Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Keamanan Wilayah - Tanamkan Nasionalisme Lewat Pelajaran Sejarah

Masyarakat Harus Waspadai Gerakan Intoleran

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Mobilisasi sentimen agama yang digencarkan kelompok-kelompok tertentu cenderung menjadi gerakan intoleran. Masyarakat harus mewaspadai gerakan intoleran ini.

YOGYAKARTA - Mobilisasi sentimen agama yang digencarkan kelompok-kelompok tertentu dengan menggunakan label agama cenderung menjadi gerakan intoleran dan radikal. Keadaan ini masih diperparah dengan ujaran-ujaran oknum tokoh dan pemuka masyarakat yang bernada memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Masyarakat harus mewaspadai gerakan intoleran tersebut.

"Masih adanya gerakan organisasi yang jelas-jelas menolak dan ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan dasar negara yang lain. Itu ditambah adanya gerakan oleh beberapa orang yang diduga akan melakukan makar," kata Ketua sarasehan Forum Alumni 85 Jurusan Sejarah & Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, YB Murdiana, di Yogyakarta, Rabu (5/7). Sarasehan akan digelar pada Sabtu (8/7).

Menurut Murdiana, dinamika politik nasional mengalami pasang surut. Namun, dalam dua tahun terakhir eskalasi politik akan memanas. Perkiraan keadaan politik nasional hari-hari mendatang akan terus memanas seiring dengan pelaksanaan Pilpres 2019 dan bukan tidak mungkin akan mengganggu stabilitas nasional.

Dilecehkannya terbitan uang RI baru dengan gambar pahlawan beberapa waktu yang lalu menunjukkan ekspresi rendahnya rasa hormat dan penghargaan kepada para pahlawan. Padahal, para pahlawan tersebut telah berjuang tanpa pamrih untuk melepaskan diri dari penjajah dan memerdekakan Indonesia. NKRI dalam kondisi terancam keselamatannya.

"Sebagai anak bangsa yang mencintai NKRI kami merasa terusik dan prihatin. Jika keadaan ini terus dibiarkan maka polarisasi politik masyarakat akan semakin nyata dan membahayakan keutuhan NKRI. Guru sejarah memiliki posisi strategis untuk lebih berperan dalam menangkal intoleransi dan radikalisme dan menjaga NKRI dari perpecahan," kata Murdiana.

Tanamkan Nasionalisme

Melalui materi pelajaran sejarah yang diajarkan, tambah Murdiana, guru sejarah menanamkan jiwa nasionalisme kepada anak didiknya. Melalui pengajaran sejarah diharapkan jiwa nasionalis terpupuk dan berkembang sedemikian rupa sehingga segala bentuk provokasi dan usaha-usaha memecahkan keutuhan NKRI dapat dicegah.

Untuk itulah, tambah Murdiana, pihaknya merasa perlu menggelar sarasehan dengan mengangkat tema Guru Sejarah Pengawal NKRI.

Guru sejarah bersentuhan dengan generasi muda pewaris bangsa. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghormati para pahlawannya" kata Murdiana mengutip pesan Bung Karno, salah satu founding fathers Indonesia.

Guru Sejarah adalah pelaksana untuk mewujudkan pesan Sang founding fathers itu bahkan dalam arti harafiah. Menurut Murdiana, sejarah adalah guru terbaik kehidupan, berlaku juga dalam kehidupan sebuah bangsa, sebuah bangsa dilahirkan dan hidup bersama rakyatnya. Seperti kehidupan seseorang, sebuah bangsa juga harus tumbuh sehat dan memiliki cita-cita yang harus diwujudkan.

Cita-cita bangsa, tambah Murdiana, hanya dapat terwujud jika bangsa tersebut bertumbuh dan sehat, seluruh rakyatnya bersatu padu dan mencintai bangsa dan negaranya sepenuh hati. Guru sejarah memiliki peran khusus melalui materi pelajarannya menyadarkan dan mengajarkan nilai-nilai nasionalisme kepada anak didik.

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan intoleransi merupakan cikal bakal radikalisme. Berawal dari intoleransi, jika dibiarkan bisa menjadi radikalisme. Jika bibit radikalisme ini mendapat suasana yang kondusif maka akan berkembang jadi terorisme.
Kelompok-kelompok intoleransi saat ini berkembang dengan mengatasnamakan agama tertentu. Dengan menggunakan kecanggihan teknologi informasi dan media sosial, kelompok intoleransi menyebarkan pemahamannya kepada masyarakat. YK/Ant/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S, Antara

Komentar

Komentar
()

Top