Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik Semenanjung Korea

Korut Puji Kunjungan Trump ke Zona Demiliterisasi

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Korea Utara (Korut) pada Senin (1/7) memuji pertemuan akhir pekan antara pemimpin Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, di Zona Demiliterisasi (DMZ), Panmunjom. Pertemuan itu dianggap bersejarah dan luar biasa.

"Kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan dan mendorong dialog produktif untuk membuat terobosan baru dalam denuklirisasi semenanjung Korea," lapor kantor berita resmi KCNA.

Setelah undangan lewat media sosial dari Presiden AS pada Sabtu (29/6), kedua pemimpin negara itu bertemu sehari kemudian di sebidang tanah yang telah membagi semenanjung selama 66 tahun sejak berakhirnya Perang Korea.

Kim dan Trump berjabat tangan dengan di antara balok beton yang membagi Utara dan Selatan, sebelum Trump berjalan beberapa langkah ke wilayah Korut. Momentum ini menjadikannya sebagai Presiden AS pertama yang menginjakkan kaki di negara komunis di Korea itu.

"Pemimpin Korut dan AS melakukan jabat tangan bersejarah di Panmunjom. Ini adalah peristiwa luar biasa," kata KCNA. "Pertemuan itu berlangsung atas saran Trump," imbuh kantor berita Korut itu.

Pertemuan Dadakan

Pertemuan dadakan di DMZ jelas dipenuhi dengan simbolisme. Melintasi perbatasan Korsel menuju Korut, sempat dalam ketidakpastian hingga saat terakhir.

Pertemuan ini seperti layaknya pada pertemuan puncak pertama Kim Jong-un dengan Presiden Korsel, Moon Jae-in, tahun lalu. Ketika itu pemimpin muda dari Korut itu mengundang Presiden Moon untuk berjalan melintasi garis demarkasi militer.

"Merupakan suatu kehormatan bahwa Anda meminta saya untuk melangkahi garis itu, dan saya bangga melangkahi garis itu," tutur Trump kepada Kim Jong-un.

KCNA menggambarkan peristiwa itu sebagai momen bersejarah menandai pertama kalinya dalam sejarah Presiden AS yang berkuasa, menginjakkan kaki di tanah Korut. Gambar-gambar dari pertemuan, termasuk gambar dari Trump dan Kim yang muncul dari sisi yang berlawanan untuk berjabat tangan dan melintasi perbatasan, terpampang di halaman depan surat kabar resmi Rodong Sinmun, yang memuat total 35 gambar sekaligus.

Shin Beom-chul, seorang analis di Asan Institute of Policy Studies, mengatakan laporan KCNA adalah propaganda khas Pyongyang yang memuliakan Kim sebagai yang memimpin perubahan besar dalam geopolitik. "Tujuannya adalah untuk memulihkan status Kim yang rusak setelah ia kembali dari KTT Hanoi dengan tangan hampa," ucap Shin.

Sayangnya dalam laporan KCNA kurang secara spesifik apa yang dibahas Kim dan Trump dalam pertemuan itu. ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top