Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Melihat Sidang MK

A   A   A   Pengaturan Font

Mahkamah Konstitusi (MK) tengah menggelar sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) untuk Pemilihan Presiden 2019 sejak Jumat, 14 Juni 2019. Hari ini sidang berjalan kurang lebih satu pekan dengan waktu sidang sampai dini hari. Sidang berjalan melelahkan dan amat menguras energi karena ada yang sampai 20 jam.

Untuk duduk di kursi saja dari pukul 09.00 sampai malam sudah lelah, apalagi sampai dini hari (berikutnya). Namun begitu, sejauh ini, substansi sidang sepertinya belum ada. Perjalanan sidang selama kurang lebih satu pekan itu belum mampu menampilkan gambaran kecurangan yang dikatakan kubu 02 sebagai terstruktur, sistematis, dan masif (TSM).

Hal ini bukan tanpa sebab. Salah satunya kelemahan saksi-saksi yang didatangkan pemohon atau kubu pasangan capres/cawapres Prabowo-Sandiaga. Di satu sisi, argumen yang disampaikan para saksi 02 kurang meyakinkan, meragukan, dan sering tidak konsisten. Ketidakkonsistenan saksi ini membuat hakim-hakim MK sering harus beberapa kali menegaskan dan bertanya ulang kesaksian yang harus dipegang mahkamah. Misalnya, salah satu saksi sebelumnya merasa tidak terancam, tetapi ketika ditanya Yusril Ihza Mahendra, tiba-tiba merasa terancam.

Selain itu, kesaksian para saksi 02 juga mudah dimentahkan para pengacara kubu lawan. Masyarakat juga banyak dibuat geli, baik pertanyaan pengacara maupun kesaksian para saksi karena tidak paham akan masalah tertentu. Maka, sejauh ini show selama sepekan yang diperoleh masyarakat masih sekadar perjalanan sidang yang melelahkan. Sekali lagi, sidang belum mampu memperlihatkan adanya kecurangan yang TSM.

Banyak pengamat menilai, kurang matang persiapan kubu 02 menghadapi persidangan, baik dari sisi pengadaan saksi maupun dokumennya. Bahkan salah satu calon saksi, Haris Azhar, akhirnya menolak menjadi saksi kubu 02.

Rakyat juga melihat "ketidakseriusan" dari capres Prabowo dan cawapres Sandiaga sendiri. Hal itu terlihat ketika mendekati "detik-detik" persidangan, keduanya malah jalan-jalan ke luar negeri. Prabowo mengadakan perjalanan antara lain ke Brunei, kemudian Sandiaga malah pergi ke Amerika.

Masyarakat melihat kedua pasangan tersebut sepertinya tidak serius mempersiapkan persidangan MK. Memang, mereka telah membentuk tim hukum. Namun, akan lebih tampak elegan kalau mereka juga bekerja keras membantu tim hukum menyiapkan persidangan, bukan malah jalan-jalan ke luar negeri seperti itu. Padahal ketika mereka pergi ke luar negeri, sidang MK tinggal beberapa hari saja.

Jadi, situasi atau pemandangan tersebut membuat masyarakat menyimpulkan Prabowo-Sandi tidak serius mencari kemenangan persidangan. Bisa jadi, maju ke MK sekadar "menenangkan" para pendukung mereka, bukan mencari kemenangan. Sebenarnya, masyarakat ingin mendapat gambaran apakah benar-benar terjadi kecurangan TSM. Memang sidang belum selesai. Akan tetapi, dilihat dari perjalanan dan isi sidang, rasanya, masyarakat tak akan terpuaskan untuk melihat adanya kecurangan yang TSM.

Maju ke MK untuk membuktikan adanya kecurangan TSM memang berat sekali, apalagi kalau perbedaan angkanya mencapai hampir 17 juta suara. Ini bukan pekerjaan berat saja, tetapi juga amat melelahkan dan perlu perjuangan. Maka mestinya pasangan 02 berada di dalam negeri, walau sekadar support secara moral, kalaupun tidak ikut menyiapkan data. Tetapi eksistensi mereka, tim hukum tentu lebih merasa terdukung.

Ini menjadi pelajaran penting untuk masa depan terutama bagi para calon presiden dan calon wakil presiden untuk 2024. Semua kontestan pilpres menyiapkan diri lebih dulu apakah siap menerima apa pun hasil. Kalau berbeda terlalu jauh, tak perlu buang-buang energi maju ke MK. Apalagi andai data pendukung tidak amat meyakinkan. Namun, semua pihak harus menghargai langkah kubu 02 maju ke MK untuk mencari kebenaran. Mari tunggu. Apa pun hasil sidang MK harus diterima semua pihak secara ksatria.

Komentar

Komentar
()

Top