Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Malaysia

Mahathir Tuding PM Anwar Seperti Diktator

Foto : AFP/Vincent Thian

Mahathir Mohamad

A   A   A   Pengaturan Font

KUALA LUMPUR - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, pada Minggu (19/3) menuduh PM Anwar Ibrahim seperti diktator setelah melarang pertemuan pro-Melayu.

Walau Mahathir mengatakan ia tidak memiliki bukti bahwa PM Anwar berada di balik pembatalan mendadak unjuk rasa solidaritas Melayu itu, dia mengatakan perdana menteri telah menunjukkan peningkatan intoleransi terhadap kebebasan berbicara dengan menyerang oposisi dan para pengkritiknya.

"Dari pidatonya melawan saya, saya yakin dia berada di balik larangan ini dalam mencoba menutup mulut orang yang ingin mengatakan kebenaran," kata Mahathir dalam sebuah konferensi pers. "Hanya diktator yang tidak mengizinkan orang mengkritik pemerintah," imbuh dia.

Sebelumnya Sekretariat Proklamasi Rakyat Melayu melaporkan bahwa mereka terpaksa membatalkan acara yang direncanakan pada Minggu setelah beberapa tempat, termasuk hotel yang dekat dengan Menara Kembar Petronas, membatalkan reservasi.

Mahathir dijadwalkan menghadiri pertemuan tersebut, yang menurutnya akan dihadiri oleh 2.000 peserta.

"Saya tidak mengerti mengapa pemerintah begitu takut pada orang Melayu sehingga mereka tidak mengizinkan kami berkumpul. Kami telah mencoba di empat tempat lainnya, tetapi tidak berhasil. Pertemuan itu tampaknya rasis. Sebenarnya, ketika Anda memblokir satu ras, Andalah yang rasis. Pemerintah yang rasis," kata Mahathir.

Mahathir mengatakan bahwa selama gerakan reformasi, pendukung Anwar telah secara teratur mengadakan aksi protes yang "kasar", tetapi acara yang direncanakan pada Minggu tidak dimaksudkan untuk menjadi seperti itu.

"Pers disensor. Tidak ada hal buruk tentang pemerintah yang dapat dicetak," ungkap dia.

Tanggapan Anwar

Tanpa menyebut nama, Anwar mengatakan pada Minggu bahwa para pemimpin putus asa yang kehilangan kekuasaan memanipulasi isu-isu sensitif. "Mereka yang mempermainkan isu ras dan agama, memecah belah masyarakat dan menghasut kekerasan, saya akan mengambil tindakan tegas," kata PM Anwar seperti dikutip harian The Star.

Jumat (17/3) lalu, PM Anwar telah memerintahkan pasukan keamanan untuk waspada terhadap mereka yang mengobarkan retorika rasial dan agama, menjelang konvensi nasionalis Melayu yang direncanakan pada Minggu.

Apa yang terjadi saat ini mengingatkan saat Mahathir berkuasa dimana ia pernah dicap sebagai diktator oleh para pendukung Anwar. Pemecatan Anwar sebagai wakil perdana menteri pada tahun 1998 oleh Mahathir dan penjeblosan Anwar ke penjara menyebabkan munculnya gerakan reformasi dengan para pendukung Anwar menyebut Mahathir firaun besar dan penindas besar.

Mahathir, perdana menteri terlama dalam sejarah Malaysia, baru-baru ini keluar dari partai Pejuang yang dia bentuk setelah diusir dari Parti Pribumi Bersatu Parti yang dia dirikan bersama mantan PM Muhyiddin Yassin. Mantan PM Yassin menjadi terkenal selama "Gerakan Sheraton" yang menggulingkan pemerintahan Mahathir kedua pada tahun 2020 lalu. ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top