Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lebih dari 2.000 Pengungsi Baru Rohingya Memasuki Bangladesh

Foto : ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

Arsip foto - Sejumlah pengungsi Rohingya beraktifitas di Kamp Pengungsian Ukhia, Cox Bazar, Bangladesh, Kamis (28/9/2017).

A   A   A   Pengaturan Font

Dhaka - Lebih dari 2.000 pengungsi baru Rohingya telah memasuki Bangladesh sejak runtuhnya pemerintahan Sheikh Hasina pada 5 Agustus yang menyebabkan beberapa personel Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) meninggalkan pos mereka karena takut akan pembalasan dari masyarakat.

Para pengungsi baru tersebut sebagian besar berlindung di tiga dari total 27 kamp, seperti dilaporkan Anadolu menyusul keterangan para pemimpin dan pejabat komunitas pengungsi.

Pejabat BGB telah mengakui lonjakan signifikan jumlah pengungsi namun mengindikasikan bahwa mereka berupaya aktif untuk mencegah kedatangan pengungsi tambahan.

"Kami telah menahan setidaknya dua puluhan pengungsi Rohingya baru hari ini," kata seorang komandan BGB, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Puluhan tahanan tersebut ditahan di pos pemeriksaan sementara, menurut Anadolu pada Sabtu (24/8).

Minggu menandai peringatan tujuh tahun krisis Rohingya yang dimulai pada 25 Agustus 2017, ketika sekitar satu juta pengungsi Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari pembantaian yang dipimpin militer Myanmar.

Anadolu mengunjungi tiga kamp Rohingya pada Sabtu dan berbicara dengan sedikitnya 30 pengungsi baru yang tiba setelah 5 Agustus.

Di perbatasan timur Bangladesh, masuknya Tentara Arakan ke distrik Maungdaw telah memaksa ribuan warga Rohingya melarikan diri.

Laporan yang belum terverifikasi memperkirakan korban tewas sekitar 200 orang. Jika benar, itu akan menjadi salah satu serangan paling mematikan terhadap warga sipil dalam perang saudara Myanmar yang telah berlangsung tiga tahun yang dimulai setelah kudeta militer pada 2021.

Gerilyawan pro-demokrasi dan kelompok etnis bersenjata minoritas, termasuk Tentara Arakan, telah berjuang untuk menggulingkan penguasa militer yang mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 2021.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top