Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Perjanjian

Magna Carta, Piagam yang Membatasi Kekuasaan Raja

Foto : Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Di Inggris pada abad pertengahan terjadi perselisihan antara Raja John, bangsawan, dan Paus. Di tengah ekonomi yang menurun, raja dipaksa untuk meneken piagam untuk membatasi kekuasaannya dan memberi kebebasan dan hak kepada individu.

Magna Carta juga dikenal sebagai Magna Charta Libertatum (Piagam Besar Kebebasan). Disebut demikian karena versi aslinya disusun dalam bahasa Latin. Aturan ini diperkenalkan oleh beberapa baron paling terkenal pada abad ketiga belas dalam tindakan pemberontakan melawan raja mereka, Raja Inggris, John I (24 Desember 1199 - 19 Oktober 1216).

Kenaikan pajak, ekskomunikasi raja oleh Paus Innosensius III pada 1209, dan upayanya yang gagal serta memakan banyak biaya untuk mendapatkan kembali kerajaannya di Prancis Utara telah membuat Raja John sangat tidak populer di kalangan rakyatnya. Meskipun John mampu memperbaiki hubungannya dengan Paus pada tahun 1213, usahanya yang gagal untuk mengalahkan Raja Phillip II dari Prancis pada 1214.

Ditambah strategi fiskalnya yang tidak populer, menyebabkan pemberontakan para baron atau bangsawan pada 1215. LamanHistoric UKmenyebut, meskipun pemberontakan semacam ini biasa terjadi, tidak seperti pemberontakan sebelumnya, para baron tidak memiliki rencana penerus yang jelas untuk mengklaim takhta, menyusul hilangnya Pangeran Arthur, Adipati Brittany secara misterius, keponakan John dan putra mendiang saudara laki-lakinya, Geoffrey. Mereka diyakini secara luas telah dibunuh oleh John dalam upaya mempertahankan takhta.

Satu-satunya alternatif adalah Pangeran Louis dari Prancis. Namun, Louis yang berwarga negara Prancis yang sedang berperang melawan Inggris selama tiga puluh pada saat itu dan lemahnya hubungan dengan takhta, membuatnya kurang ideal.

Akibatnya, para baron memfokuskan serangan mereka pada pemerintahan John yang menindas. Mereka berdalih raja tidak mematuhi Piagam Kebebasan. Piagam ini merupakan proklamasi tertulis yang dikeluarkan oleh nenek moyang John, Henry I.

Ketika naik takhta pada tahun 1100, Henri I berupaya untuk mengikat raja pada undang-undang tertentu mengenai perlakuan terhadap pejabat gereja dan bangsawan dan dalam banyak hal merupakan bagian dari pendahulu Magna Carta yang disusun kemudian.

Negosiasi berlangsung selama enam bulan pertama tahun 1215, tetapi baru setelah para baron memasuki Istana Raja London dengan paksa pada 10 Juni, didukung oleh Pangeran Louis dan Raja Skotlandia, Alexander II. Saat itu, raja dibujuk untuk membubuhkan stempel besarnya pada "Artikel Para Baron" yang menguraikan keluhan mereka dan menyatakan hak dan hak istimewa mereka.

Momen penting tersebut, pertama kalinya seorang raja yang berkuasa dibujuk secara paksa untuk melepaskan sebagian besar kekuasaannya. Peristiwa ini terjadi di Runnymede, tepatnya di sebuah padang rumput di tepi Sungai Thames dekat Windsor pada 15 Juni 1215.

Sementara itu, para baron memperbarui sumpah setia mereka kepada raja pada 19 Juni 1215. Dokumen resmi yang dirancang oleh kanselir kerajaan sebagai catatan perjanjian ini pada tanggal 15 Juli kemudian dikenal secara retrospektif sebagai versi pertama Magna Carta.

Meskipun raja dan para baron telah menyetujui Magna Carta sebagai sarana rekonsiliasi, masih terdapat ketidakpercayaan yang besar di kedua belah pihak. Para baron sangat ingin menggulingkan John dan melihat raja baru naik takhta.

Sementara itu, John mengingkari bagian paling penting dari dokumen tersebut, yang sekarang dikenal sebagai Klausul 61, segera setelah para baron meninggalkan London. Klausul tersebut menyatakan bahwa komite baron yang dibentuk memiliki kemampuan untuk menggulingkan raja jika dia sewaktu-waktu melanggar piagam tersebut.

John menyadari ancaman yang ditimbulkannya dan mendapat dukungan penuh dari Paus dalam penolakannya terhadap klausul tersebut. Paus percaya bahwa klausul tersebut mempertanyakan otoritas tidak hanya raja, tetapi juga gereja.

Merasakan kegagalan Magna Carta dalam mengekang perilaku John yang tidak masuk akal, para baron segera mengubah taktik dan memulai kembali pemberontakan mereka dengan maksud untuk menggantikan raja dengan Pangeran Louis dari Prancis. Hal ini mendorong Inggris ke dalam perang saudara yang dikenal sebagai Perang Baron Pertama.

Sebagai sarana untuk memajukan perdamaian, Magna Carta gagal karena hanya mengikat secara hukum selama tiga bulan. Baru setelah kematian John karena disentri pada 19 Oktober 1216, ketika terjadi pengepungan di Inggris Timur, Magna Carta akhirnya mulai berlaku.

Menyusul perpecahan antara Louis dan para baron Inggris, para pendukung royalis putra dan pewaris John, Henry III, mampu meraih kemenangan atas para baron di Pertempuran Lincoln dan Dover pada tahun 1217. Namun untuk menghindari terulangnya pemberontakan, perjanjian Magna Carta yang gagal diberlakukan kembali oleh William Marshal, pelindung raja muda Henry III yang baru berusia 15 tahun.

Simbol Kebebasan

Magna Carta sebagai Piagam Kebebasan sebuah konsesi kepada para baron yang menuntut kebebasan. Versi piagam ini telah diedit untuk memasukkan 42 klausul, bukan 61 klausul.

Saat mencapai usia dewasa pada 1227, Henry III menerbitkan kembali Magna Carta versi pendek, yang merupakan yang pertama menjadi bagian dari hukum Inggris. Henry memutuskan bahwa semua piagam di masa depan harus diterbitkan di bawah stempel raja.

Akhirnya antara abad ke-13 dan ke-15, Magna Carta dikatakan telah dikonfirmasi ulang antara 32 dan 45 kali, terakhir dikonfirmasi oleh Henry VI pada tahun 1423. Namun pada masa Tudor, Magna Carta kehilangan tempatnya sebagai bagian sentral dari politik Inggris.

Hal ini sebagian disebabkan oleh parlemen yang baru dibentuk, namun juga karena masyarakat mulai mengakui bahwa piagam tersebut muncul dari masa pemerintahan Henry III yang kurang dramatis dan amandemen Edward I setelahnya (versi Edward tahun 1297 adalah versi Magna Carta yang diakui oleh Hukum Inggris saat ini) dan tidak lebih luar biasa dibandingkan undang-undang lainnya dalam hal kebebasan dan keterbatasannya.

Baru pada Perang Saudara Inggris, Magna Carta melepaskan diri dari asal-usulnya yang kurang sukses dan mulai mewakili simbol kebebasan bagi mereka yang menginginkan kehidupan baru. Hal ini di kemudian hari berpengaruh besar pada konstitusi Amerika Serikat (bill of rights) yang kemudian berlaku di bekas wilayah kekuasaan Inggris di Australia, Selandia Baru, Kanada, bekas Uni Afrika Selatan dan Rhodesia Selatan (sekarang Zimbabwe). Namun, pada 1969, kecuali tiga klausul dalam Magna Carta, telah dihapus dari hukum Inggris dan Wales.

Magna Carta memiliki empat salinan dari Magna Carta versi 1215 yang diketahui masih ada sampai sekarang dan salinannya tersimpan di British Library. Salah satu klausul yang paling penting adalah klausul 39 yang berbunyi di bawah ini.

"Tidak ada orang bebas yang boleh ditangkap atau dipenjarakan, atau dicabut hak atau kepemilikannya, atau dilarang atau diasingkan, atau dirampas kedudukannya dengan cara apa pun, dan kami juga tidak akan melanjutkan dengan melakukan kekerasan terhadapnya, atau menyuruh orang lain melakukan hal tersebut, kecuali berdasarkan keputusan yang sah dari pihak yang setara dengannya atau berdasarkan hukum negara," demikian isi klausul tersebut. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top