Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mantap, Oleh Prajurit TNI, Ketua Milisi Kongo dan Puluhan Anak Buahnya Bersedia Turun dan Serahkan Senjata

Foto : Istimewa

Para prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalyon Gerak Cepat (BGC) Kontingen Garuda (Konga) XXXIX-C/MONUSCO berhasil membuat ketua milisi kelompok bersenjata terbesar di Kongo beserta anak buahnya turun dan menyerahkan senjatanya.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Benar-benar mantap, kabar membanggakan datang dari Kongo, Afrika. Para Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalyon Gerak Cepat Kontingen Garuda kembali menorehkan prestasi. Mereka, dengan pendekatan persuasif mampu membuat ketua milisi kelompok bersenjata terbesar di Kongo beserta anak buahnya turun dan menyerahkan senjatanya.

Menurut keterangan tertulis Puspen TNI yang diterima Koran Jakarta, Minggu (25/4), bos milisi bersenjata terbesar di Kongo yang berhasil dibujuk oleh para prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalyon Gerak Cepat (BGC) Kontingen Garuda (Konga) XXXIX-C/MONUSCO bernama Munyololo Mbao Ndarumangga. Beserta 30 anggota milisi termasuk di dalamnya seorang wanita, bos milisi itu bersedia turun dan menyerahkan senjata.

"Turunnya 31 milisi tersebut beserta 18 senjata api jenis AK 47 pucuk, 2 pucuk RPG, sepucuk mortir 60, sepucuk GPMG, sebuah spread (tombak), 20 buah magazen, 122 butir munisi kal 7.62, 365 butir munisi kal 5.56, sebuah granat RPG," kata Puspen TNI dalam keterangannya.

Dalam keterangannya, Puspen TNI juga mengungkapkan, bahwa proses penjemputan 31 orang milisi ini dipimpin langsung Komandan Satgas BGC Konga XXXIX-C/MONUSCO Kolonel Inf Sandi Kamidianto. Proses penjemputan dilakukan di desa Maiminggi.

"Milisi yang turun merupakan kelompok milisi bersenjata terbesar yang selama ini mengancam stabilitas keamanan di Kongo," kata Puspen TNI.

Menurut Komandan Satgas BGC Konga XXXIX-C/MONUSCO Kolonel Inf Sandi Kamidianto, keberhasilan tersebut bermula dari dilaksanakannya kegiatan Civil Military Coordination (Cimic). Dengan melalui pendekatan persuasif dan dialog dengan para tokoh masyarakat serta melaksanakan berbagai kegiatan patroli rutin berhasil meyakinkan para milisi untuk kembali ke masyarakat.

"Selanjutnya para milisi beserta senjatanya diserahkan kepada Disarmament Demobilization Reintegration (DDR) untuk dilaksanakan proses lebih lanjut sesuai ketentuan UN," ujarnya.

Sementara itu, kata Kolonel Kolonel Inf Sandi, dalam operasi penjemputan milisi wanita melibatkan Female Engagement Team (FET) atau Kartini Indonesia. Tim FET ini dilibatkan untuk memberikan rasa aman, karena diantara milisi-milisi pria terdapat seorang milisi wanita.

"Ini merupakan kado terindah dari Kartini Indonesia di daerah misi, karena terlibat dalam kegiatan penjemputan milisi kelompok bersenjata terbesar, dan teruslah berupaya untuk dapat memberikan rasa aman, nyaman dan memenangkan hati serta pikiran rakyat," pungkasnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top