Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Timur Tengah I Georgieva Khawatir Konflik Akan Berkepanjangan

Krisis Laut Merah Hambat Proses Perdamaian di Yaman

Foto : AFP/MOHAMMED HUWAIS

Pendukung Huthi l Sejumlah warga pendukung gerakan Huthi di Yaman ikut ambil bagian dalam pawai pro-Palestina di Sanaa pada Kamis (8/2) lalu. Terjadinya serangan Huthi di Laut Merah dan serangan udara balasan Barat mengakibatkan upaya untuk mengakhiri perang di Yaman terhenti.

A   A   A   Pengaturan Font

DUBAI - Ketika serangan Huthi mengguncang Laut Merah dan serangan udara Barat menargetkan para pemberontak, upaya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama di Yaman terhenti, sehingga mengancam penderitaan lebih lanjut bagi negara yang sedang berada di ambang kehancuran itu.

Baru-baru ini pada bulan Desember, perundingan yang melelahkan mulai membuahkan hasil dan PBB mengatakan pihak-pihak yang bertikai telah sepakat untuk berupaya menuju dimulainya kembali proses politik yang inklusif.

Kelompok Huthi yang didukung Iran telah melawan koalisi pimpinan Saudi sejak Maret 2015, beberapa bulan setelah mereka merebut Ibu Kota Sanaa dan sebagian besar pusat populasi di Yaman, memaksa pemerintah yang diakui secara internasional hengkang ke selatan menuju Aden.

Ratusan ribu orang tewas dalam pertempuran tersebut dan disebabkan oleh penyebab tidak langsung seperti penyakit dan kekurangan gizi. Lebih dari 18 juta warga Yaman membutuhkan dukungan mendesak, menurut badan kemanusiaan PBB, OCHA.

Permusuhan melambat secara signifikan pada April 2022, ketika gencatan senjata enam bulan yang ditengahi PBB mulai berlaku, dan sejak saat itu, permusuhan tetap berada pada tingkat yang rendah.

"Namun serangan Huthi terhadap kapal-kapal Laut Merah serta pembalasan Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah membuat proses perdamaian gagal," kata Farea Al-Muslimi, peneliti di Program Timur Tengah dan Afrika utara di Chatham House.

Kelompok Huthi, yang mengatakan bahwa mereka bertindak sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza, telah melancarkan puluhan serangan terhadap kapal-kapal di jalur laut penting tersebut sejak November lalu.

Tujuh belas anggota mereka dilaporkan telah tewas dalam serangan balasan baru-baru ini, menurut kelompok Huthi.

"Perdamaian di Yaman memerlukan komitmen internasional dan regional yang berbeda dari komitmen yang ada saat ini," kata Muslimi. "Jalan menuju perang telah ditutup, namun kini pintu menuju neraka telah terbuka kembali," imbuh dia.

Meski Arab Saudi tidak terlibat dalam konflik tersebut, jalan menuju perdamaian di Yaman masih sulit dicapai, menurut Mohammed Al-Basha, pakar Yaman untuk kelompok penelitian Navanti yang berbasis di AS.

"Masyarakat internasional cenderung tidak mendukung rencana perdamaian Yaman karena kekhawatiran mengenai imbalan bagi kelompok Houthi atas serangan di Laut Merah, sehingga membekukan proses perdamaian yang dipimpin PBB dan didukung AS," kata dia.

Peringatan IMF

Sementara itu IMF pada Senin (12/2) memperingatkan bahwa perang Gaza dan serangan terkait terhadap pelayaran melalui Laut Merah menimbulkan ancaman terhadap perekonomian global.

"Perang Israel-Hamas yang berkecamuk sejak Oktober telah memukul perekonomian kawasan Timur Tengah dan Afrika utara," kata Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva. "Efek buruknya dapat berdampak pada dunia jika pertempuran terus berlanjut," imbuh Georgieva pada KTT Pemerintah Dunia di Dubai.

Georgieva khawatir konflik akan berkepanjangan karena, jika terus berlanjut, risiko dampaknya akan meningkat.

Georgieva juga mengatakan bahwa jika ada konsekuensi lain dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi, hal ini bisa menjadi masalah yang lebih besar bagi dunia secara keseluruhan.AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top