Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Masyarakat Adat Bersatu untuk Membangun Maybrat

Foto : KORAN JAKARTA/AGUS SUPRIYATNA

PERDAMAIAN ADAT | Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo (tengah) mengikuti acara perdamaian adat masyarakat Maybrat, di alun-alun Kabupaten Maybrat, Rabu (3/10).

A   A   A   Pengaturan Font

Sekitar pukul 9.23 waktu Papua Barat, bunyi putaran baling-baling helikopter terdengar di angkasa memecah pagi. Dari kejauhan helikopter mendekat. Ribuan warga bersorak-sorai. Pagi itu, 3 Oktober 2018 hendak digelar acara perdamaian adat masyarakat Maybrat. Lapangan besar yang akan difungsikan menjadi alun-alun Kabupaten Maybrat jadi tempat prosesi acara perdamaian adat.

Setelah memutar sebentar,helikopter mendarat di ujung lapangan. Angin kencang bertiup dari embusan balingbaling helikopter. Satu persatu penumpang helikopter, termasuk Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo turun. Menteri Tjahjo memang dijadwalkan menghadiri acara perdamaian adat masyarakat Maybrat.

Di dekat helipad, Bupati Maybrat, Bernard Sagrim, Wakil Bupati Maybrat, Paskalis Kocu dan Sekda Maybrat, Agustinus Saa sudah siap menyambut Mendagri dan rombongan. Setelah berhadapan, Bupati Maybrat memakaikan mahkota khas adat Maybrat ke kepala Tjahjo. Selanjutnya Tjahjo dipersilakan menanam pohon perdamaian. Baru dengan diiringi teriakan para tetua adat yang ikut menyambutnya Tjahjo menuju pendopo di tengah lapangan.

Sebelum sampai pendopo, Tjahjo diberi kain khas masyarakat Maybrat yang dikenakan oleh salah satu tetua adat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan penjelasan Sekda Maybrat tentang area perkantoran pusat pemerintahan ibu kota Maybrat di Kumurkek. "Bapak menteri pembangunan kantor pemerintahan mulai dari kantor bupati dan kantor SKPD akan menelan biaya 221 miliar rupiah," kata Agustinus.

Seperti diketahui, sejak dimekarkan tahun 2009, permasalahan ibu kota Maybrat tidak ada titik temu. Dalam UU Nomor 13 Tahun 2009, ibu kota Maybrat ditetapkan di Kumurkek. Tapi UU itu kemudian digugat ke Mahkamah Konstitusi. Dalam putusannya, MK memutuskan ibu kota Kabupaten Maybrat di Ayamaru. Sejak saat itu, permasalahan ibu kota jadi bibit konflik yang kemudian terbawa dalam pemilihan kepala daerah.

Sampai kemudian rusuh di Maybrat. Ketua KPU Maybrat, Amos Atkana ketika itu dibacok sekelompok orang yang menyerang kantor KPU setempat pada 2011. Kerusuhan itu menandai persaingan antar tiga suku besar di Maybrat, yakni Ayamaru, Aitinyo, dan Aifat.

Sepakat Berdamai

Kini, ketiga suku sepakat berdamai, setelah cukup lama dimediasi Menteri Tjahjo. Sebelumnya dibentuk tim rekonsiliasi yang beranggotakan tokoh masyarakat dan mantan pejabat di Maybrat. Dengan disaksikan Mendagri, tiga suku yang bertikai sepakat menggelar prosesi perdamaian adat.

Di depan pendopo, puluhan gulungan kain tampak diletakkan. Di atas beberapa gulungan kain warna merah, ada tumpukan kain kecil yang dibungkus daun pisang. Ada tiga kain yang dibungkus daun pisang. Masyarakat menyebutnya kain pusaka kain Timor. Konon harganya satu helai kain mencapai ratusan juta rupiah.

Menurut pembawa acara, tiga kain berbungkus daun pisang itu adalah tiga kain pusaka yang akan jadi alat pembayar denda adat kepada korban. Selain itu ikut diserahkan, tujuh ekor babi dan minuman saquer yang akan jadi tanda pengikat perdamain.

Pembawa acara juga menerjemahkan bahasa dari perwakilan Suku Aitinyo yang menerima denda adat. Mereka setuju untuk berdamai, memaafkan pelaku. Selesai penyerahan kain dan denda uang, acara dilanjutkan dengan prosesi secara simbolis penyerahan babi. Setelah itu, Menteri Tjahjo menjadi saksi dari pembacaan akta perdamaian yang diucapkan tetua tiga suku di Maybrat.

Bupati Maybrat Bernard Sagrim berharap setelah acara perdamaian adat, segala konflik bisa diakhiri. Ia pun mengajak, seluruh elemen masyarakat di Maybrat bersatu, saling memaafkan, dan bersama-sama membangun Maybrat. "Saya ajak, mari kita semua akhiri perbedaan. Masa lalu kita tinggalkan. Mari tatap masa depan. Membangun Maybrat secara bermartabat. Kedepankan kebersamaan dan persatuan," katanya.

Mendagri mengatakan kunci dalam menyelesaikan setiap perbedaan adalah persatuan dan gotong royong antar masyarakat. Karena itu pemimpin pemerintahan di Maybrat harus mendengar aspirasi masyarakat. Jangan diabaikan.

Tidak lupa Tjahjo mengucapkan terima kasih atas penobatan dirinya sebagai bobot atau tetua adat masyarakat Maybrat. Pemberian gelar bobot sebagai kehormatan baginya. Kini ia sudah jadi bagian dari keluarga besar masyarakat Maybrat. "Di Maybrat ada kekuatan adat. Boleh maju modern, tapi jangan tinggalkan jati diri. Mari bergandengan tangan bersatu padu," katanya. agus supriyatna/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top