Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana Api

Mayoritas Kebakaran DKI Karena Arus Pendek

Foto : ANTARA/ Fakhri Hermansyah

Sejumlah warga mengamati puing sisa kebakaran rumah penduduk di Jalan Swadaya, Cakung, Jakarta Timur, Senin (29/8/2022).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta menyebutkan, dalam lima tahun terakhir, sebanyak 60-70 persen kebakaran Jakarta disebabkan arus pendek listrik(korsleting). "Kalau dilihat dari trenkebakaran selama lima tahun terakhir, rata-rata disebabkan arus pendek. Angkanya bisa 70 persen dari total kebakaran yang terjadi," kata Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta,Satriadi, di Jakarta, Senin (29/8).

Arus pendek listrik, menurut Satriadi, terjadi lantaran banyak warga masih menggunakan listrik dengan instalasi tidak sesuai dengan peruntukannya. Selain itu, kualitas peralatannya juga tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). "Kita pernah buat kajian, terlihat banyak masyarakat yang instalasinya tidak sesuai dengan standar. Ada juga yang bisa dibilang nyolong listrik. Alatnya tidak sesuai dengan ketentuan," tandasnya.

Hal tersebut makin menambah bahaya kebakaran karena padatnya Jakarta. Bangunan rumah berdempetan sehingga akhirnya api mudah merembet. "Kita tahu juga, kondisi Jakarta rata-rata padat hunian. Rumahnya rapat-rapat dan bangunannya juga semipermanen. Perambatannya cepat sekali," ujar Satriadi.

Aktivitas ekonomi Jakartasangat tinggi dengan kondisi perumahan serta permukiman yang horizontal, tidak vertikal. "Berbeda di luar negeri yang vertikal seperti apartemen sehingga proteksi kebakarannya lebih terkendali," tuturnya. Ia juga menambahkan, bangunan terutama gedung-gedung seharusnya memiliki instalasi kelistrikan sesuai dengan sertifikasi Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI).

Dari segi instalasinya untuk mengurus IMBseharusnya seperti itu. Baru PLN menyalurkan arusnya. "Tapi faktanya banyak bangunan belum memenuhi persyaratan itu," katanya.
Demi meminimalkan kemungkinan kebakaran, dia mengimbau warga kembali mengecek instalasi listrik di rumah masing-masing agar dipastikan sudah sesuai dengan ketentuan kelistrikan.

"Peralatannya juga harus memenuhi standar SNI. Hindari beli peralatan tidak SNI," ucap Satriadi. Menurut dia, masih banyak peralatan hargamurah tetapi kualitasnya diragukandan tidak standar. "Karena kita tahu juga banyak peralatan kelistrikan yang dijual di pasar malam hanhya 10 ribu dapat 3. Ini kita tidak tahu standarnya," katanya.

Berdasarkan data yang dihimpun, Satriadi menjelaskan, selama lima tahun terakhir (2018-2022) kebakaran di Jakarta sudah terjadi 8.000 kejadian. Terbanyak terjadi tahun 2019 sebanyak 2.161.

Dari 8.000 kebakaran yang disebabkan arus pendek sebanyak 4.829 kejadian (60 persen).


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top