Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kota Bawah Tanah Atasi Keterbatasan Lahan

A   A   A   Pengaturan Font

Keterbatasan lahan, topografi kota yang tidak mendukung, iklim yang kurang kondusif, dan ancaman keamanan, membuat beberapa pemerintah menciptakan kota bawah tanah. Sejumlah kota yang membangun fasilitas di bawah antara lain Montreal, London, Helsinki, Beijing, Seoul, Tokyo, Shanghai, Hong Kong, dan Taipei.

Alasan populasi yang meningkat dan urbanisasi, membuat Tokyo, Hong Kong, Seoul, Shanghai, Beijing dan Taipei menciptakan kota-kota di bawah tanah. Kota bawah tanah menghasilkan tambahan ruang untuk memenuhi kebutuhan lahan di perkotaan yang terbatas.

Hong Kong mengembangkan lahan bawah tanah karena lebih pada alasan topografi kota yang bergunung. Hal ini menyulitkan pembangunan fasilitas jalan, rel kereta api, dan fasilitas bawah tanah lain. Membangun di bawah tanah menghindari pembanguan di lahan curam dan tak perlu menggusur bangunan.

Sementata itu, Helsinki bersama Montreal sering mengalami musim dingin yang ekstrem. Maka, membangun fasilitas bawah tanah untuk member ruang nyaman dan aman bagi warganya dalam menjalankan aktivitas saat suhu di luar sedang membeku.

Menyusul kota-kota tersebut, Singapura telah memiliki rencana induk (masterplan) kota bawah tanah dengan memetakan ruang bawah tanah dan potensi penggunaannya. Lembaga Urban Redevelopment Authority (URA) telah memiliki peta tiga dimensi (3D) yang lebih lengkap kondisi bawah tanah.

"Rencana induk bawah tanah ini akan member pandangan komprehensif pertama tentang keadaan ratusan meter di bawah tanah," tutur Kepala Perencana Urban Redevelopment Authority (URA) Hwang Yu-Ning seperti dilansir Straitstimes.

Rencana induk di Distrik Digital Punggol bertujuan mengubah kawasan tersebut menjadi pusat sektor-sektor pertumbuhan utama ekonomi digital. Distrik ini juga akan berfungsi sebagai tempat uji coba banyak fitur baru dan praktik perencanaan.

Direktur Grup Perencanaan Strategis di Urban Redevelopment Authority (URA), Adele Tan, mengatakan, ruang bawah tanah membantu mengoptimalkan penggunaan lahan kota yang terbatas, meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan di atas permukaan tanah, atau meningkatkan konektivitas.

"Secara umum, kami memprioritaskan utilitas, transportasi, penyimpanan, dan fasilitas industri. Prioritas kami, memastikan bahwa yang di atas tanah adalah lingkungan tempat tinggal yang berkualitas sangat baik untuk dinikmati orang. Kami meletakkan infrastruktur di bawah tanah agar kota berfungsi," kata Tan.

Gudang Air

Badan air nasional setempat sedang mempelajari kemungkinan penyimpanan (gudang) air bawah tanah dalam skala besar. Ruang bawah tanah juga bisa menjadi tempat penampungan bahan berbahaya. Jurong Island, misalnya, telah menjadi tempat aman untuk menyimpan bahan petrokimia berbahaya pada kedalaman 30 meter. Penempatan bahan ini di dalam tanah mampu menghemat lahan60 hektare atau seluas 84 lapangan sepak bola.

Kepala Komite Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pembangunan Nasional Yayasan Riset Nasional, Yong Kwet Yew, menjelaskan kota bawah tanah terkait dengan kelayakan hidup. "Suatu saat, kita akan kehabisan ruang (permukaan). Jika Anda menginginkan kualitas hidup yang lebih baik, tempatkan industri dan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan, menimbulkan polusi dan bising di bawah tanah," jelas dia.

Ia mengatakan dari perspektif teknis, sebenarnya tidak ada batasan bagi pembangunan ruang bawah tanah, bahkan ketika tempat ini berada di bawah dasar laut. Batasannya sering kali terletak pada kelayakan ekonomi dan komersial proyek.

Menurut insinyur senior perusahaan teknik Arup, Peter Stones, "Secara teknologi, kami dapat menangani kompleksitas ruang bawah tanah seperti geologi, struktur, berbagai utilitas yang terjalin," kata Stones. Hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top