Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Warga

Masalah Gizi Belum Terpecahkan

Foto : Koran Jakrta/Muhamad Ma'rup

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia masih menghadapi permasalahan kesehatan yang persisten, termasuk status gizi masyarakat. Masalah tersebut hingga kini belum terpecahkan. Demikian Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, di Jakarta, Senin (27/12).

Menurutnya, angka harapan hidup pada kelahiran di Indonesia masih berkisar 71 tahun. Ini berdasarkan survei pada 2018. "Angka itu masih lebih rendah dibanding Australia, Amerika, Asia Timur, dan Pasifik," katanya saat launching SSGI Tingkat Nasional, Provinsi, dan Kota/Kabupaten 2021.

Dia mengatakan, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup masih 22 orang. Sedangkan prevalensi stunting yang merupakan salah satu penilaian status gizi di Indonesia kurang lebih 26 persen. Angka itu masih berada di atas Myanmar, Malaysia, Brunei, Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Pada 2019, kata dia, ada 50 provinsi yang memiliki prevalensi stunting (tengkes) di atas rata-rata nasional, 27,7 persen. Artinya, setengah dari anak-anak di provinsi tersebut menderita tengkes. Dante mengatakan, pada 2018-2019, Kemenkes mengevaluasi tengkes. Ada pergeseran kelompok usia dengan kasus tertinggi, serta penurunan prevalensi pada kelompok usia lebih muda.

"Kalau dilihat pada 2018, maka usia stunting yang paling banyak usia 12 sampai 23 bulan. Tetapi pada 2019 bergesr menjadi 24 dan 35 bulan," katanya. Di sisi lain, kata Dante, kelompok usia 0-11 bulan menurun pada tahun 2018 dan 2019. "Penurunan kelompok umur tersebut harus diperhatikan. Kita harus lakukan intervensi yang lebih akurat lagi," katanya.

Tren Membaik
Dante menambahkan, secara umum tren status gizi Indonesia membaik pada tahun ini. Penilaian tersebut berdasarkan indikator angka stunted (kurus) menurun 24,4 persen. Akan tetapi, underweight (badan kurang berat) meningkat dari tahun 2019 ke 2021. "Ini harus menjadi perhatian serius," katanya.

Angka wasted atau berat badan sangat kurang juga makin menurun sejak 2018 mencapai 10,2 persen menjadi 7,1 persen. Sedangkan angka obesitas juga semakin menurun pada anak-anak pada 2018 dari delapan menjadi 3,8 persen dibanding 2019.

Bali, DKI, Jakarta, dan Yogyakarta menjadi provinsi dengan tingkat terendah untuk anak-anak berkategori stunted. Bali, Bengkulu, dan Jawa Barat adalah provinsi dengan tingkat wasted yang terendah. "Bali adalah provinsi dengan kategori stunted di bawah 20 persen dan wasted di bawah lima persen. Semenara itu, target adalah 20 persen untuk stunted dan lima persen untuk wasted," katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Nana Mulyana, menginformasikan, studi status gizi Indonesia dilakukan 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Jumlah pengukuran berat badan balita sebanyak 153.228. Mereka berasal dari 14.000 blok sensus.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara, Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top