Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Makan Lebih Awal Bantu Turunkan Kadar Gula Darah

Foto : Istimewa

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Sebuah penelitian menunjukan bahwa orang obesitas dan pradiabetes yang mengonsumsi sebagian besar makanan lebih awal atau delapan jam pertama dalam sehari mungkin dapat menurunkan kadar gula darah. Namun, kondisi tersebut tidak dapat menurunkan berat badan.

Dalam penelitian yang dilakukan selama dua minggu ini, para peneliti meneliti bagaimana waktu makan mempengaruhi gula darah pada 10 peserta dengan obesitas dan pradiabetes, suatu kondisi yang didiagnosis ketika seseorang memiliki gula darah yang sedikit meningkat tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes tipe 2.

Semua partisipan menghabiskan satu minggu dengan mengikuti pola makan seperti biasa, dengan setengah dari kalori harian mereka dikonsumsi setelah jam 4 sore, dan satu minggu lainnya melakukan jenis puasa intermiten yang dikenal sebagai makan dengan waktu terbatas di mana mereka makan 80 persen kalori sebelum jam 1 siang.

Setiap peserta menerima makanan siap saji dengan kalori yang cukup bagi mereka untuk mempertahankan berat badan mereka saat ini, dan mereka semua mengenakan monitor gula darah terus menerus selama penelitian.

Selama seminggu makan dengan waktu yang dibatasi di awal, para peserta memiliki waktu yang jauh lebih sedikit ketika gula darah mereka naik di atas kisaran yang sehat daripada yang mereka lakukan selama seminggu ketika waktu makan mereka dirancang untuk meniru kebiasaan makan mereka yang biasa, menurut hasil penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Endocrine Society.

"Jenis makanan ini, melalui pengaruhnya terhadap gula darah, dapat mencegah mereka yang menderita pradiabetes atau obesitas berkembang menjadi diabetes tipe 2," kata penulis utama studi tersebut, Joanne Bruno, MD, PhD, seorang ahli endokrinologi di New York University Langone Health di New York City, mengatakan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Everyday Health, Selasa (20/6).

Sedangkan untuk puasa intermiten, para peneliti seperti yang ada di balik penelitian NYU sedang menyelidiki berbagai dampaknya terhadap obesitas dan pradiabetes, dan apakah ada strategi pembatasan waktu tertentu yang paling efektif untuk meningkatkan kesehatan individu dengan kondisi ini.

"Ketika orang melihat peningkatan gula darah dengan puasa intermiten, biasanya karena mereka menurunkan berat badan dan apa yang dikenal sebagai lemak visceral, lemak perut yang dapat menumpuk di sekitar organ-organ seperti perut, hati, dan usus," ujar Krista Varady, PhD, seorang profesor nutrisi di University of Illinois di Chicago, yang tidak terlibat dalam studi NYU.

"Menurunkan berat badan memiliki efek hilir berupa perbaikan kadar kolesterol, tekanan darah, dan regulasi gula darah," lanjutnya.

Meski begitu, kata Varady, penelitian baru ini terlalu kecil dan terlalu singkat untuk menarik kesimpulan yang luas tentang apakah pembatasan waktu makan secara dini juga dapat membantu membalikkan pradiabetes atau menghentikannya agar tidak berkembang menjadi diabetes tipe 2. Menurutnya, penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk melihat apakah mungkin jenis puasa intermiten ini dapat membantu menurunkan gula darah bahkan jika orang tidak menurunkan berat badan.

"Meskipun tidak ada salahnya mencoba puasa intermiten untuk kebanyakan orang dengan obesitas yang tidak memiliki kondisi medis lain, orang yang sudah menderita diabetes tipe 2 tidak boleh makan dengan cara ini tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu," tutur Varady.

Ia menambahkan, cara tersebut juga bukan ide yang baik untuk anak-anak di bawah 12 tahun, orang yang berusia di atas 70 tahun, atau orang yang kekurangan berat badan atau memiliki gangguan makan untuk makan dengan cara ini.

"Bahkan ketika orang mencoba puasa intermiten, pola makan dengan pembatasan waktu awal yang digunakan dalam penelitian ini mungkin sulit bagi banyak orang untuk mengaturnya," ucapnya.

"Kebanyakan orang memprioritaskan makan di malam hari bersama keluarga dan teman-teman mereka. Jadi, saya rasa sebagian besar orang Amerika tidak akan menerapkan pola makan lebih awal karena akan menyulitkan mereka untuk bersosialisasi," pungkasnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top