"Massage" Kemasan Relaksasi Turistik
Shiatsu juga telah diekspor ke Indonesia. Banyak tempat memijat di kota-kota besar Indonesia yang menyediakan Thai Massage atau Shiatsu. Peminat tinggal pilih. Lalu, bagaimana dengan pijat Indonesia? Mengapa tidak digarap serius dengan nama dagang tersendiri. Kalau dikemas dengan profesional, mestinya pijat Indonesia juga bisa bersaing dengan Thai Massage atau Shiatsu.
Kini, tinggal pemerintah mau serius tidak menyajikan pijat sebagai suguhan turistik agar mereka bisa berelaksasi setelah kelelahan berkeliling ke tempat-tempat rekreasi. Jangan pandang sebelah mata, pijat ini potensi besar menarik devisa, asal dikemas secara profesional. wid/G-1
Profesional Jauh dari Isu Miring Asusila
Praktik-praktik massage banyak dilakukan secara terbuka dan beramai-ramai. Ini dilakukan untuk menghindari isu-isu miring selama ini terhadap sajian massage. Kebanyakan di tempat-tempat wisata luar negeri, pijat memang dilakukan di tempat terbuka, tidak di dalam kamar-kamar yang bisa menimbulkan isu-isu miring.
Ini, misalnya, dapat dilihat di Siem Reap, Kamboja. Di Kota Siem Reap, massage sudah dapat dinikmati dari siang hari sampai malam. Tarifnya pun transparan karena dipasang di papan. Tarifnya satu sampai lima dollar AS. Satu dollar untuk refleksi kaki selama 30 menit, sedangkan tarif lima dollar AS pijat badan dengan minyak. Harganya sangat wajar karena di Jakarta saja untuk refleksi kaki bisa 60.000 rupiah per jam.
Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Komentar
()Muat lainnya