ini menciptakan kerangka kerja yang lebih fleksibel dan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan. Sebagai jaringan konsensus dan data modular, Celestia berfungsi sebagai rantai minimal yang bertanggung jawab untuk publikasi transaksi tanpa menjalankannya secara langsung.
Pergerakan Harga TIA
Dilansir dari Pintu Market, melihat grafik tia idr harga saat ini mencapai Rp 74.219 dengan volume perdagangan harian mencapai US$75.580.615 dalam 24 jam terakhir, mengalami penurunan sebesar -45,10% dibandingkan dengan satu hari yang lalu.
Untuk harga tertinggi sepanjang waktu untuk Celestia (TIA) adalah US$20,85, yang tercatat pada 10 Februari 2024. Artinya harga saat ini 78,57% lebih rendah dibandingkan dengan harga tertinggi yang pernah dicapai.
Sedangkan harga terendah sepanjang waktu TIA adalah US$2,08, yang tercatat pada 31 Oktober 2023. Saat ini, harga tersebut 114,50% lebih tinggi dibandingkan dengan harga terendah yang pernah ada.
Tim dan Investor Celestia
Proyek Celestia didirikan oleh Mustafa Al-Bassam, yang juga menjabat sebagai CEO. Al-Bassam memiliki gelar Ph.D dalam bidang blockchain. Ia dibantu oleh rekannya, Ismail Khoffi, sebagai CTO, yang sebelumnya merupakan mantan engineer senior di Tendermint.
Proyek ini memiliki valuasi sebesar US$1 miliar dan telah menerima pendanaan dari berbagai perusahaan modal ventura. Dalam pendanaan terbaru, perusahaan ini berhasil mengumpulkan dana sebesar US$55 juta dari Bain Capital Crypto dan Polychain Capital.
Kontribusi signifikan dalam putaran pendanaan juga datang dari berbagai entitas terkemuka seperti Coinbase Ventures, Delphi Digital, Placeholder, Jump Crypto, dan Galaxy.
Cara Kerja Celestia
Celestia beroperasi sebagai blockchain modular dengan memisahkan fungsi-fungsi inti sistem ke dalam modul-modul yang dapat berfungsi secara independen. Berikut adalah langkah-langkah cara kerjanya:
Modul Konsensus
Modul ini bertanggung jawab untuk proses konsensus di jaringan. Fokus utamanya adalah memastikan ketersediaan data yang konsisten di seluruh jaringan.
Berbeda dengan blockchain monolitik yang sering menggabungkan lapisan konsensus dengan eksekusi dan penyelesaian, modul konsensus dalam blockchain modular lebih terfokus pada kesepakatan data dan menjaga konsistensi jaringan.
Modul Eksekusi
Lapisan eksekusi bertugas untuk melaksanakan smart contract. Dalam pendekatan modular, lapisan eksekusi dapat diintegrasikan atau diperbarui secara terpisah tanpa mempengaruhi lapisan lainnya.
Modul Penyelesaian
Modul ini mengelola proses penyelesaian transaksi dan transfer aset. Dengan pemisahan modul, pengembang dapat menyesuaikan atau mengganti modul penyelesaian tanpa perlu melakukan perubahan besar pada modul lainnya.
Modul Ketersediaan Data
Lapisan ketersediaan data memastikan bahwa data yang diperlukan untuk validasi transaksi tersedia di seluruh jaringan. Dalam blockchain modular, fokus pada ketersediaan data dapat meningkatkan efisiensi dan skalabilitas.
Berita Trending
- 1 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 2 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 3 Tayang 6 Februari 2025, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Nyata yang Sempat Viral
- 4 Rilis Poster Baru, Film Horor Pabrik Gula Akan Tayang Lebaran 2025
- 5 Majukan Ekosistem Digital Indonesia, Diperlukan Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat
Berita Terkini
- Pemkot Pekanbaru pertimbangkan operasi pasar respons harga cabai naik
- Polisi bongkar produksi narkotika di Sentul dengan barang bukti satu ton
- Bupati Berau: BPJ2N telah perbaiki enam titik longsor jalan nasional
- Polisi ungkap praktik prostitusi di objek wisata Gunung Kemukus
- SAR gabungan berhasil evakuasi korban tanah longsor di Bangka Selatan