Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Melestarikan Kekayaan Kebudayaan Indonesia Raya Melalui Busana Sebagai Identitas Bangsa

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan budaya dan adat istiadat yang beragam, terbentang dengan berbagai keunikannya dari Sabang sampai Merauke.

Berbicara mengenai adat istiadat, ada satu hal yang tidak bisa hilang dan menjadi bagian integral dari peradaban suatu bangsa, yaitu busana. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki busana khasnya masing-masing yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan mengakar dalam adat budaya setempat.

Namun pada perkembangannya saat ini, kesatuan busana dengan budaya daerah di Indonesia semakin terlihat menjauh. Bukan hanya menjauh karena perkembangan trend busana modern, namun lebih dari itu busana daerah saat ini terlupakan sebagai akar budaya Indonesia dan tergeser oleh pengaruh busana asing yang sama sekali tidak mengakar dan bukan berasal dari budaya asli Indonesia.

Budaya dan busana seharusnya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Masyarakat Indonesia sebagai identitas nyata yang melekat sebagai orang Indonesia.

Namun ironinya masyarakat Indonesia pada saat ini semakin melepaskan identitasnya sebagai orang Indonesia dan menggantikannya dengan simbol-simbol identitas bangsa lain, termasuk busana yang dikenakannya sehari-hari.

Dalam ruang lingkup individu masyarakatnya, ruang representasi busana daerah menjadi semakin sempit, bahkan mungkin hanya tersisa sekali dalam umur mereka saat merayakan hari pernikahannya saja mengenakan busana daerah.

Walaupun bersifat multi gender, namun ketika kita berbicara mengenai busana maka yang biasanya terpikir dalam benak kita adalah wanita. Hal itu terjadi karena wanita sejak dulu kala memegang peranan penting dalam proses cipta dan representasi busana. Demikian juga dengan kiprah wanita Indonesia dalam busana, dimana wanita Indonesia sejak dulu kala telah menunjukan kepada dunia dalam dokumentasi budaya Indonesia melalui busana daerahnya masing-masing.

Untuk lebih mengingatkan lagi mengenai seberapa kaya rayanya aset busana-busana daerah sebagai bagian penting dari Kebudayaan Indonesia, Koran Jakarta telah merangkum beberapa dokumentasi potret busana wanita Indonesia dari berbagai daerah dari tempo dulu sebagai bukti yang sangat otentik bahwa kekayaan itu ada dan telah mengakar di tanah air Indonesia sebagai berikut:

  • Perempuan Palopo 1911

Datu raja Luwu, We Kambo Daeng Risompa, difoto oleh etnolog Albert Grubauer di Palopo 1911.

  • Perempuan Sumatera tahun 1867

Jacobus Anthonie Meessen atau disingkat JA Meessen adalah seorang fotografer Belanda yang aktif memfoto lanskap di Hindia Belanda (nama Indonesia dulu).

Salah satu karya fotografer kelahiran tahun 1836 itu adalah potret perempuan di tanah Sumatera Barat. Dalam jepretannya itu hadir dua sosok perempuan yang menggunakan pakaian adat dengan bentuk yang berbeda.

  • Perempuan Madura tahun 1949

Titia merupakan anggota Barisan Tjakra Madura yang didirikan oleh Belanda dan peraih Medali Kruis van Verdienst.

Penghargaan tersebut ia terima sebagai penghargaan atas pembelaannya terhadap kepentingan Kerajaan Belanda di medan perang.

  • Perempuan Jawa pada tahun 1890

Potret studio perempuan Jawa, istri seorang imigran Arab. Circa 1890.

Pernikahan semacam itu memang lazim, dari sinilah lahir generasi yang pada masanya menyebut diri peranakan Arab.

  • Perempuan Manado pada tahun 1900


Potret seorang muslim di Manado 1900-an, pelukis Raden Saleh dan bupati Serang Tjondronegoro, circa 1870.

  • Perempuan Betawi 1910


Potret studio seorang perempuan kaya di Betawi, 1910-15.

Citra tradisional balutan kebaya dan kain sepertinya hendak dikontraskan dengan kesan modern lewat buku di meja yang sayangnya terlampau kecil.

  • Perempuan Solo


Seorang fotografer tak dikenal di Solo bereksperimen menggunakan cermin demi mendapatkan efek hidup dari dua perempuan yang di potretnya

Sedang menggunakan kain ciri khas solo dikenakan di bagian tubuh atas dan bawah menimbulkan efek yang elegan pada jamannya

  • Perempuan Minangkabau pada tahun 1935


Perempuan Minangkabau sedang menggunakan pakaian adat pada tahun 1935.

  • Perempuan Makassar pada tahun 1920


Perempuan Makassar sedang menggunakan pakaian adat pada tahun 1920 bersama keluarganya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Aris N

Komentar

Komentar
()

Top