Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jumat, 02 Sep 2022, 00:03 WIB

Masa Depan Indonesia Cerah dengan Energi Bersih

PRAKTIK INSTALASI I Mahasiswa peserta Gerakan Inisiatif Tenaga Surya mendalami praktik instalasi dan komisioning PLTS atap di Pusat Pengembangan Sumber Daya Ketenagalistrikan EBT dan Konservasi Energi Kementerian ESDM.

Foto: ANTARA/HO-KEMENTERIAN ESDM

JAKARTA - Masa depan Indonesia sangat cerah karena memiliki hampir semua jenis sumber energi yang dibutuhkan dalam proses transisi energi. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih lebih baik. Indonesia punya hampir apa pun yang dibutuhkan dalam proses transisi energi.

"Masa depan Indonesia sangat cerah, kita harus yakin punya masa depan yang sangat baik," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, dalam Energy Transition Y outh Forum yang dipantau di Jakarta, Kamis (1/9).

Dadan mengungkapkan Indonesia mempunyai sekitar 3.700 gigawatt potensi energi terbarukan dengan jenis yang bervariasi dan tersebar merata mulai dari Aceh sampai Papua.

Menurutnya, Indonesia tak hanya memiliki potensi energi matahari dan panas bumi saja, tetapi juga ada air, angin, hidrogen, ataupun bioenergi.

"Aceh ada panas bumi, sekarang kami sedang menyusun PLTA skala besar di sana. Kalimantan Utara 10 ribu megawatt PLTA sebentar lagi proses untuk green industrial park. Bagian paling timur, Papua, di sana ada sekitar 23 gigawatt potensi untuk PLTA," terang Dadan.

Butuh Inovasi

Sebagai negara maritim, kata Dadan, Indonesia mempunyai potensi energi laut yang besar. Sumber daya itu membutuhkan inovasi dari generasi muda karena energi laut akan menjadi energi masa depan.

"Kita punya mineral yang sangat lengkap, kecuali litium. Sebetulnya kita punya, tetapi skalanya terlalu kecil, air dari panas bumi itu kalau diolah keluar lithium. (Mineral) yang lainnya kita punya, nikel, mangan, kobalt, besi, tembaga, itu kan bahan-bahan utama untuk membuat baterai," jelas Dadan.

"Ini tergantung kita mau ke mana membawa Indonesia. Menurut saya, kita harus belajar dan berinovasi (mengembangkan potensi energi bersih)," imbuhnya.

Direktur Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) Indonesia, Jeff Cohen, mengatakan pihaknya menyadari keterlibatan strategis generasi muda di seluruh dunia, terkhusus di Indonesia untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

Direktur Energi Watch, Mamit Setiawan, mengamini pernyataan Indonesia punya potensi EBT yang luar biasa besar. Hanya saja, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana bisa dioptimalkan potensi tersebut. Masih cukup banyak kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan pelaksanaan EBT di Indonesia.

"Pertama, dari sisi regulasi. Sampai saat ini belum ada regulasi yang mengatur secara komprehensif soal EBT ini. RUU EBT sampai saat ini belum juga disahkan. Padahal ini menjadi kunci dari pengembangan EBT di Indonesia," kata Mamit saat dihubungi Koran Jakarta, Kamis (1/9).

Kedua, masalah biaya. Pengembangan EBT di Indonesia membutuhkan biaya yang besar dan memerlukan teknologi yang tinggi. Jika tidak ada pendanaan dan dukungan semua pihak, berat bagi EBT untuk berkembangan termasuk dari investor

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara, Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.