Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perdagangan Global I Program Diversifikasi Pangan Harus Segera Dijalankan

Larangan Ekspor yang Meluas Membuat Harga Pangan Makin Tidak Terkendali

Foto : Berbagai sumber - KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Negara-negara produsen pangan semakin membatasi ekspor komoditas mereka untuk menjaga stok kebutuhan dalam negeri masing-masing. Meluasnya larangan ekspor dari negara-negara produsen tersebut, makin membuat harga pangan global tidak terkendali.

Dewan Penasihat Institut Agroekologi Indonesia (Inagri), Ahmad Yakub, yang diminta pendapatnya mengatakan dengan makin banyaknya negara yang melarang ekspor pangan maka yang akan paling menderita adalah kelompok paling rentan yakni orang miskin, dan terutama perempuan dan anak-anak orang miskin.

Kebijakan negara pada saat ini, menurut Yakub, mesti fokus pada penanganan jangka pendek potensi rawan pangan yang sensitif pada kebutuhan kelompok paling rentan dan penanganan jangka panjang yakni mendorong kemandirian pangan yang selama ini cenderung masih menjadi retorika.

"Jangka pendek jaminan sosial jangan sampai bocor dan tepat sasaran. Jangka panjang, diversifikasi pangan sehingga bisa substitusi pangan itu benar-benar dilaksanakan," kata Yakub.

Pangan dan energi, katanya, tidak hanya berdimensi ekonomi, tapi merupakan kebutuhan paling fundamental sebuah bangsa. Sebab itu, dalam menyikapi masalah pangan tidak boleh semata-mata hanya pertimbangan ekonomi, tetapi mesti pertimbangan sustainability bangsa jauh ke depan.

"Pangan dan juga gizi, kaitannya sama keberlanjutan sebuah bangsa yakni kualitas manusianya, penduduknya. Pangan dan kecukupan gizi kurang, kita semua akan menderita. Ini harus jadi kebijakan dasar bagaimana kemandirian pangan bisa segera dieksekusi," kata Yakub.

Seperti diketahui, India telah melarang ekspor gandum karena harga gandum yang melonjak tahun ini disebabkan perang Russia-Ukraina. Kedua negara merupakan eksportir komoditas terbesar yang berdasarkan catatan Bank Dunia, Russia-Ukraina menyumbang 29 persen ekspor gandum global.

Harga gandum melonjak sekitar 6 persen, pada Senin (16/5), setelah pengumuman larangan ekspor India, akhir pekan lalu. "Dengan harga pangan yang sudah tinggi karena gangguan rantai pasokan terkait Covid-19 dan penurunan hasil panen tahun lalu, invasi Russia berlangsung pada saat yang buruk bagi pasar pangan global," kata Peterson Institute for International Economics (PIIE), think tank berbasis di Washington.

Menurut PIIE, Russia dan Ukraina termasuk di antara lima pengekspor global teratas untuk banyak jenis sereal dan biji minyak penting, seperti jelai, bunga matahari dan minyak bunga matahari, serta jagung.

Selain India, Russia dan Ukraina, Mesir, Kazakhstan, Kosovo, dan Serbia juga telah melarang ekspor gandum karena kekhawatiran terhadap inflasi dan ketahanan pangan.

Bukan hanya gandum, banyak negara juga telah menerapkan larangan ekspor makanan lainnya karena inflasi global yang melonjak akibat krisis Ukraina.

Harga telah melonjak untuk berbagai macam produk makanan lainnya, berkontribusi terhadap kenaikan inflasi di seluruh dunia. Beberapa produk tersebut antara lain minyak bunga matahari, minyak sawit, pupuk dan biji-bijian.

Tidak Menentu

Selain harga pangan yang naik, pasokan berbagai produk pangan juga tidak menentu. Ukraina belum dapat mengekspor biji-bijian, pupuk dan minyak sayur, sementara konflik juga menghancurkan ladang tanaman dan mencegah musim tanam yang normal. Pemerintah Ukraina juga menuduh Russia mencuri beberapa ratus ribu metrik ton biji-bijian dan menjualnya kembali.

"Seiring perang berlanjut, ada kemungkinan yang berkembang bahwa kekurangan pangan, terutama biji-bijian dan minyak sayur, akan menjadi akut, membuat lebih banyak negara beralih ke pembatasan perdagangan," tulis analis PIIE Joseph Glauber, David Laborde dan Abdullah Mamun.

Menurut Financial Times, selama akhir pekan, kelompok tujuh negara industri (G7) mengeluarkan peringatan tentang risiko krisis kelaparan dunia, kecuali Russia mencabut blokade terhadap gandum Ukraina yang saat ini tertahan di pelabuhan Ukraina.

Negara-negara lain yang baru-baru ini menerapkan larangan ekspor makanan termasuk Indonesia, yang membatasi ekspor minyak sawit, bahan utama yang digunakan dalam banyak produk makanan dan non-makanan.

Mirip dengan India, Indonesia menyebutkan perlunya memastikan ketersediaan pangan di dalam negeri, setelah inflasi pangan global melonjak ke rekor tertinggi setelah perang. Indonesia menyumbang lebih dari setengah pasokan minyak sawit dunia.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top