Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Filipina

Kritikus Duterte Disandera Saat Napi Hendak Kabur

Foto : AFP/TED ALJIBE

Leila de Lima

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Juru kampanye hak asasi manusia (HAM) Filipina yang dipenjara, Leila de Lima, sempat disandera saat terjadi upaya pelarian oleh tiga narapidana yang ditembak mati oleh polisi, kata pihak berwenang pada Minggu (9/10). Insiden itu terjadi di markas besar polisi nasional, di mana de Lima, mantan senator, telah ditahan selama lebih dari lima tahun dengan tahanan terkenal lainnya.

"Seorang petugas polisi ditikam dengan pisau rakitan sebelum petugas lain menembak mati dua narapidana," kata polisi Filipina dalam sebuah pernyataan. "Tahanan ketiga lari ke sel de Lima dan menyandera perempuan berusia 63 tahun itu sebelum tahanan itu juga ditembak mati," imbuh mereka.

Polisi mengatakan de Lima tidak terluka dan situasi di dalam fasilitas penahanan telah kembali normal.

Kepala polisi Filipina, Jenderal Rodolfo Azurin, mengatakan kepada stasiun radio lokal DZBB bahwa de Lima tampaknya bukan jadi sasaran.

"Mereka (para napi) melihatnya sebagai sandera yang ideal. Niat mereka sebenarnya adalah untuk melarikan diri," kata Jenderal Azurin.

Ketiga narapidana yang mencoba kabur itu dilaporkan adalah anggota kelompok militan Abu Sayyaf, yang dituduh menculik dan memenggal beberapa orang asing.

Seruan Pembebasan

De Lima adalah seorang kritikus yang vokal terhadap mantan presiden Rodrigo Duterte dan perang narkoba mematikan. Ia rencananya akan hadir kembali di pengadilan pada Senin (10/10).

De Lima telah berada di balik jeruji besi sejak 2017 atas tuduhan perdagangan narkoba yang dia dan kelompok hak asasi manusia sebut sebagai penghinaan terhadap keadilan dan konsekuensi karena mencecar Duterte.

Sejak Presiden Ferdinand Marcos Jr mengambil alih kekuasaan pada Juni, ada seruan baru dari para diplomat dan pembela HAM agar de Lima dibebaskan.

"Insiden terakhir menggarisbawahi perlunya dia segera dibebaskan," kata Carlos Conde dari Human Rights Watch.

Dalam cuitannya di media sosial, Presiden Marcos Jr menyatakan bahwa ia akan berbicara dengan de Lima untuk memeriksa kondisinya dan menanyakan apakah dia ingin dipindahkan ke pusat penahanan lain.

Sebelum penangkapannya pada 24 Februari 2017, de Lima telah menghabiskan satu dekade menyelidiki pembunuhan oleh "pasukan maut" yang diduga diatur oleh Duterte selama masa jabatannya sebagai Wali Kota Davao dan pada hari-hari awal kepresidenannya.

Dia melakukan penyelidikan saat menjabat sebagai komisaris HAM, kemudian dari periode 2010-15 saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman di pemerintahan Presiden Benigno Aquino, sebelum Duterte berkuasa.

De Lima memenangkan kursi Senat pada 2016 dan ia menjadi salah satu dari sedikit suara oposisi yang menduduki kursi senat ketika Duterte berkuasa. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top