KSSK Tingkatkan Kewaspadaan Risiko Global
Beberapa faktor eksternal yang berpotensi menjadi risiko terhadap sektor keuangan Indonesia ke depan, meliputi downside risk akibat pelemahan ekonomi Tiongkok, eskalasi tensi geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas ekspor.
JAKARTA - Sektor keuangan Indonesia masih dibayangi sejumlah risiko akibat dampak ketidakpastian global. Karena itu, kewaspadaan perlu dilakukan sekaligus menyiapkan upaya mitigasinya.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan komitmen untuk memperkuat koordinasi dan sinergi dalam menjaga perekonomian Indonesia. "Hal itu dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko perlambatan ekonomi serta ketidakpastian pada level global di tahun ini," jelas Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, usai memimpin rapat KSSK di Jakarta, Selasa (30/1).
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global melambat dari sebelumnya 3 persen pada 2022 menjadi hanya 2,5 persen pada 2023 dan kembali melemah menjadi 2,4 persen pada 2024. Dengan demikian, situasi pada 2024 lebih lemah dibandingkan 2023.
KSSK juga terus mengawasi kemungkinan rambatan yang terjadi akibat risiko global yang berpotensi memengaruhi perekonomian dan sistem keuangan Indonesia. Untuk itu, koordinasi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus ditingkatkan.
"Kami berempat terus berkomitmen untuk memperkuat koordinasi dan sinergi serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko perlambatan ekonomi global dan berlanjutnya ketidakpastian pada 2024," ujar Menkeu selaku Ketua KSSK.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya