Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Medsos Jadi Panggung Wanita Yahudi Ortodoks

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Hingga kini, tradisi Yahudi melarang wanita bernyanyi di hadapan kaum pria. Maka, kehadiran media sosial membuat para wanita  memiliki medium untuk unjuk gigi.

Teknologi telah membantu para wanita Yahudi dari golongan Ortodoks mengejar karir dalam menyanyi. Dengan menggunakan media sosial (medsos) mereka bisa menyanyi tanpa melanggar larangan agamanya.

Penganut Yahudi Ortodoks dikenal sangat ketat dan kaku dalam menginterpretasikan hukum dari kitab Taurat yang jumlahnya 613 hukum. Salah satu hukumnya, wanita dewasa dilarang menyanyi di hadapan pria. Ini disebut dengan "kol isha" atau suara atau nyanyian perempuan.

Namun, berkat Youtube dan Instagram wanita dari komunitas tersebut terobati. Mereka memanfaatkan celah aturan. Misalnya, penyanyi Devorah Schwartz dapat tampil di panggung virtual dan menemukan penontonnya. Mengenakan wig warna pirang, riasan wajah penuh dan gaun leher tinggi lengan panjang, dia melangkah ke atas panggung.

Tentu saja meski virtual, penontonnya tetap diharuskan berkelamin wanita. Ia memposting lagu-lagunya ke Instagram dengan menuliskan penafian (disclaimer), "Hanya untuk wanita dan anak perempuan." Penafian tidak membuat dimaklumi. Tapi tetap mendapat penentangan dari komunitasnya dengan menyebutnya sebagai kol isha.

Schwartz cukup revolusioner. Hal semacam itu pada satu dekade lalu bahkan tidak pernah terlintas pada imajinasi paling liar dari komunitas Yahudi Ortodoks. Sebab bagi wanita dengan bakat music, langkah tersebut akan menjadi sangat rumit.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top