Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Meksiko Putuskan Hubungan Diplomatik Setelah Polisi Ekuador Menyerbu Kedutaan Besarnya

Foto : Istimewa

Mantan wakil presiden Ekuador yang mendapat suaka ditangkap di Kedutaan Besar Meksiko, di Quito, setelah penggerebekan yang mengejutkan, Jumat (5/4) malam.

A   A   A   Pengaturan Font

QUITO - Pemerintah Meksiko pada Jumat (5/4) mengakhiri hubungan diplomatik dengan Ekuador setelah polisi masuk ke Kedutaan Besar Meksiko pada Jumat malam untuk menangkap mantan wakil presiden Ekuador, sebuah penggunaan kekuatan yang mengejutkan dan membingungkan para pemimpin dan diplomat.

Dilansir oleh ABC News, polisi Ekuador menerobos pintu luar kedutaan besar di ibu kota, Quito, untuk menangkap Jorge Glas, yang telah tinggal di sana sejak Desember. Glas mencari suaka politik di kedutaan setelah didakwa atas tuduhan korupsi.

Penggerebekan tersebut mendorong Presiden Meksiko, Andrés Manuel López Obrador, mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Ekuador pada Jumat malam, sementara menteri hubungan luar negeri pemerintahannya mengatakan akan menggugat tindakan tersebut di Pengadilan Dunia di Den Haag.

"Ini tidak mungkin. Tidak mungkin. Ini gila," kata Roberto Canseco, kepala bagian konsuler Meksiko di Quito, kepada pers lokal sambil berdiri di luar kedutaan setelah penggerebekan.

"Saya sangat khawatir karena mereka bisa membunuhnya. Tidak ada dasar untuk melakukan hal ini. Ini benar-benar di luar norma."

Pada hari Sabtu, Glas diangkut dengan kendaraan lapis baja dari kantor jaksa agung ke bandara, di mana ia menaiki pesawat untuk penerbangan ke kota pelabuhan Guayaquil, 265 mil (425 kilometer) selatan Quito. Orang-orang yang berkumpul di luar kantor kejaksaan meneriakkan "strength" ketika konvoi kendaraan polisi dan militer bergerak.

Badan pemasyarakatan Ekuador mengatakan Glas akan tetap ditahan di fasilitas dengan keamanan maksimum di Guayaquil.

Pihak berwenang sedang menyelidiki Glas atas dugaan penyimpangan selama upaya rekonstruksi setelah gempa bumi dahsyat pada tahun 2016 yang menewaskan ratusan orang. Dia dihukum atas tuduhan suap dan korupsi dalam kasus lain.

Kantor Presiden Ekuador, Daniel Noboa, membela penggerebekan tersebut dalam sebuah pernyataan, dengan mengatakan "Ekuador adalah negara berdaulat" yang tidak akan "membiarkan penjahat mana pun tetap bebas." López Obrador membalas dengan menyebut penahanan Glas sebagai "tindakan otoriter" dan "pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan kedaulatan Meksiko."

Menteri Hubungan Luar Negeri Meksiko, Alicia Bárcena, mengunggah di X bahwa sejumlah diplomat menderita luka-luka selama penggerebekna tersebut, dan menambahkan bahwa hal tersebut melanggar Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik.

Tempat diplomatik dianggap "tidak dapat diganggu gugat" berdasarkan perjanjian Wina dan lembaga penegak hukum setempat tidak diperbolehkan masuk tanpa izin duta besar. Orang-orang yang mencari suaka telah tinggal selama berhari-hari hingga bertahun-tahun di kedutaan besar di seluruh dunia, termasuk di kedutaan besar Ekuador di London, yang menampung pendiri WikiLeaks, Julian Assange, selama tujuh tahun karena polisi Inggris tidak dapat masuk untuk menangkapnya.


Keputusan pemerintah Ekuador dikutuk

Presiden Honduras, Xiomara Castro, dalam tulisannya di X, menyebut penggerebekan tersebut sebagai "tindakan yang tidak dapat ditoleransi oleh komunitas internasional" dan "pelanggaran terhadap kedaulatan Negara Meksiko dan hukum internasional" karena "tindakan tersebut mengabaikan hak historis dan fundamental atas suaka."

Organization of American States (OAS) dalam sebuah pernyataan mengingatkan para anggotanya, termasuk Ekuador dan Meksiko, akan "kewajiban" mereka untuk tidak "menggunakan norma-norma hukum domestik untuk membenarkan ketidakpatuhan terhadap kewajiban internasional mereka."

"Dalam konteks ini, OAS menyatakan solidaritasnya terhadap mereka yang menjadi korban tindakan tidak pantas yang berdampak pada Kedutaan Besar Meksiko di Ekuador," bunyi pernyataan yang dirilis Sabtu.

Organisasi tersebut menambahkan bahwa mereka menganggap pertemuan dewan permanennya "perlu untuk mengatasi masalah ini," namun tidak menentukan tanggalnya.

Bárcena pada hari Jumat mengatakan Meksiko akan membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional "untuk mengecam tanggung jawab Ekuador atas pelanggaran hukum internasional." Dia juga mengatakan diplomat Meksiko hanya menunggu pemerintah Ekuador memberikan jaminan yang diperlukan untuk kepulangan mereka.

Noboa menjadi presiden Ekuador tahun lalu ketika negara tersebut memerangi kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait dengan perdagangan narkoba. Setelah sekelompok orang bersenjata menyerang sebuah stasiun televisi selama siaran langsung pada bulan Januari, ia menyatakan negara tersebut berada dalam "konflik bersenjata internal" dan menetapkan 20 geng penyelundup narkoba sebagai kelompok teroris yang memiliki izin untuk "dinetralisir" oleh militer.

Peneliti Amerika Latin di Dewan Hubungan Luar Negeri, Will Freeman, mengatakan, keputusan mengirim polisi ke kedutaan Meksiko menimbulkan kekhawatiran atas langkah-langkah yang ingin diambil Noboa agar bisa terpilih kembali. Masa jabatannya berakhir pada tahun 2025 karena ia hanya terpilih untuk mengakhiri masa jabatan mantan Presiden Guillermo Lasso.

"Saya sangat berharap Noboa tidak beralih ke arah Bukele," kata Freeman mengacu pada Presiden El Salvador Nayib Bukele, yang kebijakannya yang keras terhadap kejahatan telah banyak dikritik oleh organisasi hak asasi manusia. "Itu berarti kurang menghormati supremasi hukum demi meningkatkan popularitasnya menjelang pemilu . "

Freeman menambahkan apakah Glas menyalahgunakan perlindungan diplomatik adalah "masalah terpisah" dari keputusan mengirim polisi ke kedutaan.

"Kami melihat pola seperti ini terjadi di Amerika Latin dimana para politisi menyalahgunakan kedutaan dan yurisdiksi asing, bukan untuk menghindari tuntutan namun untuk menghindari akuntabilitas," katanya.

Mantan duta besar Ekuador, Jorge Icaza, mengatakan bahwa penggerebekan itu ilegal, namun ia menambahkan bahwa melindungi "penjahat yang dihukum oleh sistem peradilan Ekuador dalam dua kasus penting juga melanggar hukum, yang juga negatif dari sudut pandang norma-norma internasional."

Kedutaan Besar Meksiko di Quito tetap berada di bawah penjagaan ketat polisi setelah penggerebekan tersebut, yang merupakan titik puncak ketegangan baru-baru ini antara Meksiko dan Ekuador.

Pada hari Kamis, ketegangan meningkat setelah López Obrador membuat pernyataan yang dianggap "sangat disayangkan" oleh Ekuador mengenai pemilu tahun lalu. Sebagai tanggapan, pemerintah Ekuador menyatakan duta besar Meksiko sebagai persona non grata.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top