Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Bencana

Masyarakat Mesti Hidup Harmonis dengan Bencana

Foto : ANTARA/Yusran Uccang

TERDAMPAK LIKUIFAKSI - Warga mengambil sisa-sisa bangunan yang masih bisa digunakan di lokasi terdampak pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi) di Balaroa Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (14/10).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia merupakan negara yang berada di cincin api sehingga rawan gempa bumi dan tsunami. Untuk itu, pentingnya masyarakat untuk dapat hidup harmonis dengan bencana.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengatakan hidup harmonis dengan bencana telah lama dilakukan masyarakat Indonesia, seperti di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Rumah yang dibangun adalah rumah panggung dan terdapat perahu. "Rumah panggung itu juga untuk antisipasi banjir saat musim hujan.

Rumah mereka tidak tergenang dan tetap bisa beraktivitas menggunakan perahu," kata Menteri Basuki, di Jakarta, Minggu (14/10). Basuki menambahkan, dalam membangun bangunan gedung sejumlah regulasi telah diterbitkan mulai dari rencana tata ruang yang mengatur zona yang bisa dibangun hingga persyaratan teknisnya.

Peraturan zonasi sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang selain perizinan, insentif, dan disinsentif serta sanksi. "Pertama zonasi harus dipatuhi dan kedua building code.

Bila itu dilakukan akan mengurangi risiko bencana," imbuhnya. Kementerian PUPR pada tahun 2013 telah membangun rumah contoh tahan gempa dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) sebanyak delapan unit dan Rumah Instan Kayu (Rika) sebanyak empat unit yang lokasinya berada di Palu, Sulawesi Tengah, atau tepatnya di Petobo, sekitar 1 kilometer dari lokasi terjadinya likuifaksi.

Meski mengalami guncangan gempa magnitudo 7,4 pada 28 September lalu, rumah Risha dan Rika ini tidak mengalami kerusakan. Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), Daryono, mengatakan wilayah Indonesia merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks.

Ia menyebut ada 295 sesar aktif yang teridentifikasi dan masih banyak sesar aktif belum teridentifikasi. Daryono menjelaskan, gempa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia dengan selang waktu yang berdekatan bukan berarti gempa itu memicu gempa lain. Sebab, masing- masing sesar aktif itu memiliki akumulasi energi, fase kematangan, waktu rilis atau patah, dan sumber gempanya sendiri.

Sebelumnya, Direktur Observatorium Bumi di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Kerry Sieh, memperkirakan Pulau Sumatera akan dilanda gempa berkekuatan 9 SR dalam 15 hingga 20 tahun ke depan. Menurutnya, di dalam ilmu geologi, tempat-tempat saat kerak bumi telah retak karena pergeseran lempeng tektonik dikenal dengan istilah patahan.

Terdapat patahan sepanjang 5.500 kilometer yang disebut megathrust Sunda, di sebelah barat Sumatera, yang menjadi salah satu pulau terbesar di Indonesia. Sejak era 1990-an, Sieh melakukan analisis gempa bumi yang terjadi di daerah itu selama 1.000 tahun terakhir lewat kondisi gugusan batuan koral. Penelitiannya menunjukkan, gempa besar terjadi setiap 230 tahun.

ers/SB/AR-2

Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top