Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana di Sulteng

Lumpur Basah Sulitkan Evakuasi Korban Likuifaksi

Foto : ANTARA/Hafidz Mubarak A

PENCARIAN KORBAN - Tim SAR mencari korban yang tertimbun lumpur dari proses likuifaksi akibat gempa dan tsunami di Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/10).

A   A   A   Pengaturan Font

PALU - Proses evakuasi korban yang tertimbun lumpur dari proses likuifaksi akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) terkendala kondisi lumpur basah. Selain itu, belum semua daerah bisa diakses, terutama jalan ke desa-desa yang terisolir akibat akses terputus karena material longsor.

"Untuk wilayah yang mengalami likuifaksi, yaitu di Jono Oge di Kabupaten Sigi, memerlukan ekskavator amfibi karena lumpurnya masih basah, masih belum kering semuanya sehingga harus menggunakan ekskavator amfibi sebanyak enam unit. Kalau tidak, akan kesulitan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Minggu (7/10).

Menurut BNPB, wilayah yang terdampak likuifaksi antara lain Jono Oge, Balaroa, dan Petobo. Sutopo menambahkan, kondisi lumpur basah juga menyebabkan sulitnya evakuasi korban di Jono Oge. Itulah sebab, data sementara sampai Minggu (7/10) pukul 13.00 WIB, baru 33 orang yang berhasil ditemukan, yakni 31 selamat dan dua meninggal dunia.

Padahal data tersebut juga mencakup informasi bahwa tidak ada korban yang berhasil dievakuasi dari 4-6 Oktober 2018 di Jono Oge. "Kita meminta kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mencari atau menyewa nantinya untuk ekskavator amfibi, mungkin sulit mencarinya tapi kita berkejaran dengan waktu untuk penanganan bencana ini," katanya.

Sutopo menuturkan diperkirakan ada 366 unit bangunan rusak di Jono Oge, dan area yang terdampak oleh likuifaksi atau tertutup lumpur di daerah itu mencapai 202 hektare. "Oleh karena itu, tim SAR (pencarian dan penyelamatan) memerlukan enam unit ekskavator amfibi," tuturnya.

Sutopo menjelaskan likuifaksi adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah menjadi cairan.

Selesai 11 Oktober

BNPB mengatakan pencarian korban gempa Donggala dan tsunami ditargetkan selesai pada 11 Oktober 2018 atau sesuai dengan masa tanggap darurat yang ditetapkan. "Kalau korban tidak ditemukan sudah 14 hari sehingga dalam hal ini dinyatakan hilang," ujar Sutopo.

Meskipun evakuasi ditargetkan selesai pada 11 Oktober 2018, namun proses pencarian masih akan dilakukan, namun bersifat terbatas, tidak besarbesaran seperti saat ini karena sebagian sumber daya seperti personel dan peralatan akan dialihkan untuk melakukan pemulihan wilayah.

"Bukan berarti total tidak dilakukan pencarian, tetap dilakukan pencarian cuma kekuatan baik personel maupun peralatan dikurangi," ujarnya.

Hingga Minggu, pukul 13.00 WIB, tercatat korban meninggal 1.763 jiwa dan sebanyak 1.755 jenazah telah dimakamkan. Total korban jiwa itu terdiri dari 159 orang di Donggala, 1.519 orang di Kota Palu, 69 orang di Sigi, 15 orang di Paragi Moutong, dan satu orang di Pasangkayu, Sulbar.

Ant/AR-2

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top