Laporan Suku Inuit Perkuat Dugaan
Foto: IstimewaPara arkeolog pada tahun ini telah menemukan ratusan penemuan baru di bangkai kapal HMS Erebus yang terjebak es pada 1845. Kapal yang terjebak es di dalam es di King William Sound (Selat Victoria) selama tiga tahun itu mengakibatkan kematian ke-135 awaknya, dalam perjalanannya yang gagal ke Arktik
Pada kapal yang dikomandoi oleh Sir John Franklin, ditemukan pistol, botol obat-obatan yang disegel, peti pelaut, dan peralatan navigasi. Semua ini sekarang sedang dipelajari untuk mendapatkan petunjuk guna menjelaskan hilangnya kapal HMS Erebus dan HMS Terror serta kematian 129 awaknya.
Pekerjaan ini dianggap sangat mendesak karena bangkai kapal HMS Erebus yang ditemukan 10 tahun lalu di perairan dangkal di Wilmot dan Teluk Crampton di Arktik Kanada, sekarang dihantam oleh badai yang semakin hebat seiring perubahan iklim yang mencengkeram wilayah tersebut.
"Beberapa bagian dek atas kapal runtuh baru-baru ini dan beberapa bagian lainnya miring dengan berbahaya," kata Jonathan Moore, manajer tim bawah air Parks Canada yang menyelesaikan eksplorasi terbaru bangkai kapal tersebut.
Upaya para penyelidik makin mendesak karena Covid-19, yang menghentikan semua eksplorasi pada tahun 2020 dan 2021, dan cuaca buruk yang sangat mengganggu penyelidikan pada tahun 2018. Akibatnya, para arkeolog kelautan harus berpacu dengan waktu untuk mengungkap misteri kapal tersebut.
Sir John Franklin berangkat dari Greenhithe di Kent pada tahun 1845 untuk menemukan Northwest Passage, rute kutub yang menghubungkan Atlantik dan Pasifik. Kapalnya, HMS Erebus dan HMS Terror telah dilengkapi dengan baling-baling bertenaga uap untuk membantu mereka bermanuver di es sementara palka kapal mereka diisi dengan perbekalan makanan kaleng selama tiga tahun.
Namun, kapal-kapal tersebut gagal kembali, dan baru pada tahun 1850-an penjelajah Skotlandia John Rae setelah mewawancarai suku Inuit menemukan bahwa Franklin telah meninggal pada tahun 1847 setelah kapal-kapalnya terperangkap di es laut selama dua tahun. Kemudian anak buahnya, yang saat itu kelaparan, mulai saling memakan. Lalu pada tahun 1997, tulang-tulang beberapa awak kapal ditemukan di dekat Pulau King William dengan tanda-tanda yang sesuai dengan bekas-bekas kanibalisme.
Terjebak di dalam es selama bertahun-tahun dan menderita penyakit kudis, kelaparan, dan kemungkinan keracunan timbal dari kaleng makanan yang tidak diawetkan dengan baik, para lelaki itu mengalami nasib yang mengerikan.
Catatan tentang nasib ekspedisi Franklin yang ditemukan pada bulan Mei 1859 di dekat Pulau King William. Namun, rangkaian kejadian yang menyebabkan para penyintas ekspedisi meninggalkan kapal mereka untuk melakukan upaya putus asa mencari keselamatan di selatan tampaknya ditakdirkan untuk tetap menjadi misteri hingga penemuan bangkai kapal HMS Erebus pada tahun 2014 dan HMS Terror pada tahun 2016.
Kini, penemuan tersebut menawarkan prospek yang menggiurkan untuk memahami secara tepat perkembangan bencana yang melanda ekspedisi dan awak kapal. Satu laporan dari legenda Inuit menunjukkan bahwa setidaknya satu jasad masih berada di HMS Erebus setelah ditinggalkan. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 2 Kemendagri Minta Pemkab Bangka dan Pemkot Pangkalpinang Siapkan Anggaran Pilkada Ulang Lewat APBD
- 3 Natal Membangun Persaudaraan
- 4 Gelar Graduation Development Program Singapore 2024, MTM Fasilitasi Masa Depan Lebih Baik untuk Pekerja Migran
- 5 Gara-gara Perkawinan Sedarah, Monyet Salju Jepang di Australia akan Dimusnahkan
Berita Terkini
- Pelatih Kim Sang-sik Prediksi Vietnam Tak Akan Mudah Atasi Indonesia
- Gawat, Wabah Kolera Tewaskan 60 Orang di Sudan Selatan
- Kesetaraan Gender di Sektor Hankam Hasilkan Perdamaian Baik
- Pemakzulan Presiden Yoon Picu Kekhawatiran Atas Kesiapan Militer Korsel Hadapi Ancaman Korut
- Pernah Satu Klub, Shin Tae-yong Bercerita Kedekatannya dengan Pelatih Timnas Vietnam