Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Logika Keamanan dalam Perdagangan Internasional

A   A   A   Pengaturan Font

Tidak seperti yang dibayangkan perdagangan internasional tidak berlangsung mulus. Mengutip kalimat klasik Adam Smith dalam buku The Wealth of Nations, "Pertahanan jauh lebih penting daripada kemewahan." Smith mengatakan terdapat logika keamanan dalam praktik perdagangan internasional. Oleh karenanya aktivitas ini tidak selamanya mulus seperti dibayangkan.

Sementara itu, Albert O Hirschman, dalam bukunya National Power and the Structure of Foreign Trade terbitan 1945 menyebut, perdagangan internasional digunakan untuk pemaksaan ekonomi. Terdapat dua efek di sini yaitu penawaran dan pengaruh.

Perdagangan luar negeri memperluas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan Negara. Inilah yang disebut efek suplai. Tetapi perdagangan luar negeri mengarah pada hubungan ketergantungan yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan politik. Inilah efek pengaruh.

Sebagai contoh penyebaran virus korona baru telah memengaruhi produksi otomotif Jepang yang bergantung pada suku cadang Tiongkok. Jepang juga sangat kekurangan masker wajah karena sebagian besar dipasok negara itu.

Sedangkan Amerika Serikat (AS) yang dilanda lonjakan infeksi, juga menderita kekurangan masker, sarung tangan dan alat pelindung diri. Kondisi ini mendorongseruan untuk meningkatkan produksi pasokan medis dalam negeri ketimbang bergantung pada impor.

Setelah Australia mendorong penyelidikan independen tentang asal-usul virus korona, Tiongkok menangguhkan impor daging sapi dari pemasok utama Australia. Negeri panda juga memberlakukan tarif 80,5 persen untuk impor sereal, seperti anggur.

Mengutip kembali pernyataan Hirschman, tentang ketergantungan digunakan sebagai pemaksaan ekonomi, cara ini memang dilakukan banyak negara. Tindakan Tiongkok dalam mengalihkan impor batubara, membatasi impor sereal dan anggur merupakan cara pemaksaan ekonomi serta menciptakan ketergantungan.

Ketergantungan perdagangan bagi Hirschman asimetris. Contohnya, perdagangan Jerman-Bulgaria pada 1938. Dalam hubungan ekspor-impor antara keduanya Jerman berada dalam posisi secara sepihak menerapkan efek pengaruh.

Demikian juga dengan Tiongkok yang menyadari posisinya sebagai pedagang top dunia. Negeri ini berusaha memberikan pengaruhnya dengan menciptakan ketergantungan pada rantai produksi internasional. Pidato Presiden Xi Jinping adalah buktinya.

"Kita harus memperketat ketergantungan rantai produksi internasional pada Tiongkok, membentuk kemampuan penanggulangan dan pencegahan yang kuat terhadap negara-negara asing yang akan memotong pasokan secara artifisial," kata Xi.

Membalas Berlebihan

Diketahui secara luas, Tiongkok telah berulang kali mengambil tindakan yang melampaui "tindakan balasan," dengan melakukan tindakan pre-emptive dalam bentuk paksaan ekonomi, termasuk dalam merespons desakan penyelidikan oleh Australia terkait asal-usul virus Covid-19, kendali Jepang atas Kepulauan Senkaku.

Reaksi Tiongkok terhadap Pemberian Hadiah Nobel Perdamaian oleh Norwegia kepada pembangkang Tiongkok, Liu Xiaobo, termasuk juga penyebaran sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Aerial Defense (THAAD) AS oleh Korea Selatan menunjukkan pertahanan lebih penting dari perdagangan itu sendiri.

Untuk mendapat keuntungan dari perdagangan luar negeri dan mengurangi efek pengaruh pada saat yang sama, Hirschman mengusulkan pengalihan otoritas pembatasan perdagangan dari negara ke organisasi internasional.

Memang kemudian dunia membentuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) sebagai solusinya. Tapi sayangnya aturan internasional tidak sempurna atau komprehensif dan masih menyisakan celah.

Tiongkok memanfaatkan celah ini dan mengklaim bahwa tindakannya terhadap Australia adalah tindakan "antidumping" dan terkait dengan masalah "kualitas lingkungan" serta masalah karantina. Negeri tirai bambu tidak pernah mengakui bahwa gerakan tersebut mewakili paksaan ekonomi.

Demikian ketika Beijing menghentikan ekspor logam tanah jarang ke Jepang pada 2010 menyusul penangkapan seorang kapten kapal pukat Tiongkok di dekat Kepulauan Senkaku. Alasan tindakan itu untuk memotong pasokan karena masalah lingkungan. hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top