Kuda Masih Dibutuhkan dalam Pertempuran
Menunggang Kuda -- Komandan Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD, Brigjen TNI Taufik Budi Santoso menunggang kuda saat menerima peserta press tour dari Dinas Penerangan TNI AD dan media ke Pusdikkav Kodiklatad Padalarang, Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/3).
Foto: Koran Jakarta/M. FachriBANDUNG BARAT - Di tengah perkembangan teknologi alat tempur yang kian pesat, kuda sebagai pendukung dalam bertempur masih diperlukan. Kemampuan berkuda bahkan menjadi dasar yang harus dimiliki bagi setiap perajurit utamanya perajurit kavaleri.
"Sejarah kavaleri terbentuk dulu dimulai dari pasukan berkuda. Sehingga kita masih menjaga itu dan saya yakin ke depan pada beberapa momen kuda masih sangat dibutuhkan," kata Komandan Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD, Brigjen TNI Taufik Budi Santoso, di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (26/3).
Taufik menilai kuda sangat membantu dalam operasi militer khususnya di Indonesia. Pasalnya, tidak semua medan di Indonesia bisa didatangi dengan tank atau kendaraan.
"Masih efisien. Sekarang memang dipakai untuk sport, protokoler, tapi manakala dibutuhkan menurut saya di daerah perbatasan sulit dijangkau dengan kendaraan ini bisa masuk," jelasnya.
Pola Pendidikan
Lebih jauh Taufik menerangkan pola pendidikan berkuda bagi para perajurit kavaleri. Selain menjadi latihan dasar, berkuda juga menjadi langkah menghargai sejarah kavaleri.
Dia menjelaskan pendidikan berkuda harus dilalui siswa untuk level apapun baik itu tamtama, bintara, atau perwira. Adapun siswa yang berlatih di Pusdikkav berasal dari satuan kavaleri seluruh Indonesia.
"Berkuda bagi tentara, selain siap diterjunkan kapanpun dan di mana pun, kami kavaleri selain harus mahir menggunakan tank, kuda juga harus bisa. Dan itu saya yakin suatu saat berguna," ucapnya.
Taufik menambahkan selain melatih para siswa, Pusdikkav juga melatih kuda militer agar memenuhi klasifikasi. Kuda militer harus memenuhi tahapan dasar hingga lanjutan.
"Kuda militer harus memiliki klasifikasi bisa berenang, tidak takut api dan letusan, dan bisa tiarap bersama dengan penunggangnya untuk melindungi kuda dan penunggannya. Mereka harus paham daerah yang dihadapi bukan aman-aman saja dan ada tahapannya," katanya.
Taufik menyebut jumlah kuda yang ada di Pusdikkav sebanyak sembilan kuda berasal dari luar negeri yaitu Australia, Arab, Pakistan. Sedangkan di Detasemen Kavaleri Berkuda TNI AD ada sekitar 240 kuda.
"Kuda dan alat tempur tidak rumit perawatannya. Cuma benda hidup kebutuhan lebih banyak makanan harus dijaga, tempat bersih jadi sama dengan manusia harus jaga kesehatan," terangnya.
Dia menerangkan Pusdikkav juga membuka diri dengan masyarakat sipil dalam berkuda. Selain bekerja sama dengan Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia (Pordasi), kuda Pusdikkav juga kerap menjadi media untuk kesehatan.
"Kita belajar dari sejarah. Tengok pendahulu kita senang berkuda bagus untuk kesehatan. Itu bagian dari terapi. Kawan-kawan sipil juga banyak berlatih di sini, untuk terapi. Salah satu berkaitan dengan saraf motorik," tandasnya.
Berita Trending
- 1 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
- 2 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online
- 3 Kasad Hadiri Penutupan Lomba Tembak AARM Ke-32 di Filipina
- 4 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 5 Masyarakat Perlu Dilibatkan Cegah Gangguan Mental Korban Judol