Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lima Model Pengelolaan Keuangan Keluarga

A   A   A   Pengaturan Font

Pertanyaan:

Bu Rossa, bulan depan saya akan menikah. Saya dan calon pasangan saat ini sama-sama bekerja. Salah satu yang mengganjal cara mengelola keuangan keluarga nanti.

Jawaban:

Menikah dan menjadi suami istri berarti saling berbagi dalam hidup. Juga harus siap berkompromi tentang banyaka hal, tak terkecuali keuangan. Bagaimana pengelolaannya, tentu kembali ke kebutuhan serta kondisi masing-masing keluarga. Laman qmfinanacial memuat lima model pengelolaan keuangan suami istri yang banyak diterapkan. Silakan dipilih yang paling cocok.

Gabungan

Pertama, tim gabungan. Suami istri bekerja, lalu penghasilan digabung. Kemudian dipergunakan seluruhnya untuk kepentingan dan kebutuhan keluarga. Dengan begini, biasanya keuangan keluarga akan sangat kuat. Tujuan keuangan bisa dengan cepat dan banyak tercapai.

Namun, ada kekurangannya juga, yakni ketika salah satu dari pasangan memerlukan dana untuk belanja kebutuhan pribadi. Kemungkinan dapat memicu perasaan kurang adil bagi pasangannya jika ada suami atau istri yang menghabiskan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Salah satu solusi yang mungkin bisa dilakukan, masing-masing menentukan uang belanja kebutuhan sendiri. Kemudian menggunakannya sesuai plafon masing-masing.

Seratus Persen Tanggungan Suami

Pada pengelolaan keuangan kedua ini, penghasilan suami sepenuhnya menjadi milik keluarga. Sedangkan jika istri juga berpenghasilan, maka sepenuhnya menjadi milik pribadi.

Bagaimana menurut Anda pengelolaan keuangan yang kedua ini? Kalau ini memang menjadi kesepakatan berdua, merasa terbaik, ya tidak masalah. Tapi beberapa waktu lalu, ada kisah viral online shop yang menjual khusus peralatan hobi bapak-bapak yang sering sekali diminta oleh pelanggannya untuk "memalsukan" nota pembelian demi menghindari omelan istri karena belanja terlalu banyak.

Nah, ada baiknya, jika memang hendak mengelola keuangan keluarga dengan cara ini, alokasikan dana tersendiri bagi suami agar bisa bebas berbelanja atau mempergunakan uang untuk kebutuhan pribadinya sesuai jumlah yang disepakati bersama. Selama suami tidak berbelanja melebihi budget, mestinya tidak jadi masalah.

Istri sebagai 'menteri keuangan' keluarga sudah tentu harus memiliki keterampilan mengelola uang, jika tidak keuangan keluarga bisa kandas.

Suami Beri Jatah

Kalau menerapkan model pengelolaan keuangan seperti ini, biasanya suami sudah menentukan (atau bisa juga melalui diskusi dengan istri), seberapa banyak akan memberikan uang bulanan pada istri. Mungkin 50-80 persen. Sementara itu, sisanya akan disimpan sendiri. Banyak alasan mengapa suami istri memilih cara ini. Biasanya ada tanggungan khusus yang harus menjadi beban. Misalnya, suami masih harus menghidupi keluarga besarnya.

Jika suami memang punya keterampilan mengelola uang yang baik dan memiliki habit yang baik juga, maka aset keluarga bisa bertumbuh. Di sisi lain, jika istri memiliki keterampilan yang sama bagusnya, keuangan keluarga juga akan baik-baik saja.

Kelemahan tipe ini, jika jatah suami tidak cukup, istri harus putar otak baik dengan cara menghemat atau menambah penghasilan lagi. Di sini bisa muncul potensi untuk berutang dari pihak istri.

Bagi Tugas

Sebagai contoh, suami bertugas mengurus investasi dan tagihan rutin besar seperti pajak-pajak rumah dan kendaraan bermotor. Istri bertugas memenuhi kebutuhan rumah dan dapur, serta kebutuhan sekolah anak-anak.

Hal ini juga bisa menjadikan keuangan keluarga adil dan kuat. Satu kunci terbesarnya, jangan sampai satu sama lain tidak mengetahui penghasilan pasangannya. Sebab hal ini bisa berisiko pada pengelolaan keuangan secara keseluruhan.

Apa pun model pengelolaan keuangan keluarga sudah seharusnya diiringi dengan keterbukaan satu sama lain antara suami dan istri. Meski sudah dibagi tugas, masing-masing harus tahu betul kondisi keuangan pasangannya.

Penghasilan Satu Pintu

Model pengelolaan ini terjadi ketika salah satunya tidak berpenghasilan, bisa suami atau istri. Dengan begini, pasangan yang tidak berpenghasilan akan minta uang pada yang lain jika ada kebutuhan. Kadang, misalnya, istri yang tidak bekerja, maka suami memberikan kartu debit untuk dipakai istri.

Lagi-lagi, kalau ini memang menjadi kesepakatan, semua seharusnya akan baik-baik saja. Memang ada suami yang mapan dari segi penghasilan dan ingin bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan keluarga. Dia lebih suka minta istri untuk sepenuhnya fokus mengurus keluarga.

Setiap kondisi rumah tangga berbeda dan punya cara pandang atau solusi lain pula untuk setiap masalah. Hanya satu lagi kuncinya, yaitu keterbukaan. Menyembunyikan rahasia-apalagi soal keuangan-satu sama lain bukanlah langkah pengelolaan keuangan keluarga yang aman.

Tidak ada yang selalu salah dan selalu benar dalam pengelolaan keuangan, apalagi keuangan keluarga dan pribadi. Sebab situasi dan kondisi tiap orang akan sangat berpengaruh. Yang penting, kita tahu prinsip dasar pengelolaan keuangan dan bisa menerapkannya sesuai dengan kebutuhan. G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top