Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perkuat Persatuan

Majapahit Resmi Jadi Nama Jalan di Jabar

Foto : Koran Jakarta/teguh raharjo

Resmikan Jalan - Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan (kiri), bersama Gubernur Jatim, Soekarwo (tengah), dan Wagub DIY, KGPAA Paku Alam X, saat meresmikan nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk, di Bandung, Jumat (11/5).

A   A   A   Pengaturan Font

BANDUNG - Harmoni budaya dapat menghadirkan persatuan dan kesatuan. Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan tersebut, Hayam Wuruk dan Majapahit resmi menjadi nama jalan di Bandung, Jawa Barat (Jabar). Jalan Majapahit menggantikan Jalan Gasibu, sedangkan Jalan Hayam Wuruk untuk menggantikan Jalan Cimandiri.


"Lewat kegiatan harmoni budaya pada hari ini, mari kita ciptakan cara pandang yang sama. Tidak perlu mempermasalahkan lagi siapa yang salah dan benar," kata Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan (Aher), saat meresmikan nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk, di Bandung, Jumat (11/5).


Aher mengatakan harmoni budaya ini turut menjadi sejarah dan terobosan yang tepat untuk menyatukan Indonesia. Jumlah etnis Jawa mencapai 42 persen dari seluruh etnis di Indonesia, sedangkan etnis Sunda mencapai 14 persen. Jika digabungkan, jumlahnya mencapai 56 persen atau separuh lebih dari seluruh etnis di Indonesia.


"Artinya, jika masalah Jawa dan Sunda selesai maka perkara-perkara besar di Indonesia juga selesai," jelas Aher.


Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari rekonsiliasi budaya Sunda-Jawa yang digelar di Surabaya pada bulan Maret lalu.

Pada waktu itu ditandai dengan digantinya nama dua jalan arteri di Kota Surabaya dengan simbol kesundaan, yakni Jalan Prabu Siliwangi menggantikan Jalan Gunungsari dan Jalan Sunda menggantikan Jalan Dinoyo.


Lakukan Sosialisasi


Penamaan jalan ini sudah melewati musyawarah dan diskusi dengan berbagai pihak mencakup sejarawan, budayawan, dan akademisi. Aher juga akan segera melakukan sosialisasi kepada masyarakat Bandung sehingga tidak akan ada masalah ke depannya.


Gubernur Jatim, Soekarwo, optimistis pendekatan budaya mampu mengakhiri permasalahan Jawa-Sunda yang terjadi sejak 661 tahun lalu pascatragedi Pasunda Bubat.

Oleh sebab itu, Soekarwo bersama Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Aher menggagas rekonsiliasi budaya untuk menghilangkan sekat-sekat antara Jawa dan Sunda.


"Budayalah yang bisa menjernihkan dan membersihkan yang kotor. Lewat pendekatan budaya maka tidak akan ada yang terluka dan merasa benar atau salah," ungkap Soekarwo.


Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, mengatakan kegiatan ini memberi nilai yang sangat penting dalam rangka meningkatkan promosi potensi budaya DIY, Jatim, dan Jabar ke masyarakat. Ini juga sebagai media untuk memupuk dan membudayakan nilai-nilai adat dan budaya serta kesenian yang ada.


"Mari kita bangkitkan nilai-nilai budaya lokal tradisional sehingga memunculkan kreativitas yang menjadi budaya sehat bagi bangsa," ungkapnya. tgh/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top