Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lirik Lagu Ternyata Bisa Jadi Sumber Sejarah

Foto : Istimewa

Ilustrasi. Lagu berjudul Celoteh Camar Tolol dan Cemar ciptaan Iwan Fals tentang peristiwa tenggelamnnya kapal Tampomas II di saluran Youtube.

A   A   A   Pengaturan Font

SURABAYA - Penelusuran jejak-jejak terhadap sejarah ternyata bisa melalui beragam hal. Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) Purnawan Basundoro menyebut salah satu sumber sejarah itu adalah melalui lirik lagu.

Purnawan menyatakan hal itu dalam webinar Partihistori dari Sejarah Lintas Batas melalui Zoom Meeting bertema Lirik (Lagu) Sebagai Sumber Sejarah, baru-baru ini. Dia mengajak audiens untuk menelisik lirik lagu dari perspektif sejarah dan menjadi rujukan sumber sejarah.

Peneliti asing sudah lama memakai musik sebagai narasi sejarah. Hal tersebut terbukti dengan musik tembang Jawa pada periode Mataram. Seperti yang dilakukan oleh Ricklefs dalam meneliti sejarah Jawa.

Lebih lanjut, Purnawan menjelaskan lagu-lagu populer (pop) yang masih dan pernah didengar masyarakat akan diangkat sebagai narasi sejarah. Menurutnya, di antara banyak yang bertema percintaan, selalu ada lagu yang membahas tentang realitas. Misalnya, peristiwa sejarah, terkini masyarakat, atau yang menjadi perhatian publik. Itu disebut balada.

"Tahun 50 sampai 80-an, terdapat banyak lagu yang mengacu kepada realitas masa lalu. Ia memotret dan mencerminkan kehidupan masyarakat di masa itu," imbuhnya.

Di Indonesia sendiri, ada banyak pencipta atau penyanyi lagu balada. Di antaranya, Jane dan Franky, Iwan Fals, Ebiet G Ade, Rita Rubby, Ully Sigar, Benyamin S, dan Rhoma Irama.

Purnawan lalu memberikan dua poin sumber sejarah yang jarang diteliti, namun ada sumbernya melalui lagu-lagu. Yang pertama adalah pemanfaatan sejarah orang kecil atau pinggiran, seperti tukang becak. Ibu Sud pernah menyanyikan lagu tukang becak. Termasuk Benyamin dan Ebiet.

"Kalau melihat lagu Ibu Sud ini atau kita menulis tentang sejarah transportasi Jakarta, kita bisa memulai dari (lagu) ini. Bahwa tahun 30 sampai 80-an ada transportasi yang eksis di Jakarta, yakni becak," kata Purnawan.

"Lagu becak Ibu Sud yang ceria berkontradiksi dengan lagu becak Benyamin dan Ebiet yang berisi solidaritas, derita, dan penderitaan tukang becak," imbuhnya.

Yang kedua adalah sejarah kecelakaan transportasi. Menurutnya, bahasan itu jarang diteliti oleh sejarawan. Padahal, itu juga ditemukan dalam lagu-lagu yang relevan untuk menjadi panduan menulis sejarah kecelakaan transportasi. Misalnya, lagu Iwan Fals yang berjudul 1910.

"Lagu ini menceritakan tentang kecelakaan kereta api di Bintaro, tabrakan KA 225 dan KA 220 pada 19 Oktober 1987. Kita bisa merunut dari kejadian tersebut dan seperti apa proses kejadian itu," imbuhnya.

Selain itu, Iwan Fals menulis lagu tentang peristiwa Tampomas II yang berjudul Celoteh Camar Tolol dan Cemar. Lagu tersebut terinspirasi dari peristiwa besar yang cukup kontroversial dan belum diungkap dengan jelas. Peristiwa itu juga ditulis Ebiet G Ade yang berjudul Sebuah Tragedi 1981, melalui potret nakhoda kapal Tampomas.

"Nakhoda Tampomas, Ahmad Rifai, diceritakan sangat hebat karena saat kritis menolong awak, memberikan pelampung, dan dia bertahan di kapal itu hingga kapal itu tenggelam bersamanya," ujarnya.

Purnawan memberikan pesan bahwasannya lagu tersebut mempunyai kejadian historis yang bersejarah yang dapat diungkap. Terutama melalui lirik-liriknya.

"Dengan demikian, memanfaatkan lagu tersebut, narasi sejarah yang dibuat bisa jauh kaya. Perspektifnya jauh lebih luas. Dari lagu yang puitis tadi, dapat ditangkap maka narasi yang dibuat akan jauh lebih lengkap," ungkapnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top