Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesepakatan Brexit | Peringkat Daya Saing Inggris Melorot ke Posisi 9

Lima Menteri Inggris Ancam Mundur

Foto : AFP/KENZO TRIBOUILLARD

AKSI PROTES | Aktivis anti-Brexit melakukan aksi protes dekat Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, pada Rabu (9/10). Aksi ini dilakukan karena perundingan Brexit antara Inggris dan UE memasuki tahap kritis dan kemungkinan akan terjadi Brexit tanpa kesepakatan.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, kembali harus menghadapi pembangkangan dari anggota kabinetnya dimana ada 5 menteri kemungkinan akan mengundurkan diri karena menentang Brexit (keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa) tanpa disertai kesepakatan.

"Menteri Kebudayaan, Nicky Morgan, Menteri Urusan Irlandia Utara, Julian Smith, Menteri Kehakiman, Robert Buckland, Menteri Kesehatan, Matt Hancock, dan Jaksa Agung Geoffrey Cox, diperkirakan akan mundur,"demikian lapor harian The Times pada Rabu (9/10).

Informasi yang diperoleh The Times berdasarkan penuturan seorang menteri di kabinet yang enggan disebutkan jati dirinya dimana ia mengatakan ada banyak anggota parlemen Konservatif akan mundur jika Brexit tanpa kesepakatan terjadi.

Pada bagian lain dilaporkan bahwa Inggris telah kehilangan daya saing perekonomian di peringkat dunia. Informasi itu terungkap dalam laporan daya saing yang disusun World Economic Forum (WEF).

Laporan ini kemudian digunakan sebagai alat oleh lebih dari 100 perusahaan terkemuka di dunia dan 100 organisasi internasional, masyarakat sipil juga akademik untuk melihat bagaimana mereka dapat membuat ekonomi, tenaga kerja, dan bisnis lebih produktif dengan mengintegrasikan kesetaraan serta inklusi ke dalam ekonomi baru, bertujuan untuk mencapai 1 miliar orang dengan peluang ekonomi yang lebih baik.

Menurut tabel peringkat keseluruhan, Inggris tergelincir satu posisi yaitu mencapai peringkat ke-9 dari tahun lalu yang berada di posisi ke-8. Dalam peringkat daya saing WEF itu, Singapura menduduki peringkat pertama dan AS pada posisi kedua.

Hal yang membuat pertumbuhan ekonomi Inggris menurun adalah isu dari hasil Brexit yang akan datang. Awalnya, Inggris seharusnya meninggalkan Uni Eropa (UE) pada Maret lalu. Namun karena mantan PM Theresa May berulang kali gagal kesepakatan Brexit dengan UE, maka pelaksanaan perceraian itu diundur.

PM Inggris saat ini, Boris Johnson, memiliki waktu hingga 31 Oktober untuk melaksanakan Brexit. Namun perkembangannya saat ini yaitu kemungkinan besar Inggris akan meninggalkan UE tanpa kesepakatan.

Hasil Terburuk

Brexit tanpa kesepakatan adalah hasil terburuk yang mungkin terjadi bagi perekonomian dan bisnis Inggris karena akan mengakibatkan kekacauan di bidang keimigrasian dan perdagangan. Saat ini rencana kontingensi dari pemerintah Inggris atas Brexit tanpa kesepakatan, masih belum konkret.

Pekan ini, sebuah laporan baru berjudul The IFS Green Budget 2019 yang disusun Institute for Fiscal Studies dan bekerja sama dengan Citi and the Nuffield Foundation, mengatakan bahwa Brexit tanpa kesepakatan secara ekonomi akan jauh lebih buruk, bahkan di bawah skenario yang relatif ringan sekalipun dan akan membuat utang Inggris meroket.

Dalam laporannya dinyatakan bahwa utang Inggris akan melesat ke level tertinggi sejak 1960-an karena pinjaman kemungkinan akan naik menjadi 100 miliar poundsterling atau setara dengan 122,9 miliar dollar AS dan total utang akan melonjak hingga 90 persen dari pendapatan nasional.

Menyikapi laporan itu, Ketua Dana Moneter Internasional yang baru, Kristalina Georgieva, telah mengungkapkan keprihatinan dan memperingatkan bahwa Brexit dalam bentuk apa pun akan buruk bagi siapa pun.ang/CNA/AFP/Yahoo/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top